Mind
Laila Munaf: Memaknai Perjuangan Kartini
Tahun ini, Smart Mama mengajak Anda untuk meneladani sosok pahlawan emansipasi wanita RA. Kartini melalui 3 generasi perempuan yang telah menjalani perannya sebagai seorang mama dalam kategori usia yang berbeda. Salah satunya, mari berkenalan dengan sosok mama yang membawa olahraga zumba & pound fit ke Indonesia (Baca: Sudah Coba Olahraga Pound Fit?), sekaligus co founder studio olahraga SANA di Jakarta: Laila Munaf.
“Saya bangga menjadi bagian dari generasi perempuan yang independen”
Tidak dapat dimungkiri bahwa wanita memiliki kemampuan multitasking sehingga dapat menjalankan 2 peran sekaligus, baik sebagai pribadi maupun mama dari anak – anak. “Para pasangan kini juga sudah cukup open minded ya, untuk memandang bahwa kita juga memiliki kemampuan dan keinginan untuk berkarya. But then we have to remember that, by the end of the day, we’re still a mom. Yang tetap harus siap memenuhi kebutuhan keluarga di rumah,” ujar Laila membuka perbincangan kami saat ditemui di SANA studio, Jakarta Selatan.
Bagaimana menjelaskan kepada Alvaro tentang ‘konsep bekerja’ yang dilakukan oleh mamanya selama ini?
Memberikan penjelasan seperti pada umumnya saja, kok.. bahwa saya akan mengajar sebuah kelas untuk latihan olahraga. Mungkin selama ini konotasi Alvaro ketika mendengar saya ‘bekerja’ adalah lebih ke ‘exercise’, ya. Nah, karena waktu bekerja yang lebih fleksibel, saya dan suami juga sering mengajaknya ke studio sekedar untuk bermain – main. Secara tidak langsung ia juga ikut dilibatkan, sehingga penjelasan kami terlihat lebih masuk akal dan mudah untuk dipahami.
Selama 4 tahun menjalankan peran sebagai seorang mama, bagaimana Laila memaknai kehadiran Alvaro?
Kami belajar banyak hal darinya. 2 tahun lalu saat suami saya divonis menderita rectal cancer dan harus menjalani perawatan intensif di Boston, US, Alvaro yang saat itu masih berusia 2,5 th sangat kooperatif dan membantu saya melewati masa – masa mencemaskan dalam hidup. Ia yang mengajarkan kami tentang konsep positivity, live by the day, menjadi pribadi yang lebih sabar, tabah, sekaligus kuat. Di sela – sela kami melakukan perawatan, Alvaro bahkan sempat menanyakan dengan aura positif kepada papanya, “How are you feeling after chemo?”. Saya terutama yang saat itu sempat shock dengan kondisi ini, jadi lebih bersemangat untuk menghadapi berbagai hal di masa depan.
“Sebagai perempuan, saya merasakan menjalani peran sebagai seorang mama tidaklah mudah..”
Motherhood? Its a full time job yang sangat menyenangkan, at the same time sangat melelahkan. Peran ini mengubah saya, for the better, for sure; sekarang saya jadi lebih menghargai waktu dan kebersamaan bersama keluarga. Termasuk dalam hal pekerjaan. Kini, pekerjaan bermakna terapi untuk saya; me time moment untuk sejenak melarikan diri dari sibuknya rutinitas mengurus anak dan keluarga – untuk tetap waras dalam menjalani segala tuntutannya.
Bagaimana Laila memaknai perjuangan RA. Kartini terhadap emansipasi wanita Indonesia?
She must be a strong woman, sehingga melalui suara dan pikirannya dapat memperjuangkan hak wanita yang terkungkung karena adat istiadat. Hingga kini, perjuangannya masih sangat dihormati. Maka sudah selayaknya kita memaknai perjuangan beliau dan memperkenalkannya kepada generasi penerus. Bagi saya, di era kini, kesetaraan gender juga berarti menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dari both gender, baik laki – laki maupun perempuan. Dengan menyadari hal itu, akan timbul pemahaman bahwa kebersamaan justru akan saling melengkapi kesempurnaan.
Seorang Kartini masa kini, bagi Laila Munaf adalah kita semua. Yang menjalani berbagai aktivitas multi peran sebagai bentuk kesadaran penuh dirinya dapat berkontribusi kepada lingkungan terdekat, keluarga, dan bangsa. Tentu saja, mereka yang tidak lupa untuk membahagiakan dirinya sendiri sehingga dapat sekaligus membahagiakan orang lain. Selamat merayakan Hari Kartini, Mamas! (Nathalie Indry/KR/Photo: Instagram, Laila Munaf, dok. Smart Mama)