Parenting
Cara Ajarkan Marah yang Sehat Pada Si Kecil
Apapun penyebabnya, marah adalah salah satu unsur penting dalam perkembangan emosi anak. Dengan marah Si Kecil belajar untuk mengungkapkan emosinya. Namun ada kalanya marah yang dirasakan anak menjadi lepas kendali hingga melahirkan perilaku yang tidak diinginkan seperti melampiaskan amarah dengan menyakiti fisik orang lain. Nah Mamas, ada beberapa langkah yang Anda bisa lakukan untuk membantu anak menghindari hal tersebut dan dapat meluapkan kemarahan dengan sehat.
1. Menjadi Role Model
Menjadi role model perilaku dalam hidup anak adalah langkah pertama yang Anda dapat lakukan. Jadikan ini sebagai motivasi Anda untuk lebih baik lagi mengelola amarah karena walaupun seringnya tak terlihat, sesungguhnya mata Si Kecil selalu memperhatikan. Maka dari itu, saat Anda marah, luapkan dengan cara yang sehat misalnya dalam bentuk diskusi.
2. Selidiki penyebab marahnya
Hal kecil seperti lelah, lapar, kepanasan bisa menjadi pemicu munculnya amarah. Penyebab lain yang lebih kompleks bisa Anda gali dengan memposisikan diri sebagai teman tempat Si Kecil curhat. Samakan level mata Anda dengan anak ketika berbicara, jangan lupa jaga intonasi bicara Anda, jangan terpancing emosi. Bagaimana pun juga Anda adalah pihak dewasa yang harus lebih mampu bertindak bijaksana. Kalau Anda gagal menggali penyebab amarah Si Kecil langsung setelah insiden, jangan dipaksa ya Mams. Coba lakukan lagi setelah emosi anak mereda.
3. Bantu mereka mengenali perasaannya
Lontarkan pertanyaan terbuka yang akan memancing jawaban lebih dari kata “Ya” atau “Tidak”. Misalnya, “Apa yang kamu rasakan?” atau, “Apa yang membuatmu kesal?”. Tujuannya adalah supaya Si Kecil menjelaskan dengan kata-katanya sendiri sehingga ia kemudian dapat belajar mengenali apa yang dirasakan.
4. Beri alternatif lain
Beri alternatif lain untuk menyampaikan amarah selain perilaku yang ia lakukan. Misalnya daripada memukul Kakak, lebih baik bilang padanya bahwa Adik juga menginginkan mainan tersebut. Bagi Mamas yang punya buah hati lebih dari satu, hal ini dapat mengubah dinamika interaksi mereka menjadi lebih baik.
5. Positive reinforcement
Mamas, jangan lupa berikan pujian ketika Si Kecil berhasil menampilkan perilaku marah yang sehat. Hal ini penting untuk menguatkan hubungan sebab-akibat yang diharapkan bisa mendorong anak untuk mengulanginya lagi di masa depan.
6.Konsisten
Hasil yang Anda inginkan barangkali tidak akan langsung terlihat di satu kali tindakan. Tapi jangan menyerah, Mams! Percayalah, jika konsisten maka yang Anda lakukan ini akan membuahkan hasil. (Nina Addison/KR/Photo: Istockphoto.com)
Nina Addison adalah lulusan Psikologi Universitas Indonesia yang pernah bekerja di Majalah Kawanku sebagai reporter circa 2004-2006. Tahun 2006 Nina menikah dan pindah ke Houston, USA selama 6 tahun. Tahun 2012, pekerjaan Sang Suami mengharuskan Nina dan keluarga berpindah negara. Kali ini ke Aberdeen di Skotlandia, Inggris Raya, yang menjadi tempat tinggalnya hingga kini.Pecinta warna ungu ini adalah full-time mama bagi Jamie (6 tahun) dan Luca (2 tahun). Sedikit waktu luangnya ia gunakan untuk menulis. Novel-novel Nina telah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, beberapa di antaranya adalah: Morning Brew (2011), Kismet (2015), Wander Woman (2016).