Finance

Smart Mama Story : Aturan Manajemen Keuangan Paska Menikah

By  | 

Setiap rumah tangga memiliki aturan berbeda terhadap segala hal. Mulai dari aturan mengurus pendidikan anak, pola asuh anak, hingga bagaimana manajemen keuangan tiap keluarga. Beberapa teman Smart Mama mengaku setelah menikah, pola keuangannya berubah karena baik pendapatannya maupun pendapatan suami digabung jadi satu. Tapi sebagian juga bilang, manajemen keuangannya masih sama dengan seperti ketika masih single dahulu. Untuk lebih jelasnya, simak cerita mereka yuk!

“Saya dan suami sama-sama bekerja sehingga kami memiliki tanggung jawab masing-masing untuk urusan pengeluaran keluarga. Sebelum anak kami lahir, suami membayar cicilan mobil, apartemen, listrik, belanja grosir tiga bulanan, serta membelikan barang-barang tersier untuk saya. Biasanya jika ingin membeli sesuatu semisal tas atau sepatu, saya membayar dengan kartu kredit dahulu, lalu bulan depan suami memberi saya uang cash untuk membayar cicilan kartu kredit tersebut. Nah setelah Jireh lahir, ia juga yang membiayai semua kebutuhan Si Kecil termasuk juga biaya pembantu. Sedangkan gaji saya untuk membayar laundri, parkir mobil di kantor, atau membeli makanan untuk kebutuhan bulanan. Sejauh ini, pola tersebut masih kami terapkan dan tak pernah ada masalah.”
Onya, 35 tahun, mama dari Jireh, 1 bulan

“Ketika hamil lima bulan, saya memutuskan untuk berhenti bekerja karena kebetulan saat itu ada masalah di kantor dan akhirnya suami juga meminta saya untuk fokus mengurus Si Kecil. Sejak saat itu otomatis saya sudah tak memiliki penghasilan tetap sehingga manajemen keuangan pun diatur oleh suami saya hingga sekarang. Jadi setiap bulan saya diberi sejumlah uang untuk mengatur semua pengeluaran keluarga dan anak kami. Lalu jika ada keperluan lain yang ingin dibeli saya tinggal meminta lagi kepada Papanya Alessa.”
Ina, 34 tahun, mama dari Alessa, 18 bulan

“Sejak menikah enam tahun lalu, saya memang sudah tak lagi bekerja dan memilih untuk jadi ibu rumah tangga karena berbagai pertimbangan. Dan Puji Tuhan, suami mampu mencukupi kebutuhan keluarga dengan pemasukan yang ia terima setiap bulan. Jadi sebagai aparat negara, suami saya mendapat dua pemasukan dari gaji bulanan dan uang kawalan. Nah untuk uang kawalan digunakan untuk membayar pembantu, listrik, dan cicilan rumah. Sementara untuk yang gaji bulanannya diberikan seluruhnya pada saya. Nah gaji itulah yang saya kelola untuk seluruh hal lain di rumah tangga kami.”
Gresiania, 34 tahun, mama dari Kezia, 4 tahun, dan Moses, 1 tahun

“Kami berdua adalah pasangan bekerja yang berkomitmen menjadikan pemasukan perbulan dalam satu akun tabungan bersama meskipun atas nama suami. Setiap bulan saya menyetor sejumlah uang dari pemasukan bulanan yang nominalnya tidak sama, karena tergantung dari seberapa banyak jumlah tagihan kartu kredit saya bulan sebelumnya. Setelah itu setiap minggu suami memberi saya uang cash untuk keperluan sehari-hari kami seperti makan dan transport sekolah Si Kecil. Lalu untuk tagihan cicilan rumah, listrik, bensin, parkir, belanja bulanan, uang sekolah anak kami, hingga keperluan tersier, semua itu kami ambil dari rekening bersama atau gabungan dari gaji saya dan suami.”
Josephine, 31 tahun, mama dari Celia, 4 tahun

Apakah pengaturan keuangan Anda ada yang sama dengan para Smart Mama tersebut? Atau Anda memiliki manajemen keuangan yang berbeda, Mamas? Intinya selama di antara Anda dan pasangan saling jujur mengenai kondisi keuangan keluarga maka hal tersebut tak akan jadi masalah ya. Sebab faktanya, uang juga merupakan salah satu sumber pertengkaran yang bisa berujung pada konflik antar suami istri lho. Jadi sekali lagi berkomunikasi tentang segala hal dengan pasangan memang tindakan tepat untuk menjaga keharmonisan Anda berdua. (Lenny Delima/Photo:Istockphoto.com)

Shares