Health
Mengenal Sleep Apnea pada Anak
Mams, seringkah Si Kecil mengorok saat tidur? Kendati terlihat tidak berbahaya, namun sebaiknya Anda tetap berhati-hati jika mendapati Si Balita mengorok saat tidur. Sebab, ternyata mengorok pada anak dapat menimbulkan berbagai masalah mulai dari penurunan kadar oksigen dalam darah, hingga sering merasa letih.
Risiko Mengorok pada Anak
Tak hanya mengganggu kualitas tidurnya, mengorok juga dapat memengaruhi otak dan jantungnya lho, Mams. Sebenarnya mengorok pada anak ataupun orang dewasa prinsipnya sama. Mengorok adalah suara napas yang berbunyi akibat getaran udara yang melalui saluran napas atas. Mengorok menunjukan adanya tahanan yang tinggi terhadap udara di saluran napas atas. Waktu tidur otot mengalami relaksasi sehingga jalan napas mengecil. Akibatnya jumlah udara yang sama harus melewati tempat yang lebih sempit. Mengorok dapat merupakan gejala dari penyakit yang serius seperti sleep apnea (henti napas waktu tidur). Sekitar 3% anak usia 1-9 tahun menderita sleep apnea.
Bila mengorok disertai henti napas, anak kemungkinan menderita sleep apnea. Saluran udara sangat sempit sehingga udara tak bisa lewat. Anak dapat berhenti napas beberapa detik sampai satu menit. Kemudian otak membangunkan badan supaya berusaha bernapas kembali. Akibatnya anak terbangun dan bernapas kembali. Karena sering terbangun, tidurnya tidak nyenyak dan merasa ngantuk dan lelah sepanjang hari.
Penyebab
Mengorok pada anak dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu:
- Adanya kelainan bentuk anatomis, seperti rahang bawah atau saluran napas yang kecil
- Tersering disebabkan pembesaran amandel (tonsil dan adenoid)
- Otot pernapasan dan saraf pengontrolnya bekerja tidak sempurna
Gejala Sleep Apnea pada Anak
Anda bisa mengetahui apakah Si Kecil mengalami sleep apnea atau tidak dengan mengenali beberapa hal berikut ini:
Pada waktu malam:
- Sering mengorok keras
- Berhenti napas dan menarik napas dalam-dalam hingga membuatnya terbangun dan mengganggu tidurnya
- Tidur gelisah
- Berkeringat berlebihan
- Mengompol
Pada siang hari:
- Sulit dibangunkan
- Sakit kepala di pagi hari
- Agresif, gelisah, dan mudah tersinggung
- Mengantuk
- Suara bindeng dan napas melalui mulut
- Mengalami masalah perilaku, sosial dan dalam prestasi sekolah
Selain itu, sleep apnea juga berhubungan dengan pertumbuhan yang terhambat dan gangguan pada jantung dan pembuluh darah.
Yang Meningkatkan Risiko Sleep Apnea
Beberapa hal dapat meningkatkan risiko Si Kecil mengalami sleep apnea, yaitu:
- Kegemukan.
- Ada anggota keluarga lain dengan sleep apnea.
- Anak-anak dengan sindroma down atau gangguan neuro-muskuler.
- Sering alergi.
- Asma.
- Orangtua perokok.
Bagaimana pengobatan sleep apnea pada anak?
- Operasi pengangkatan amandel (tonsil dan adenoid) oleh dokter spesialis THT. Pada sebagian besar kasus (85-90%) sleep apnea dapat disembuhkan dengan cara ini.
- Bila masih ada sleep apnea dikirim ke dokter gigi TMJ untuk pemakaian oral appliance atau tindakan rapid palatal expansion.
- Presentase kegagalan operasi terjadi pada 10% kasus, hal ini biasanya dikarenakan pasien merupakan anak yang gemuk atau dengan komplikasi yang berat. Pada kasus ini, Si Kecil akan disarankan untuk mengenakan alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Walaupun sleep apnea telah berhasil diobati pada anak, masalah dapat timbul kembali saat ia dewasa. (Tammy Febriani/KR/Photo:Istockphoto.com)