Parenting
Fatherhood: Ringgo Agus Rahman
Bicara soal menjalankan peran sebagai seorang papa, aktor sekaligus papa dari Bjorka (almost 3) Ringgo Agus Rahman berbagi cerita kepada Smart Mama.
“Peran ini mengubah segalanya! Terutama mindset dan pikiranku, semuanya terfokus pada Bjorka. Nggak pernah sih aku merasa seperti ini sebelumnya. So yes, fatherhood has changed me for the better. Yang terpenting, aku jadi paham betapa besar peran & tanggung jawab seorang papa buat keluarganya,” ujar pria yang memulai karir sebagai penyiar radio tersebut.
Ditemui dalam acara peluncuran buku anak “Little Chief Goes to Barbershop” karya Tascha Liudmila (Baca juga: Rekomendasi Buku Bedtime Stories) (Senin/19/11/2018) lalu di kawasan Jakarta Selatan, Ringgo menyampaikan bahwa dalam menjalankan pola parenting, Ia dan Sabai tidak pernah melakukan pembagian peran secara terstruktur, namun mengalir sesuai kebutuhan.
Cerita sedikit, dong..
Kalau soal pendidikan & karakter, lebih ke Sabai kali, ya.. Aku lebih fokus untuk hal – hal yang sifatnya lebih fluid, lebih fun, seperti bermain atau seru – seruan bareng hehe..
Berbagai pertimbangan/pendapat soal tumbuh kembang biasanya aku sampaikan ke Sabai untuk kami diskusikan berdua. Misalnya, “Kok aku nggak suka ya melihat anak diancam saat Ia menangis/tantrum.. Kayaknya nggak gitu, deh.. Mungkin harus cari cara lain.”
Di usianya yang sekarang, apa sudah ada pertimbangan untuk memilih sekolah buat Bjorka?
Terus terang belum terbayang, tapi keinginan kami adalah melarang Ia menjadi juara 1! Mendingan ranking tengah deh, tapi anaknya happy..
Gini lho, kami nggak mau ketika nanti Ia misalnya bisa meraih juara 1 di kelas, malah akan melupakan konsep hidup lain; sehingga yang dipikirkan hanya fokus ke mempertahankan ranking. Padahal kami adalah orang tua yang ingin melihat Bjorka menikmati proses belajar dan melihatnya tumbuh menjadi anak yang bahagia. Itu saja.
Nilai – nilai apa yang ingin ditanamkan padanya, sebagai anak laki – laki di era borderless sekarang ini?
Aku berharap Bjorka nantinya bisa memposisikan diri sebagai warga internasional. Well, nggak ada yang salah dengan konsep nasionalisme. Tapi jangan sampai kecintaan kita pada bangsa ini malah membatasi mindset dan membuat kita jadi tidak percaya diri bisa bersaing dengan sesama yang berasal dari negara lain.
Selain itu, respect & memperlakukan orang lain sebagaimana Ia ingin diperlakukan adalah modal utama yang selalu kami tanamkan sebagai bekal menjalani kehidupan di masa depan.
Eh, film “Keluarga Cemara” sudah akan dirilis, ya. Apa yang Ringgo pelajari setelah menjalani peran sebagai Abah?
3 Januari 2019 akan tayang serentak di bioskop – bioskop di Indonesia. Wah, ini adalah film terbaik sepanjang aku terlibat dalam industrinya. Awalnya sempat under estimate karena merasa selama ini “Film Keluarga” hanya menjadi jargon tanpa bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Tapi film ini berbeda, aku hanyut dalam cerita.
Saking bagusnya, aku berharap film ini bisa sampai di hati semua orang, terutama para papa. Sekaligus sebagai cermin buat kita, orang tua, sudah sejauh mana cinta & ketulusan yang kita berikan untuk keluarga? Pesannya tepat, aku merasa bahwa keluarga yang utuh adalah kemewahan paling mewah yang bisa aku miliki.. (Nathalie Indry/KR/Photo: Various, dok. Ringgo Agus Rahman)