Mind
Smart Mama Story : “Saya Kebobolan!”
Bagi sebagian besar wanita, kehamilan merupakan sesuatu yang ditunggu dan sesuai rencana berdua. Tapi bagaimana bila ‘tiba-tiba’ tanpa diduga Anda dinyatakan hamil lagi padahal Anda sudah memiliki anak atau jarak antara anak terlalu dekat? Simak kisah para Smart Mama berikut yuk. Mungkin pengalaman mereka ada yang sama dengan Anda.
“Sebulan lalu, saya dan suami sepakat untuk tidak lagi menggunakan alat kontrasepsi suntik yang biasa saya lakukan sebulan sekali. Kami memang berencana untuk memberikan adik untuk Alisa, anak pertama kami yang kini sudah berusia enam tahun. Orang bilang, biasanya butuh waktu sekitar enam bulan paska lepas KB, baru bisa hamil lagi, jadi saya sama sekali tidak menyangka kalau kehamilan ini datang begitu cepat. Terus terang saja, saya kaget, dan hati kecil saya sebetulnya tak ingin buru-buru hamil juga sih. Tapi di sisi lain, saya juga senang karena Allah masih memercayakan kami untuk jadi orangtua. Tapi di kehamilan kali ini saya lebih mudah mual terhadap mencium bau apapun, dan saya merasa tubuh juga jadi sering kurang fit.“
Ayu, 29 tahun, mama dari Alisa, 6 tahun, hamil 6 minggu
“Sejak awal berpacaran, saya dan suami sepakat punya satu orang anak saja. Ini karena kami berkomitmen untuk bisa memenuhi semua keinginannya, sehingga kalau ada tambahan anak lagi kami khawatir tak dapat mencukupi kebutuhan Si Kecil dengan maksimal nantinya. Oleh karena itu, saya juga memakai alat kontrasepsi spiral dengan harapan tujuan kami ini berhasil. Tapi, memang tak ada yang bisa mendahului kehendak Tuhan ya. Dua bulan lalu, saya terlambat haid dua minggu. Ketika dicek dengan test pack, ternyata dua garis merah tegas menyatakan Wanda, anak pertama kami, akan punya adik. Benar saja, kata dokter saya sudah hamil 2,5 bulan. Jujur saja, kami berdua agak syok dengan berita kehamilan ini. Namun, tidak mungkin juga kan, saya menggugurkan kandungan? Akhirnya, sejak sekarang kami sepakat untuk disiplin menabung dan mulai mengurangi kebiasaan makan di restoran dan nge-mall saat weekend. Ini agar saat anak kedua lahir nanti, kami punya cukup uang untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua.”
Elisabeth, 33 tahun, mama dari Wanda, 4 tahun, hamil 2,5 bulan
“Ketika anak ketiga saya baru berusia lima bulan, saya kebobolan!. Memang sih, saya tidak menggunakan KB, karena jarak antara anak pertama dan kedua, cukup jauh 8 tahun, sementara anak kedua dan ketiga, 6 tahun, jadi saya pikir memang saya tipe orang yang tidak gampang hamil. Jadi, saya memang belum rencana memakai KB buru-buru meskipun sebetulnya saya dan suami hanya berencana punya tiga orang anak saja. Makanya begitu saya telat menstruasi, saya mulai dag-dig-dug tak karuan. Saya langsung mengecek ke dokter dan ternyata saya hamil lagi! Saya merasa menyesal tidak langsung segera memilih alat kontrasepsi yang tepat. Rasanya kasihan pada anak ketiga saya yang masih bayi, tapi dia harus punya adik lagi. Teman-teman kantor bilang, saya tidak boleh begitu. Walaupun ‘berat’, saya tetap wajib gembira karena nanti bisa berpengaruh pada janin dalam kandungan. Oleh karena itu, selama anak keeempat kami belum lahir, saya berusaha menghabiskan waktu semaksimal mungkin dengan ‘Si Bungsu Tak Jadi’ ini. Setiap akhir pekan, saya bilang kepada kakak-kakaknya yang sudah lebih besar, bahwa saya akan lebih banyak fokus menemani adiknya. Dan untungnya, mereka setuju.”
Prastiwi, 37 tahun, mama dari Karla, 15 tahun, Danin, 7 tahun, Anaya, 8 bulan, dan hamil 4 bulan (Lenny Delima/Photo: Istockphoto.com)