Parenting
Ketika Si Kecil Membenci Sayuran
Si Kecil seperti punya radar di jam makan. Begitu melihat warna hijau di piringnya, langsung deh gerakan tutup mulut dilancarkan. Anak-anak dan sayuran seperti musuh bebuyutan – paling tidak dari sisi anak. Ever wonder why, Mams?
Dari diri sendiri
Konon manusia lahir dengan kecenderungan memilih rasa manis. Kondisi ini berakar pada evolusi manusia purba yang belajar bahwa rasa manis = aman, sementara pahit/asam/lainnya berkemungkinan untuk meracuni tubuh. So, the kids simply don’t like it, kadang penjelasannya sesederhana itu. Tapi jangan putus asa dulu, Mams. Rasa-rasa lain (selain manis) akan lebih berkembang di tahap lain dalam hidup.
Lingkungan
Anak-anak senang mengobservasi. Mereka juga mudah meniru. Seringkali dari teman-temannya Si Kecil belajar bahwa membenci sayuran adalah sesuatu yang diterima – bahkan dianggap baik, di mata teman mainnya.
Keluarga
Memaksa, membahas berkepanjangan, bahkan memberi berlebih bisa jadi biang keladi gerakan tutup mulut. Jika ini sering terjadi di jam makan, lebih baik hindari ya, Mams.
So what can we do? Ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan di rumah:
1. Beri Contoh. Apakah Anda penikmat masakan sayuran, Mams? Seperti yang saya sebut di atas, kids observe, a lot! Tunjukkan pada mereka bahwa sayuran bisa diolah jadi masakan yang lezat yang Anda bisa nikmati.
2. Mulai dari yang ‘Mudah’. Sebagai langkah awal, pilih sayuran yang ‘manis’, seperti wortel, kacang polong, atau jagung. Dari situ, bertahap kenalkan sayuran lain seperti bayam atau kol.
3. Reward. Simple: Eat your vegetable, and you will get rewards. Saya mengerti ada Mamas di luar sana yang tak nyaman dengan metode ini, tapi nyatanya penelitian oleh psikolog Lucy Cooke di University College London menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi reward, tidak hanya makan sayurannya tapi juga belajar untuk menyukainya. Reward yang digunakan dalam penelitian ini adalah sticker, kita bisa tiru. Atau ganti reward-nya dengan praising, walaupun tidak seampuh reward berupa benda kasat mata, metode ini juga punya efek positif terhadap perilaku makan sayuran pada anak.
4. Perjanjian. Saya dan Jamie (6.5tahun) punya perjanjian dalam seminggu ada satu hari untuk mencoba makanan baru tanpa drama. Hanya mencoba. Kalaupun ternyata ia tidak suka dan tidak menghabiskan ya tidak masalah. It takes 10 or more trial make kids willing to try something new, begitu teori yang saya dengar. Jangan lupa mantranya: Jangan dipaksa, jangan dibahas kepanjangan. Yang penting ia terekspos ke berbagai rasa – termasuk sayuran, hingga harapan saya kedepannya Jamie lebih mudah menerima rasa baru di lidah.
5. Libatkan. Go the extra mile, Mams. Libatkan anak-anak dan sayuran dalam kegiatan lain selain makan. Seperti: mempersiapkan bahan masak atau bahkan tanam tanaman sayuran dan ajak ia merawatnya. Sehingga hasilnya bisa Anda panen bersama, langsung masuk dapur untuk dioleh bersama juga.
Nah sementara kita menggiatkan gerakan cinta sayuran, Mams, saya juga suka menyamarkan sayur dalam makanan lainnya. Favorit saya adalah memotong jamur dan bawang bombai kecil-kecil untuk dicampur ke nasi goreng; serta mencampur wortel parut dalam meatballs. Namun hati-hati ya Mams, seandainya ia sampai mengetahui metode ini bisa-bisa gerakan tutup mulutnya tambah gawat! (Nien Addison/KR/Photo: Istockphoto.com)