Health
Bahaya ACA pada Calon Mama
Pada tubuh manusia, darah berfungsi sebagai alat untuk mengirimkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Jika darah di dalam tubuh mengental, maka semua aliran oksigen dan nutrisi dalam tubuh akan terganggu. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan ginjal, penyumbatan paru-paru, migren, serangan jantung, penyumbatan paru-paru, stroke, dan bahkan terjadinya keguguran pada calon mama.
Apa itu ACA?
Pengentalan darah atau dikenal sebagai sindrom ACA atau Antibodi Anticardiolipin, dapat berakibat sangat buruk terhadap kesehatan janin dan bahkan bisa menyebabkan keguguran secara berulang. Namun sayangnya, kondisi ini seringkali terlambat diketahui atau bahkan terjadi kesalahan diagnosa penyakit. Ketika pengentalan darah terjadi pada ibu hamil, lapisan plasenta dapat mengakibatkan terbentuknya gumpalan darah baku, sehingga terjadi kerusakan jaringan pada plasenta dan menghambat aliran nutrisi bagi janin. Selain itu, ACA sangat berkaitan dengan tingginya risiko terhadap gangguan pembekuan darah, tersumbatnya pembuluh darah pada nadi, kekurangan trombosit, dan keguguran berulang.
Gejala ACA pada Ibu Hamil
- Ibu hamil yang mengalami pengentalan darah biasanya memiliki gejala seperti :
Mengalami anemia dan leukopenia yaitu kekurangan darah putih dan terjadi pembekuan darah. - Terjadinya kematian pada janin yang diakibatkan keguguran secara berulang atau lebih dari tiga kali tanpa penyebab jelas.
- Terjadinya penyumbatan di pembuluh darah nadi ataupun pembuluh darah balik, stroke, juga terganggunya fungsi pada pembuluh darah nadi.
- Terjadinya kelahiran bayi prematur saat usia kandungan belum memasuki 34 minggu yang diakibatkan oleh keracunan kehamilan atau preeklampsia berat / eklampsia.
Penanganan ACA
Penanganan terhadap kasus ACA saat kehamilan bertujuan supaya bayi bisa lahir selamat, mencegah preeklampsia, mencegah terjadinya risiko pertumbuhan janin yang terhambat, mencegah terjadinya risiko kelahiran Caesar, mencegah kematian pada janin, serta keselamatan jiwa Sang Ibu.
Agar komplikasi tidak berlanjut, maka sangat diperlukan pemeriksaan secara rutin pada saat kehamilan memasuki trimester pertama dan juga kedua. Kemudian lakukan pemeriksaan setiap dua kali seminggu bahkan sekali seminggu saat usia kehamilan menginjak 32-34 minggu. Dengan melakukan pemeriksaan yang cukup rutin, maka sangat diharapkan kandungan ibu bisa berjalan sehat serta selamat.
Setelah seorang calon mama mengetahui bahwa ia positif terkena ACA, selain berkonsultasi pada dokter spesialis kandungan, Anda juga perlu memeriksakan diri pada dokter spesialis penyakit dalam agar kondisi darah dapat terus terpantau. Setidaknya lakukan pemeriksaan dua kali lebih rutin daripada biasanya pada kehamilan normal. Ibu hamil yang telah terpapar ACA juga harus menjalani tes laboratorium sekali dalam seminggu. Dari hasil yang didapat, dokter yang menangani akan mengetahui berapa kadar antibodi anticardiolopi pada pasien dan juga dokter akan memberikan obat untuk meringankannya.
Semakin tinggi tingkatan kadarnya, semakin besar juga risiko keguguran pada kehamilan Anda. Jika kadar antibodi anticardiolipin tetap meningkat, maka pemberian obat akan dibarengi suntikan heparin/ fraksiparin ataupun sejenis suntikan lainnya yang bisa dilakukan setiap hari. Obat yang disuntikan tersebut tidak bertujuan menurunkan antibodi anticardiolipi, namun untuk tetap menjaga supaya antibodi tidak menjadikan trombosis atau pengentalan darah. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)