Parenting
Panduan Bagi Mama Baru Merawat Newborn
Setelah Si Kecil lahir, tentu banyak hal yang harus segera dilakukan sebagai bentuk adaptasi telah memiliki bayi. Seringkali, hal ini membingungkan bagi Mama baru, ya? Panduan dari dr. Meta Hanindita. Sp.A – penulis buku seri “Mommyclopedia” dan dr. Ratih Ayu Wulandari, IBCLC – penulis buku “Kelas Bayi Nyam – Nyam” berikut akan membantu!
Q: Saran untuk first time parents menciptakan bonding moment dengan bayi baru lahir?
dr. Meta: Yes. Bonding & attachement memang penting untuk perkembangan bayi baru lahir, Nah, langkah ini bisa terbentuk ketika kita konsisten untuk merespon bayi baru lahir dengan cinta, kehangatan dan perhatian. Saat kita menjadi orangtua baru memang seringkali butuh waktu untuk memahami bayi baru lahir dengan cara berinteraksinya.
Tapi yang jelas, sentuhan adalah bahasa awal saat bayi merespon atau kontak dari kulit bayi. Langkah menanagkan untuk kita dan bayi sekaligus mendukung perkembangan bayi yang sehat. Jadi pada saat menyusui perbanyaklah skin to skin dan melakukan eye contact – karena bayi melakukan adaptasi sejak dini untuk meniru gerak dan ekspresi dengan mengajaknya bicara, tersenyum, menyanyi, membaca dan menggendong.
Q: Apa yang bisa kita lakukan saat bayi menangis terus?
dr. Meta: Bayi menangis karena berbagai alasan, dan perlu dipahami bahwa ini merupakan catanya berkomunikasi, menarik perhatian dan menunjukkan kebutuhan mereka. Memang, di usia awal kelahiran pasti sulit untuk menafsirkan tangisan bayi yang berbeda. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, semakin sering kita mendengarkan, kita akan jadi lebih baik dan peka dalam mengenali kebutuhan bayi.
Pada dasarnya, alasan mereka menangis bisa karena ngantuk, popok basah, lapar, atau kolik, sakit, dsb. Coba kita mengenali tangisan bayi dengan melibatkan seluruh indra kita saat mencoba mencari tahu dan perhatikan. Perubahan suasana hati misalnya, apakah ada pengaruhnya dengan lingkungan? Perhatikan juga apakah mereka menguap atau memegang matanya, karena bisa berarti mereka mengantuk.
Q: Bayi baru lahir beratnya akan berkurang. Berapa % penurunan yang masih dikatakan aman?
dr. Meta: Tidak boleh lebih dari 10%. Jika bayi tidak kembali ke berat badan lahir di usia 10 – 14 hari, kita harus waspada untuk dibawa kembali ke dokter dan dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Q: Benarkah, bayi tidak boleh diajak pergi – pergi sebelum usianya 40 hari?
dr. Ratih: Ini ada kaitannya dengan kultur di Indonesia. Tapi sebenarnya boleh pergi pada kondisi yang diharuskan, misalnya bertemu dengan konselor menyusui dan melakukan pemeriksaan ke dokter. Kalau dibawa ke tempat ramai, harus menunggu sampai imunitas atau antibodi Si Kecil sudah lebih kuat.
Q: Di minggu pertama kelahirannya, bagaimana perkembangan penglihatannya?
dr. Ratih: Sejak lahir, bayi sudah bisa melihat tapi hanya dalam jarak 20 – 30 cm dan warnanya hitam putih. Kondisi ini semakin jelas setelah 1 bulan. Semakin jelas lagi setelah 3 bulan, dimana bayi sudah bisa melihat warna – warna yang lebih cerah. Lalu akan lebih jelas lagi di usia 6 bulan.
Q: Jaundice/kuning pada bayi: Bagaimana kita bisa tahu bayi tergolong kuning? Benarkah pencegahannya hanya dengan cukup ASI & saat bagaimana harus waspada?
dr. Ratih: Secara fisik kita bisa melihat kulit bayi warnanya menguning, dari area kepala – kaki. Kalau peningkatan bilirubin masih sedikiit, kita bisa lihat di wajah bayi. Tapi kalau seluruh tubuh bayi berwarna kuning itu biasanya nilai kenaikan bilirubinnya sudah tinggi sekali. Kemudian kita bisa lihat juga dengan menekan kulit bayi, kalau kembalinya telat biasanya warnanya sudah berubah menjadi kuning pada saat kita tekan. Untuk lebih memastikan kondisi ini, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai saran dokter.
Selama proses ini, pastikan Mama mendapat dukungan penuh dari pasangan dan keluarga. Belajar bersama – sama untuk memahami kehidupan awal bayi dan mengatur jadwal untuk saling menjaga Si Kecil dapat memudahkan Mama untuk beristirahat dan menjaga stamina. So yes, welcome to the club! (Nathalie Indry/KR/Photo: Freepik)