Parenting

Kenali Fidget Toy Sebelum Kabulkan Permintaan Si Kecil!

By  | 

Tiba juga hari dimana Jamie (6 tahun) memelas minta dibelikan spinner, salah satu fidget toy yang belakangan jadi tren terbaru di sekolah. Tidak tega saya menolaknya, karena hampir semua temannya memiliki spinner. Haruskah saya kabulkan permintaannya, Mams?

Apakah Fidget Toy?
​Fidget toy berukuran kecil, mudah digerakkan oleh jemari. Fungsinya menyalurkan energi berlebih supaya anak dengan kesulitan fokus – misalnya Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau autistik, dapat lebih konsentrasi di kelas. Jadi meski sebutannya ‘toy’ sebenarnya benda ini adalah ‘alat’ yang berfungsi lebih dari sekadar menghibur anak.
​Fidget toy diciptakan awal ’90-an, namun kepopulerannya baru mencuat April 2017 setelah beberapa majalah besar mengulasnya, Majalah Forbes bahkan menyebutnya sebagai ‘must-have office toys for 2017’ (Iya, fidget toy ternyata membantu orang dewasa mengelola kecemasan juga, Mams!) Setelah itu, fidget toy – terutama fidget spinner, booming di mana-mana.

Hands holding fidget spinners

Pro-Kontra
​Ironisnya alat yang awalnya diciptakan untuk membantu anak berkebutuhan khusus ini malah menjadi distraksi di kelas karena digunakan semena-mena oleh banyak murid. Karenanya belakangan banyak sekolah melarang mainan ini digunakan di kelas. Ada juga yang melarang tapi mengizinkan murid dengan kebutuhan khusus menggunakannya di kelas.
​Satu lagi yang harus diperhatikan adalah ukuran fidget toy, Mams. Fidget cube misalnya, berukuran kecil yang di tangan balita bisa tak sengaja masuk mulut dan nyangkut di tenggorokan. Fidget spinner punya bagian sebesar koin yang bisa dilepas, lagi-lagi berisiko choking hazard jika tertelan.

So, Should I Get Him One?
​Iya-tidaknya permintaan Si Kecil dikabulkan, tergantung kebijaksaan Anda, Mams. Different house, different rules, bukan? Nah, beberapa hal di bawah ini bisa jadi acuan untuk pengambilan keputusan Anda:
– Apakah dia terlalu kecil untuk fidget toys?
– Cek kebijakan sekolah: apakah sekolah melarang?
– Bisakah dia menyimpannya di tas seandainya larangan fidget toy hanya berlaku di kelas (dan tidak di jam istirahat)?
– Apakah itu akan mengganggu rutinitasnya? (It is very addictive)
​Untuk Jamie saya punya satu saringan lagi: Has he been a good boy to deserve a toy that he really wants? Sesungguhnya ini bisa jadi tes untuk pertanggungjawabannya dan Anda mestinya bisa menarik kembali seandainya fidget toy malah mengganggu, pastikan kesepakatan ini telah ada di muka, sebelum Anda menyerahkan fidget toy ke tangannya.
Apapun itu, make sure keputusan Anda mengacu pada kesejahteraannya, bukan sekadar memanjakan dia ya, Mams! (Nina Addison/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares