Education

10 Mitos Kompetisi Anak (dan Realitanya)

By  | 

Hi Mams! Baik di sekolah maupun lingkungan terdekat, kebiasaan berkompetisi terasa sangat dekat dengan kehidupan Si Kecil saat ini, ya.  Tidak hanya berlomba, ada baiknya Mamas membiasakan mereka untuk berkolaborasi dengan teman – teman untuk mendapatkan berbagai manfaat positif. 

Bukik Setiawan, pemerhati pendidikan sekaligus inisiator berbagai aktivitas pendidikan seperti Bincang Edukasi yang kini merupakan pembina guru dalam tim Kampus Guru Cikal mengungkapkan bahwa alih – alih berkompetisi, sebaiknya orangtua mulai mengajarkan konsep kolaborasi kepada anak – anak, untuk menjawab tantangan masa depan.

unnamed

Dalam bukunya “Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now”, ia menuliskan 10 mitos kompetisi dalam belajar. Apa saja? 

1. Kompetisi membuat anak semangat belajar.

Kenyataannya, kompetisi membuat anak semangat belajar HANYA menjelang kompetisi.

2. Hanya dengan kompetisi anak belajar percaya diri.

Kenyataannya, anak belajar percaya diri tidak hanya dengan kompetisi, tapi juga dengan kolaborasi ketika anak merasa bisa berkontribusi pada kelompok.

Workout Buddies Flexing Muscles

3. Anak ikut lomba agar mempunyai semangat kompetitif.

Kenyataannya, semangat kompetitif sudah bawaan sejak lahir. Tanpa ikut lomba pun, setiap orang sudah mempunyai semangat kompetitif.

4. Kompetisi bisa mengukur prestasi anak.

Kenyataannya, prestasi anak yang diukur melalui kompetisi akan membuat anak bergantung kepada kompetisi untuk berprestasi. Dalam berkarier nantinya, kinerja anak tidak didasarkan pada kemenangan pada sebuah lomba, melainkan pada karya & kontribusinya.

5. Kompetisi membuat anak belajar lebih baik.

Kenyataannya, situasi kolaborasi yang nyaman membuat anak belajar lebih baik dibandingkan situasi kompetisi.

6. Kompetisi membuat anak mendapat teman baru.

Kenyataannya, anak mendapat teman baru tidak hanya melalui kompetisi. Lebih mungkim anak menjalin pertemanan berkualitaa dengan anak yang dikenal melalui kegiatan kolaborasi.

Kids soccer football - young children players match on soccer field

7. Dengan kompetisi anak belajar menghadapi kegagalan.

Kenyataannya, kegagalan terbesar bukanlah gagal mengalahkan orang lain dalam kompetisi, tapi gagal mencapai sasaran yang telah ditetapkan sendiri. Berkompetisi dengan diri sendiri justru membantu anak menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

8. Kompetisi adalah cara terbaik untuk meniti karier.

Kenyataannya, di zaman kreatif saat ini ada banyak anak muda yang sukses berkarier tanpa melalui kompetisi. Karena modal utama meniti karier adalah karya, bukan jumlah piala.

9. Semua bidang bisa dikompetisikan.

Kenyataannya, kompetisi hanya efektif pada bidang yang capaiannya bisa diukir dan kasat mata seperti sepakbola atau bulu tangkis.

10. Kompetisi baik untuk anak semua umur.

Kenyataannya, dampak negatif kompetisi paling besar dirasakan oleh anak – anak di bawah 13 tahun, yang konsep dirinya belum kuat.

Nah, apakah mamas punya pengalaman seputar kompetisi dan kolaborasi yang pernah dilakukan Si Kecil? Share melalui kolom komentar di bawah ini, ya! (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto.com)

 

Shares