
Health
Yuk, Belajar Shokuiku di Jepang untuk Optimalkan Program Makan Siang di Sekolah
Stunting hingga saat ini masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Sehingga edukasi mengenai pentingnya asupan bergizi bagi anak dan calon mama menjadi hal yang krusial.
Selain edukasi, salah satu upaya pemerintah saat ini dalam menekan angka stunting di Indonesia adalah dengan adanya Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan oleh Presiden Indonesia, Prabowo Subianto.
Kebijakan dan Implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia
Dr. Drs. Nyoto Suwignyo, MM, Deputi Bidang Promosi dan Kerja Sama Badan Gizi Nasional mengungkapkan bahwa pelaksanaan program MBG bukanlah perkara mudah bagi pemerintah. Bahkan negara Jepang sekalipun butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk memulai program ini.
“Yang membedakan program MBG Indonesia dengan Jepang adalah, Indonesia tidak memulai dari kelompok yang kecil, melainkan serentak langsung pada semua kelompok sasaran. Pekerjaan luar biasa yang butuh dukungan semua pihak,” ungkapnya.
“Program yang saat ini telah berjalan di Jepang sudah jadi bagian yang dipelajari sebelum program ini ditetapkan. Kami sadari Jepang telah berhasil, karena itu uji coba MBG di Indonesia yang baru saja kita mulai ini, harus berhasil. Jadi prinsipnya trial and success, bukan trial and error. Kita cari bagusnya sehingga pelaksanaan MBG di Indonesia, uji coba langsung yang terbaik.”
Dapur gizi yang sudah berjalan saat ini adalah 246, dari target awal 932. Nantinya target bertambah jadi 5.000 dapur hingga 30.000 dapur yang tersebar di seluruh Indonesia. MBG tidak sekadar memberikan makan, tetapi harus yang bergizi sesuai kaidah-kaidah standar gizi yang ditetapkan Kemenkes dan pemberian edukasi mengenai pola makan sehat. Program MBG ini akan dimonitor secara berkala yaitu 3 bulan dan 6 bulan sekali untuk melihat progresnya.
Peran Yakult dalam edukasi Shokuiku

Sebagai pelopor minuman probiotik di dunia dan telah menjadi bagian dari keluarga di Indonesia sejak 1991, Yakult memahami bahwa edukasi gizi sangatlah penting, khususnya bagi calan mama, ibu menyusui, dan anak sekolah. “Makanan bergizi seimbang dapat membantu membangun fondasi kehidupan. Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan edukasi gizi yang baik, dan mengonsumsinya. Yakult ingin berkontribusi menyebarkan gagasan Shokuiku (pendidikan nutrisi) sehingga makin banyak masyarakat yang paham soal makanan bergizi,” ucap Presiden Direktur PT Yakult Indonesia Persada, Hiroshi Kawaguchi, dalam sambutannya di acara Seminar Ilmiah Shokuiku – Nutrisi dan Edukasi.
Mengundang pakar dan perwakilan stakeholder sebagai pembicara, seminar ini dihadiri oleh 150 peserta dari beragam latar belakang kepakaran dan profesi antara lain kementrian terkait, Asosiasi Gizi, dietisien (ahli gizi), guru, dan bidan. Seminar ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap pengembangan program makan bergizi gratis (MBG) di sekolah-sekolah di Indonesia.
Yakult sendiri telah ikut dalam usaha meningkatkan status gizi masyarakat. Antara lain melalui uji coba makan siang gratis di SD Negeri di Sumedang dan Jatigede. Tak sekadar membagikan minuman probiotik, Yakult juga memberikan edukasi soal pola hidup bersih sehat (PHBS) kepada anak-anak, serta edukasi soal makanan bergizi dan fungsi usus shingga anak mengerti arti penting untrisi untuk kesehatan. “Manusia menyerap nutrisi melalui usus. Yakult percaya, penjaga usus tetap shat akan meningkatkan manfaat dari konsumsi makanan bergizi seimbang,” imbuh Kawaguchi.

Prof. Naomi Aiba, R.D., Ph.D – Peneliti di Institiut Kesehatan Masyarakat Nasional (sekarang Institut Kesehatan dan Gizi Nasional), Profesor di Kanagawa Insittiute Shokuiku (Food and Nutrition Education) and the Role of School Lunch in Japan menjelaskan dalam seminarnya bahwa UUD pendidikan pangan mulai diberlakukan pada 2005 di Jepang. Para guru dan ahli gizi memainkan peran yang sangat penting untuk pendidikan pangan di sekolah di Jepang.
“Ada beban ganda malnutrisi di dunia, termasuk di Jepang, yaitu obesitas dan kekurangan gizi. Sehingga diperlukan program perbaikan gizi yang disebut double duty action,” terangnya.
Manghadapi hal ini, WHO mengusulkan 5 inisiatif sebagai kandidat potensial untuk double duty action, yaitu dengan mempromosikan dan melindungi pemberian ASI eksklusif, mengoptimalkan gizi di awal kelahiran untuk mencegah stunting, mengoptimalkan gizi selama kehamilan dan pemeriksaan antenatal, program makan di sekolah sambil mengenalkan kebijakan gizi, dan peraturan mengenai pemasaran makanan.
“Program makan siang di sekolah di Jepang saat ini diawasi dengan ketat oleh manajemen sekolah. Dimana ada guru ahli gizi dan juga guru yang selalu memberikan edukasi kepada para murid mengenai status gizi dari makanan yang akan disantap sebelum makan siang berlangsung. Menu makanan yang disediakan juga merupakan menu utama dengan lauk pauk sehat khas Jepang,” urai Aiba.
Ada 3 jenis panduan yang diberikan oleh guru gizi di sekolah Jepang, yaitu: panduan diet, panduan nutrisi saat makan siang, dan panduan nutrisi sebagai individu.
Melalui makan siang di sekolah, anak juga mempelajari hubungan antar manusia, dengan menikmati makanan bersama-sama. Dengan demikian membantu anak-anak untuk mengembangkan kebiasaan makan siang yang baik, untuk pola makan yang sehat di masa mendatang. Program ini juga jadi cara yang efektif untuk mencegah anak menjadi picky eater.

“Pengalaman makan bersama di sekolah yang menyenangkan, bisa menciptakan suasana sosial yang nikmat sehingga tanpa sadar, anak mencoba makanan yang tidak disukainya. Dengan demikian membantu minat makan anak dan anak memahami pentingnya makanan. Pengalaman dan pengetahuan di sekolah juga perlu dipraktikkan di rumah. Sekolah membuat buletin gizi, serta mengirimkan menu makan siang sekolah selama satu bulan kepada orang tua. Ini adalah salah satu cara berkomunikasi bagi guru dengan keluarga, untuk membantu anak dan kelaurga menjadi lebih sehat,” lanjutnya.
Untuk menikmati makanan dengan baik dan enak, perlu mengunyah dengan baik. mengunyah dengan baik juga mengurangi risiko obesitas, dan telah dibuktikan dalam penelitian. Makan bersama memberikan pengalaman yang menyenangkan, dan mendorong anak untuk mengunyah dengan baik (30 kali). Beberapa sekolah bahkan memutar musik khusus, yang mengatur ritme mengunyah.
Dengan adanya pemaparan dari Naomi Aiba mengenai Shokuiki ini, diharapkan program Makan Bergizi Gratis di Indonesia yang juga turut didukung oleh Yakult, dapat berjalan dengan baik untuk menuju Indonesia lebih sehat dan bebas stunting. (Tammy Febriani/KR/Doc. iStockphoto, Yakult)
Comments are closed.