Mind
Saatnya Beralih ke Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Let’s get the facts, Mams. Indonesia adalah negara penghasil sampah kedua terbesar di dunia, dengan total sampah rumah tangga mencapai angka 65,8 juta ton (menurut Kementerian LHK, 2017). Sampah dari Jakarta? Lebih dari 6 juta ton PERHARI! Menakutkan, bukan?
Fakta kedua: plastik membutuhkan waktu penguraian 500-1000 tahun. Yap, plastik yang kita pakai untuk membawa buah dari toko ke parkiran mobil itu dipakai cuma sebentar, menjadi sampah selama berabad-abad.
Melihat dua fakta tersebut, rasanya slogan ‘Buanglah Sampah Pada Tempatnya’ harus diiringi dengan slogan ‘Mari Kurangi Jumlah Sampah’, terutama sampah non-organik seperti plastik, demi kelestarian bumi kita satu-satunya ini.
Berikut beberapa ide yang bisa kita tiru untuk mengurangi sampah:
RE-USE
- Simpan dan pakai ulang kantong plastik dari supermarket atau gunakan plastik belanja sendiri yang bisa dilipat dan masuk dalam tas.
- Gunakan botol air dan coffee tumbler sendiri untuk Mamas yang aktif dan selalu on the go.
- Sebisa mungkin hindari pemakaian sendok-garpu-piring plastik. Alternatifnya adalah bawa perkakas makan sendiri atau, if you must, beralihlah ke sendok-garpu-piring non plastik yang bahannya lebih ramah lingkungan seperti kertas atau kayu.
- Berpikir untuk take-away makanan hari ini? Atau berencana arisan yang biasanya diakhiri dengan membawa pulang makanan? Nah, rencanakan dengan lebih baik dengan membawa wadah dari rumah untuk mengurangi jumlah kotak plastik take-away.
RE-THINK
Yuk kita berusaha keras memikirkan alternatif penggunaan plastik.
- Say no to plastic straws! Gunakan sedotan bambu, atau sedotan stainless yang bisa dibawa kemana-mana (Beberapa bahkan bisa dilipat.) Sedotan ramah lingkungan begini sudah tersedia di toko online Indonesia, seperti sustanation.id
- Gunakan sponge cuci piring dengan bahan yang bio-degradable. Sabut kelapa atau sponge yang terbuat dari serat bambu adalah pilihan populer.
- Sikat gigi dari bambu sebagai alternatif sikat gigi plastik, tersedia di toko-toko online seperti zerowaste.id.
- Pilihlah barang-barang dengan packaging yang lebih ramah lingkungan. Seperti: apel lepas dibanding apel yang dibungkus/dialasi wadah styrofoams, sabun batangan dibanding sabun dalam kemasan botol plastik, kopi dengan wadah beling dibanding wadah plastik, dll.
- Wet wipes atau baby wipes yang sering kita gunakan untuk membersihkan tumpahan itu ternyata mengandung plastik yang membutuhkan 100 tahun untuk terdaur, Mams! Jadinya, sebisa mungkin, gunakanlah lap yang kemudian bisa dicuci dan dipakai lagi untuk mengurangi penggunaan wet wipes.
- Plastik pembungkus makanan bisa diganti dengan beeswax wrap. Pembungkus makanan ini dilapisi lilin lebah yang secara alami mengawetkan makanan lebih lama. Jika kotor pun tinggal dibersihkan sehingga dapat dipakai ulang. Tersedia di zerowaste.id
RECYCLE
Pilah-pilah sampah sebelum mendaur-ulang. Sampah organik seperti sisa makanan bisa diolah menjadi pupuk kompos. Sampah non-organik pada umumnya dibagi lagi menjadi: kertas (majalah, koran, buku, dll), plastik (sedotan, sikat gigi, botol, dll), kaleng (soft drink, wadah kue), dan beling (dari selai, minuman, dll) Cek kembali bagaimana pemilahan yang diminta oleh pusat daur ulang Anda.
Pisahkan tutup (biasanya terbuat dari plastik) dan wadahnya (kadang terbuat dari beling) dan biasakan untuk bersihkan wadah sebelum membuangnya untuk memudahkan proses daur ulang. Styrofoam berbeda dengan plastik, Mams, jadi jangan dimasukan ke kotak daur ulang yang sama, ya. Jika dibakar, styrofoam menghasilkan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan. Pisahkan dan cek apakah tempat daur ulang Anda menerima sampah jenis ini.
Meski belum merata di seluruh Indonesia, program-program daur ulang sudah mulai bermunculan, terutama di kota-kota besar. Baik itu sistem penjemputan sampah, maupun pusat-pusat daur ulang yang bisa kita datangi untuk pembuangan sampah. Beberapa situs yang bisa Anda buka untuk informasi: opengreenmap.org , zerowaste.id , zerowastebali.com , sustaination.id.
Alternatif lain, Mamas bisa memulai program daur ulang di lingkungan tempat tinggal. Semisal, kumpulkan sampah plastik dengan tetangga lalu bekerja sama dengan pemulung untuk kemudian di daur ulang di pusat sampah. Be classy, don’t be trashy. Recycle, Mams!
Dan yang tak kalah penting, tanamkan rasa cinta pada lingkungan ini pada Si Kecil sejak dini. Caranya? Mudah saja, dengan memberi contoh dan membiarkan Ia terlibat dalam kegiatan atau aktivitas simpel yang Anda lakukan dalam rangka melestarikan lingkungan. Well Mams, bagaimana dengan Anda, Apa saja sih kiat para Smart Mamas menanamkan rasa cinta lingkungan pada anak? Share with us ya…(Nina Addison/KR/Photo: Istockphoto.com)