Health

Kaitan Sanitasi dan Akses Air Bersih dalam Mencegah Stunting

By  | 

Tak hanya berkaitan dengan asupan gizi saja, ternyata stunting juga dapat dipengaruhi oleh sanitasi dan akses Si Kecil terhadap air bersih.

Stunting merupakan kondisi anak yang tumbuh lebih pendek dari standar usianya akibat Si Kecil kekurangan gizi kronis. Namun penelitian terbaru menemukan bahwa stunting ini tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi, tetapi juga terkait erat dengan lingkungan hidup yang tidak sehat.

Stunting dan Dampaknya untuk Indonesia

Stunting tak dapat dianggap remeh ya, MamsKondisi ini telah menjadi salah satu isu kesehatan serius di Indonesia. Menurut data dari  Kementerian Kesehatan, sekitar 21,6% anak di bawah usia lima tahun di Indonesia masih mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak jangka panjang pada perkembangan kognitif, prestasi pendidikan, dan produktivitas ekonomi di masa depan.

“Kami menyerukan kolaborasi lintas sektor yang lebih kuat, terutama di daerah-daerah terpencil, untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang layak,” jelas Direktur Eksekutif FKI, Prof. Nila F Moeloek. 

Direktur Eksekutif FKI, Prof. Nila F Moeloek dan Dr. dr. Ray Wagiux Basrowi, MKK, FRSPH.

Sanitasi dan Kaitannya dengan Stunting

Kajian terbaru mengungkapkan bahwa sanitasi yang layak dan akses terhadap air bersih menjadi faktor inti dalam pencegahan stunting pada anak-anak. Temuan ini diperoleh lewat kajian ilmiah Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) yang bertajuk “Memahami Stunting dari Inti”.

Dalam sebuah studi komprehensif yang dilakukan oleh para peneliti kedokteran komunitas di FKI, terlihat jelas bahwa daerah dengan akses terbatas terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki akses sanitasi yang baik.

Menurut Prof. Nila, kajian FKI lewat studi literatur dan analisis data keluarga risiko stunting BKKBN menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk serta sanitasi yang jelek di lingkungan keluarga meningkatkan risiko  stunting hampir 1,5 kali. Fakta ini diperoleh dengan analisis mendalam lewat systematic review dan uji skala prioritas melalui pendekatan community diagnosis yang belum banyak diimplementasikan dalam kebijakan kesehatan Indonesia.

“Kajian FKI ini menemukan bahwa pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata, tetapi untuk jangka panjang, agar pencegahan stunting optimal maka sanitasi lingkungan dan akses air bersih juga harus mendapat fokus lebih,” urai Prof. Nila.

“Sanitasi buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi, seperti diare, yang mengganggu penyerapan nutrisi dan memperparah kondisi malnutrisi. Itu sebabnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan terbebas dari stunting,” lanjut Prof. Nila yang merupakan Menteri Kesehatan RI 2014-2019 ini.

3 Faktor Utama dalam Mencegah Stunting

Menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, bersama peneliti kedokteran komunitas dr. Levina Chandra Khoe, MPH, dan Ir. Wahyu Handayani, kajian FKI juga mengidentifikasi 3 faktor kunci yang sangat berdampak besar untuk mencegah stunting dalam jangka panjang, yaitu:

1.Menurunkan  anemia (lewat skrining, optimasi intervensi tablet tambah darah dan nutrisi lain)

2.Tingkatkan akses dan kualitas sanitasi dan air minum/air bersih

3.Peningkatan kualitas pemeriksaan kehamilan (antenatal care).

Ditambahkan Dr Ray Wagiu Basrowi, melalui systematic review mendalam, Tim FKI juga menemukan bahwa “terdapat hasil yang konsisten dari sejumlah penelitian skala besar tentang anemia pada mama meningkatkan risiko stunting hingga 2,3 kali lebih besar. Sehingga intervensi skrining anemia di komunitas, posyandu dan layanan primer, mengoptimalkan intake zat besi, baik itu tablet tambah darah maupun asupan nutrisi sumber protein dan zat besi harus jadi intervensi prioritas pada ibu hamil agar stunting bisa dicegah secara berkelanjutan”, ujarnya.

Temuan ini diharapkan dapat menjadi pendorong bagi pemerintah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta untuk mempercepat implementasi kebijakan dan program yang memperbaiki kondisi sanitasi di seluruh wilayah Indonesia. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto, FKI)

Comments are closed.

Shares