Mind
Smart Mama Story: Roxanne Akil
Hi Mams! Selama ini, bagaimana Anda menyikapi perdebatan isu mommy war? Ada banyak sekali ya, topik yang seringkali memicu perbedaan pendapat. Mulai dari aksi menyusui hingga pilihan untuk bekerja. Roxanne Akil, working mama bagi Adam (5) & Abraham (3) berbagi pengalaman tentang kehidupannya sebagai pekerja & pendapatnya mengenai hal ini.
“Nggak gampang lho, menjalani peran sebagai working mama. Berbagi fokus saat mengerjakan tugas di kantor dan memastikan kondisi anak – anak baik di rumah adalah tantangan berat yang saya rasakan setiap harinya,” ungkap Roxanne, yang kini bekerja sebagai Marketing Communication dari Beauty Aesthetic Clinic asal Korea di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
Roxanne & kids
Banyak pihak yang mengatakan bahwa anak – anak yang diasuh oleh baby sitter, perkembangan/pertumbuhannya akan berjalan tidak maksimal (cenderung ke dampak negatif). Bagaimana pendapat Roxanne?
Sebenarnya, menurut saya, baby sitter itu adalah perpanjangan tangan dari kita. Mereka yang menggantikan peran kita sebagai mama saat sedang bekerja diluar rumah. Untuk meminimalisir kekhawatiran tersebut, kita dapat melakukan filter, mulai dari proses seleis baby sitter untuk anak – anak, dan bagaimana kita memperlakukan mereka. Kalau mereka diperlakukan dengan tidak baik, tentunya akan berdampak negatif juga ke anak.. Tapi kalau kita memperlakukan mereka dengan tulus juga, mereka akan merawat anak kita dengan baik.
Idealnya memang mama-lah yang sebaiknya menjaga & merawat Si Kecil. Tapi kan tidak bisa digeneralisir begitu, ya.. Kondisi setiap rumah tangga & kesepakatan antara suami istri berbeda – beda. Yang penting, kita sebagai mama harus tetap membangun komunikasi positif dan bonding time dengan baik. Selama bekerja, anak – anak bersama baby sitter dan mendapat dampingan Ibu saya di rumah. Kami selalu mencoba untuk berkomunikasi dengan baik, terutama dalam menyampaikan keinginan saya mendidik Adam & Abraham secara positif.
To be honest, mungkin karena saya jarang ngumpul dengan sesama mama di sekolah, jadi kalaupun ada mommy war, saya memilih untuk tidak pernah terlibat. Tapi menurut pendapat saya, sepertinya praktek mommy war sudah mulai banyak berkurang.. Kebanyakan mamas zaman sekarang cenderung less judging dan lebih punya etika dalam menyampaikan pendapat.
Mamas zaman now sudah well educated, jadi centerung hati – hati dalam berbicara dan bertindak. Mungkin yaa kalau judging ada, tapi dalam hati saja. Saya malah banyak menemukan bentuk support group yang saling mendukung satu sama lain.
Sosial media & penyebaran isu mommy war
Musti diantisipasi sebelumnya, karena menurut saya, setiap hal yang kita unggah melalui sosial media akan mengundang komentar, baik positif maupun negatif. Dan sah – sah saja kan, bagi semua orang untuk memberikan pendapatnya?
Orang tua yang mengunggah cerita mengenai Baby Led Weaning, misalnya. (Baca juga: MPASI dengan Metode Baby Led Weaning) Tentu akan ada tanggapan pro/kontra tentang hal ini. Jika tidak ditanggapi dengan bijaksana, dapat menjurus ke arah mommy war.
Ada baiknya mulai berhati – hati supaya tidak memicu terjadinya mommy war, disamping harus lebih bijak memanfaatkan & menanggapi berbagai hal yang terjadi di sosial media. Kalau saya, mulai atar prosentase presence di kehidupan nyata & maya, agar tidak cepat tersulut berbagai perdebatan yang berkaitan dengan dunia parenting.
Ngomong – ngomong soal sosial media, adakah profile mama yang menjadi inspirasi Roxanne selama ini dalam menjalankan peran sebagai seorang mama?
