Parenting
Smart Mama Story: Cara Seorang Psikolog Membesarkan Anak
Mams, sekalipun telah mempelajari karakter serta kepribadian seseorang melalui ilmu psikologi, ternyata Liza Marielly Djaprie, mama dari empat orang anak Taqi (14 th), Raffi (8 th), Keeva (3 th), dan Zene (1,5 th) juga kerap menemui tantangan dalam menjalani perannya sebagai seorang mama, istri, sekaligus psikolog serta hipnoterapis. Buktinya, sampai saat ini ia juga masih sering menerima kritikan dari lingkungan sekitar terutama dalam hal parenting style yang ia terapkan. Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti sharing mama Liza untuk Smart Mama.
Bagaimana sih kehidupan sehari – hari Liza mengurus & membesarkan 4 orang anak sekaligus? Apa saja tantangannya?
Well, sepertinya sama saja dengan aktivitas mama yang lain, ya. Hanya mungkin jumlah pasukan kompinya saja yang berbeda, saya dan suami mengasuh 4 orang anak sekaligus! Yang menjadi tantangan sehari – hari adalah bagaimana saya belajar untuk membuat prioritas, sehingga tugas saya sebagai istri, mama, dan pribadi tidak ada yang terbengkalai. Terutama untuk membuat mereka merasa sederajat dan tidak ada yang dianaktirikan. Ini sungguh penting, agar hubungan antara kami semua tetap dapat terbina dengan baik.
Ternyata, sebagai seorang psikolog, Liza sering juga ya mendapat kritikan dari mama lain tentang parenting style yang diterapkan?
Haha, pasti. Karena somehow, lingkungan selalu menganggap seorang psikolog seharusnya sempurna mengasuh anak, harus begini atau begitu. Sementara saya lebih sering memberikan kebebasan kepada mereka. Kadang, kecenderungan ‘membebaskan’ ini yang sering kali diasumsikan sebagai bentuk ketidakpedulian kepada anak – anak.
Pola ‘membebaskan’ yang seperti apa sih, yang ingin ditanamkan kepada anak – anak?
Tentu bukan kebebasan mutlak yang kami berikan, melainkan masih dalam batas wajar dan sesuai dengan aturan juga. Yang ingin kami tekankan adalah jika anak tidak pernah belajar bagaimana rasanya bebas bertanggung jawab, maka mereka tidak akan pernah belajar mandiri yang bertanggung jawab.
Ada tantangan tersendiri nggak sih, yang dirasakan Liza sebagai seorang psikolog dalam membesarkan 4 anak?
Sebenarnya justru hampir tidak terasa karena semua dijalani apa adanya. Lebih kepada sering memerhatikan bahwa ternyata teori yang selama ini saya pelajari secara ilmu justru berbeda dengan yang terjadi di dunia nyata. Tapi saya bersyukur, paling tidak melalui psikologi, saya memiliki garis besar mendasar memahami kepribadian seseorang.
Perubahan diri apa yang Liza rasakan sebelum dan sesudah menjadi seorang mama?
Mungkin yang berbeda hanya di masalah prioritas, ya. Kalau dulu kan bebas melakukan hal apa saja, sekarang saya lebih banyak mengalami perubahan karena proses belajar membuat prioritas.
The last, bagaimana Liza mendeskripsikan ‘Smart Mama’?
Hmm.. buat saya, ia adalah seorang mama yang bisa bersikap fleksibel menghadapi apapun yang terjadi dalam hidupnya. Mampu untuk beradaptasi akan setiap tantangan yang datang dan mampu mengaktualiasikan dirinya sendiri menjadi individu yang lebih baik setiap saat.
Mamas yang ingin berkonsultasi dengan Liza secara pribadi dapat mengunjungi lokasi praktiknya di Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Thanks for sharing, Mama Liza. Stay in touch! (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. pribadi Liza Djaprie)