Education
Belajar Matematika Lebih Seru dengan Aplikasi CoLearn
Matematika tak hanya penting untuk pelajaran sekolah. Lebih dari itu, matematika ada dalam keseharian kita, bahkan disebut sebagai pengantar untuk memahami filsafat kehidupan. Bagaimana peranan aplikasi belajar untuk menggugah minat anak belajar matematika?
Hasil Survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan hal yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan program yang digagas oleh the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tersebut, tampak bahwa kemampuan matematika, sains, dan membaca pada anak Indonesia berada di peringkat rendah.
Namun demikian, temuan PISA jangan membuat kita berkecil hati ya, Mams. “Kita harus melihat kemampuan matematika secara komprehensif. Pada anak-anak Indonesia yang kuliah di luar negeri, kemampuan matematika mereka justru lebih unggul karena pembelajaran kita jauh lebih mendalam dan luas. Sedangkan di luar negeri, fokus pada suatu bidang saja,” ungkap Rektor Universitas Tarumanegara Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan, I.P.M.
Prof. Purna melanjutkan, ketika menilai kemampuan matematika Si Kecil juga perlu melihat bagaimana proses pembelajarannya di sekolah, dari TK hingga SMA bahkan perguruan tinggi. “Proses pembelajaran akan membentuk kemampuan matematika anak,” ujarnya. Secara umum ia pun menilai, bahwa ilmu matematika yang dipelajari di Indonesia sudah baik.
Untuk mendukung Si Kecil dalam memahami matematika, proses pembelajaran terbukti dapat turut membentuk kemampuan matematikanya. Jadi harus dipastikan Si Kecil paham benar konsepnya mulai dari dasar, sebelum diajarkan konsep-konsep yang lebih rumit. “Kalau pemahaman konsep dibangun bertahap sesuai levelnya, tidak akan serumit itu,” imbuh Prof. Purna.
Pentingnya Matematika bagi Kehidupan
Seperti kita ketahui, ilmu matematika sangat luas, dan banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, ada keberlanjutan dalam aplikasi matematika. “Ada yang menggunakan matematika secara langsung, seperti jurusan teknik, teknologi, komputer, dan lain-lain. Namun jangan lupa ada juga yang tidak langsung. Di bidang sosial, matematika diperlukan untuk membuat statistik, analisis kuantitatif, hingga urusan bisnis seperti saham, bunga, dan produksi,” papar Prof. Purna.
Pentingnya matematika bagi kehidupan juga disampaikan oleh Kurnia Widhiatuti atau akrab disapa Bunda Kurnia. Trainer Parenting Nasional ini menyebut, ahli matematika zaman lampau Al-Kindi bahkan mengatakan bahwa matematika adalah mukadimah (pengantar) untuk memahami filsafat kehidupan. Menurutnya, matematika sangatlah penting, dan tidak hanya berkutat dalam hitung-hitungan saja. “Yang menarik, matematika mengaktivasi otak kiri dan kanan secara seimbang,” terangnya.
Bila selama ini kita berpikir bahwa matematika hanya ada di otak kiri yang membutuhkan pertimbangan logis, nyatanya tak demikian, Mams. “Sebetulnya, otak kanan yang bersifat imajinatif dan kreatif, juga membutuhkan pertimbangan logis matematis. Dengan kemampuan matematika, otak kanan yang hampir abstrak, dan kadang sulit dikendalikan, bisa diimbangi dan lebih terukur. Seseorang akan bisa mengurutkan, mana ide-ide yang sebaiknya direalisasikan, dan mana yang belum saatnya,” paparnya.
Ia melanjutkan, matematika tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. “Segala yang kita lihat, sentuh, dan bicarakan, tanpa sadar adalah matematika. Ia menyayangkan, banyak orangtua kadang tidak sadar bahwa matematika memiliki efek terhadap perspektif masa depan. “Dianggap bahwa matematika hanya menghitung angka, dan berpikir bahwa anaknya memang tidak pintar matematika. Tidak diupayakan untuk memahami,” lanjutnya.
Cara Menyenangkan Belajar Matematika
Tak bisa dipungkiri, ada kesan menakutkan terhadap mata pelajaran yang satu ini. “Yang membuat Si Kecil takut adalah doktrin. Ketika orangtua bilang bahwa matematika itu sulit, Si Kecil langsung menganggap matematika sebagai momok. Ubah dulu persepsi; matematika itu mudah dan menyenangkan,” ujar Bunda Kurnia.
Menurut Prof. Purna, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kesan sulit dan rumit saat belajar matematika, yaitu:
1.Matematika dipelajari sesuai kegunaannya. “Bila ditunjukkan kegunaannya, anak pasti tertarik. Misalnya untuk jual beli. Jadi anak paham, seperti apa aplikasinya di masyarakat,” jelas Prof. Purna.
2.Pahami mulai dari level yang mudah/sederhana, baru naik ke derajat yang lebih tinggi. Hal ini juga akan melatih kita membuat skala prioritas dari tiap persoalan.
3.Membangun pemahaman anak terhadap suatu persoalan. Pengajaran matematika yang hanya mengedepankan hafalan tanpa membuat anak memahami konsepnya, membuat matematika terkesan sulit. Pembelajaran matematika perlu mengambil bentuk yang logis dan nyata. “Misalnya ketika belajar trigonometri. Sin, cos, tan itu posisi atau koordinat. Ceritakan dulu masalah koordinat. Kalau sudah paham, baru masuk ke hitungan,” sarannyanya.
Memanfaatkan Aplikasi Belajar
Baik Prof. Purna maupun Bunda Kurnia setuju, aplikasi belajar, salah satunya seperti CoLearn bisa sangat membantu anak dalam belajar matematika. “Dulu, guru mengajar dengan menulis di papan tulis. Murid harus mengandalkan ingatan yang kuat dan buku catatan. Sedangkan sekarang, melalui daring. Kelebihan belajar lewat aplikasi, pelajaran matematika dipermudah karena banyak ilustrasi, skema, video, dan tampilan-tampilan menarik, yang bisa membawa kemampuan matematika yang lebih baik,” Prof. Purna memaparkan.
Para pengajar dalam aplikasi belajar juga lebih interaktif, dan menyampaikan materi dengan cara yang menarik. Ini membuat anak-anak lebih tertarik, dan tidak merasa ketakutan.
“Ketiga, pembelajaran bisa diulang-ulang. Anak yang belum paham bisa mengulang materi. Anak yang sudah paham dan ingin pengetahuan lebih, bisa mempelajari materi yang lain yang karena sudah tersedia. Anak pun bisa belajar dari mana saja,” jelas Prof. Purna. Karena pembelajaran bisa diulang-ulang dengan aplikasi, penggunaan aplikasi belajar bisa menjadi pelengkap pembelajaran formal di sekolah. Maka ketika anak merasa penjelasan oleh guru dari sekolah masih kurang jelas, pembelajaran bisa diulang atau diperjelas lagi lewat aplikasi belajar.
Adapun Bunda Kurnia berpendapat, melibatkan pihak lain seperti aplikasi belajar CoLearn merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan orangtua untuk menghilangkan kesan “horor” dari matematika. “Sistem belajar yang unik, lucu, dan menyenangkan, membuat anak senang belajar. Apalagi gurunya masih muda, dan metode belajar yang digunakan dekat dengan yang ada di sekitar anak,” ujarnya. Dengan cara seperti ini, paradigma anak terhadap matematika bisa berubah, menjadi lebih positif.
CoLearn adalah start up aplikasi belajar lokal asal Indonesia. Sejak diluncurkan pada Agustus 2020, CoLearn telah membantu >3,5 juta siswa belajar secara mandiri selama pandemi COVID-19. Yang menarik dari CoLearn, pembelajaran berlangsung dua arah, meski bantuan PR berupa video juga tersedia. CoLearn meyakini bahwa pembelajaran paling efektif ketika anak berinteraksi langsung dengan guru, mentor, dan teman-teman sekelas.
Sistem berbasis kohort (cohort-based) ini memungkinkan Si Kecil memiliki komunitas tersendiri, karena mereka akan bersama dengan teman-teman yang sama sepanjang semester. Mereka pun saling bantu, dan saling menyemangati. Familiaritas di ruang kelas (dengan guru, teman-teman, dan struktur kelas) juga bisa membantu anak untuk lebih senang belajar.
Di Kelas Live CoLearn juga ada Math in Action, di mana anak diajarkan konsep dan contoh aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuat anak makin tidak takut dengan matematika, dan bisa melihat betapa dekatnya matematika dengan kehidupan sehari-hari. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. CoLearn)