Kids

Education

Tertarik Menerapkan Konsep Home Learning?

By  | 

Di Indonesia, home learning atau yang biasa mamas kenal dengan istilah home schooling masih dipandang sebagai alternatif edukasi. Sharing para home schooler Mamas berikut ini akan membantu menjelaskan konsep dan penerapan home schooling secara lebih gamblang. 

Meluncurkan buku “Home Learning, Belajar Seru Tanpa Batas” pada bulan Maret 2018, Ning Nathan, Natalia Ridwan, dan Yulianti Hendra berbagi pengalaman tentang tantangan menghadapi dunia pendidikan di abad 21. “Anak – anak yang terlahir di era kini merupakan digital natives. Mau tidak mau, mereka menghadapi tantangan berkompetisi di pasar global. Kita, orangtua wajib membekalinya tidak hanya dengan kemampuan akademis tetapi skill & ketrampilan kehidupan yang lebih kompleks,” ujar ketiganya dalam acara peluncuran buku sekaligus sharing edukasi bertema “Mendidik Anak Zaman Now”.

Ki-ka: Ning, Yulianti & Natalia saat peluncuran buku "Home Learning"

Ki-ka: Ning, Yulianti & Natalia saat peluncuran buku “Home Learning”

Merasa bahwa sekolah formal tidak cukup memberikan support dalam aspek pengajaran ketrampilan hidup dan skill masa depan, Ning, Natalia dan Yulianti yang tergabung dalam Home Schooling Club Jakarta mengungkapkan bahwa konsep ini dapat diperkenalkan kepada Si Kecil sejak usia dini, “Mamas bisa memulainya dengan pengajaran ketrampilan hidup seperti latihan Montessori untuk koordinasi motorik atau ketrampilan tangan sekaligus mengajarkan konsep berhitung misalnya, lalu dilanjutkan dengan sedikit demi sedikit mengenalkan pengetahuan umum dengan cara yang menyenangkan di rumah.”

Natalia & family

Natalia & family

“Saya memiliki pengalaman buruk dengan pola pengasuhan baby sitter saat anak – anak saya masih kecil. Lalu saat bersekolah di sekolah formal, saya terkejut mendapati Ia melontarkan kalimat dan konsep negatif seperti ‘Menyontek itu hal biasa’ dan lainnya. Seketika saya mempertimbangkan penerapan konsep home learning dan menyusun kurikulum pengajaran sesuai kebutuhan dan rencana masa depan yang kami terapkan. Sekarang putra pertama saya baru saja lulus ujian masuk Universitas di Binus, ” – Natalia Ridwan, mama dari Edric (17) & Elma (14), mamapreneur.

Ning Nathan & putranya

Ning Nathan & putranya

“Saya menjalankan home schooling untuk putra bungsu yang berkebutuhan khusus (ADHD) sejak tahun 2015 atas permintaannya sendiri. Kami lebih cocok dengan konsep ini karena sistem dan subjek pembelajarannya dapat kami sesuaikan dengan minat, bakat, serta karakter anak. Kini kami fokuskan Patrick untuk mendalami ilmu fotografi dan editing bersama para mentor yang kami temui di komunitas maupun melalui social media,” – Ning Nathan, mama dari William (15.5) & Patrick (13.5), penulis buku parenting “Tuhan Tidak Salah Desain”. 

Yulianti & Kids

Yulianti & Kids

“Saya kenal konsep home schooling dari Ibu saya sejak tahun 2006. Tidak mudah memang, dengan trial & error, saya merasa ini metode pendidikan yang pas untuk anak – anak. Masalah sosialisasi yang seringkali dipertanyakan oleh lingkungan dan keluarga, Jakarta Home Schooling Club menjawab semua tantangan itu. Anak – anak saya sering ikut playdate dengan sesama home schooler dan circle pertemanannya semakin meluas. Home schooling jelas tidak menjadi hambatan bagi anak – anak untuk bersosialisasi,” – Yulianti Hendra, mama dari Evan (17) & Kenji (14.5), Pengurus Jakarta Home Schooling Club. 

Mulai dari mana? 

Yang dimaksud dengan konsep home learning/home schooling adalah pendidikan yang berawal dan berbasis di rumah, dengan bantuan orangtua yang menjunjung tinggi konsep kemerdekaan belajar.

Anak – anak dibekali konsep ketrampilan hidup yang utama seperti empati, disiplin, sikap, kerohanian, hingga etika umum. Lalu dikenalkan dengan bimbingan akademis seperti membaca, menulis, matematika, bahasa dan pelajaran lainnya.

images (1)

Ingin menerapkan konsep home learning di rumah, lakukan langkah berikut:

1. Tetapkan kurikulum. Dapat menggunakan kurikulum siap pakai (dapat membeli seperti Zenius Education/www.zenius.net) atau merancang kurikulum sendiri sesuai minat & bakat Si Kecil. Contoh materi yang dapat diakses gratis dari internet: Ambleside Online, Math is Fun.

2. Sediakan waktu, bersabar & tulus mendampingi proses belajar anak. Dalam home learning, faktor terpenting adalah relasi hangat Anda sebagai orang tua agar bisa benar – benar memahami & mengetahui minat Si Kecil, sehingga dapat memupuk rasa ingin tahunya.

3. Biaya? Karena setiap anak berbeda, kebutuhan biaya akan menjadi berbeda satu sama lain. Mulai dari buku, pembelian kurikulum, hingga aktivitas dan tools yang dipakai sebagai sistem belajar disesuaikan dengan tujuan pencapaian minat anak – anak.

4. Belajar dimana saja, kapan saja. Misalnya dengan mengunjungi perpustakaan, taman bermain, atau berdiskusi dengan teman sesama home schooler. Intinya, belajar untuk kehidupan dan memerdekakan prosesnya.

Calling all home schooler parents, sharing pengalaman Anda melalui kolom komentar, ya! (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto, dok. Ning, Yulianti & Natalia)

 

Shares