Education
High Scope Ajarkan Entrepreneurship Melalui Business Day
Salah satu skill yang wajib dimiliki oleh anak – anak generasi alpha yang lahir di era digital adalah entrepreneurship. Sudahkah Mamas mengajarkan konsep ini kepada Si Kecil?
Ditemui dalam annual internal event “Business Day” yang diadakan oleh sekolah High Scope, Selasa (8/5/2018), Yosi Sunaryo, Deputy Director of Academic Operation High Scope Indonesia mengungkapkan bahwa penanaman konsep entrepreneurship dapat dilakukan sejak dini, bahkan saat siswa duduk di kelas Kindergarten.
“4 core value kami yaitu respect, responsibility, intregrity & excellence kesemuanya dijalankan dalam business day. Dikemas dalam latihan entrepreneurship: Respect, bagaimana mereka menghargai sesama tim & menetapkan harga jual yang tidak memberatkan konsumen. Integrity, tidak menipu orang lain & diterapkan dalam pengawasan peraturan bisnis. Excellence & Responsibility, berlomba- lomba memberikan service terbaik kepada konsumen & bertanggung jawab terhadap tugas yang diterima,” ungkapnya.
Pada acara yang diadakan selama 2 hari berturut – turut ini, siswa diberikan kesempatan & dibimbing untuk menyiapkan proposal bisnis, saling berbagi tugas dalam tim, menyiapkan stall dan perlengkapan toko, lalu aktif menawarkan barang – barang yang dijual selama event berlangsung.
Joshua (6), siswa kelas Kindergarten 1 mengungkapkan ketertarikannya mengikuti event ini, “Im happy! Saya belajar mengenal (jumlah) uang dan berhasil menjual habis barang dagangan tim kami, yaitu snack saat istirahat sekolah.”
Guru kelas Kindergarten 1E, Irene Debora mengungkapkan setidaknya ada 4 poin pembelajaran yang akan didapatkan oleh para siswa saat mengikuti business day:
1. Jual beli. Selama acara berlangsung, siswa akan belajar tentang konsep menjual & membeli barang, penjumlahan & pengurangan nominal, serta mengenal konsep mata uang.
2. Barang & jasa. Momen ini adalah saat yang tepat untuk membedakan kelompok barang & jasa melalui contoh real dari barang – barang yang dijual selama event berlangsung.
3. Konsep kebutuhan & keinginan. Siswa mulai diperkenalkan dengan kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan; berusaha untuk menilai apakah barang yang akan dibeli termasuk kebutuhan yang mendesak atau hanya keinginan saja.
4. Langkah persiapan bisnis. Ssiwa belajar berdiskusi & mempersiapkan keputusan akan menjual barang/jasa menurut kelompok masing – masing, melakukan survey atas kebutuhan kinsmen, bicara dengan orang tua dan pihak sekolah selaku penyedia modal, hingga latihan mempersiapkan performance untuk menjual tiket pertunjukan.
“Entreprensurhip is about risk taking and creativity. Konsep ini kami kenalkan melalui berbagai aktivitas sekolah, dimana saja dan kapan saja. Selain pelajaran pokok, ada pelajaran plan, do, review melalui project. Melalui event ini kita bisa melihat para siswa sangat excited untuk berjualan, bukan temata – mata karena harus memenuhi target penjualan, tetapi karena mereka menikmati prosesnya,” tutup Ms. Yosi.
Kegiatan ini juga diharapkan agar siswa nantinya dapat menerapkan berbagai konsep ilmu sosial, matematika, bahasa, seni rupa dan ilmu teknologi dalam berbagai situasi di kehidupan nyata. Inspirasi bagi Anda untuk melatih konsep entrepreneurship sejak dini nih, Mams! (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. Smartmama, High Scope).