Parenting
Stay at Home Dad: Geraldo Oryza
Dalam pengertiannya, Stay at home Dad merupakan mereka – para papa yang turut andil mengurus anak – anak termasuk membantu melakukan pekerjaan rumah.
Di dunia, seperti dikutip dari situs TIME.com, jumlahnya semakin meningkat sejak tahun 2000an. Lebih dari 500.000 pria di dunia mulai berkomitmen menjaga anak di rumah, sementara istrinya bekerja. Lalu, bagaimana perkembangan fenomena ini di Indonesia?
Psikolog Elizabeth Santosa, MPsi, Psi, SFP, ACC mengungkapkan bahwa di negara berkembang seperti Indonesia, keberadaan full time stay at home Dad dipandang masih belum merebak. “Sekalipun sekarang ini kita lihat di ranah parenting sudah banyak terjadi shifting, artinya papa juga sudah banyak berperan aktif dalam proses pengasuhan anak, ya.. Tapi menurut pengamatan saya jumlahnya masih sedikit.” ujarnya.
Ada banyak hal yang memengaruhi, diantaranya terbentur norma sosial yang kuat sekali mengatakan bahwa mengurus anak – anak adalah pekerjaan wanita, hingga ego pria itu sendiri. “Bagi mereka yang sudah memutuskan untuk menjalani peran ini, pastilah sudah melalui proses berpikir yang panjang serta diskusi bersama keluarga terutama istri. Dibutuhkan kebesaran hati juga secara personal karena mereka harus mengalahkan ego untuk berbagi peran yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Salut bagi mereka yang berkomitmen menjalankannya,” tutup wanita yang akrab dipanggil Lizzie tersebut.
Kami menghubungi Komunitas Bapak Rangkul, sebuah kelompok yang beranggotakan para papa atas inisiasi Relawan Rangkul Keluarga Kita oleh Najelaa Shihab. Geraldo Oryza, papa dari tiga orang anak Raza (7,5), Mayra (5,5) & Tavisha (2,5) – perwakilan dari komunitas ini berbagi pengalaman untuk Smartmama.
Sejak kapan mulai lebih banyak menjalankan peran mengurus anak – anak di rumah?
Tepatnya sejak tahun 2011. Setelah menikah, istri saya masih melanjutkan studi lalu bekerja. Saat itu jam kerja sebagai musisi lebih fleksibel sehingga memungkinkan saya untuk punya lebih banyak waktu mengurus anak – anak di rumah. Sampai saat ini, saya masih punya keleluasaan waktu untuk menemani proses tumbuh kembang mereka.
Nah, di saat yang sama, saya melihat sesama papa yang mulai aktif ikut aktif dalam kegiatan anak: Menjemput mereka ke sekolah atau menemaninya bermain. Saya rasa mulai saat itu fenomena Stay at home Dad mulai marak juga di Indonesia.
Bagaimana sih cakupan pembagian tugas dengan istri di rumah?
Kalau untuk membersihkan rumah, kami masih dibantu asisten rumah tangga. Saya lebih banyak membantu mengurus anak – anak sejak bayi seperti memberikan ASIP, memasak, menemani bermain, dan mengerjakan PR. Dulu setelah lahir istri saya malah tidak berani memandikan Si Kecil, saya yang belajar memandikannya.
Ada hal – hal lucu yang pernah dialami selama menjalankan peran ini?
Namanya juga papa – papa, ya.. Saya khususnya, masih sering salah saat mengambil baju anak – anak. Nggak pernah hafal! Saat istri pulang, pernah dapat kritik, “Kok pakeinnya baju yang ini, kan udah kekecilan?” hehehe..
Tantangannya akan selalu ada. Tapi saya yakin seiring berjalannya waktu, akan muncul kesadaran pada semua level generasi bahwa peran penting papa tidak lagi terbantahkan. Dan pilihan pekerjaan dengan flexible time bisa jadi jembatan bagi kita untuk turut andil dalam proses pengasuhan anak.
Pernah dapat sindiran atau pendapat miring soal peran ini? Karena di Indonesia, kan, budayanya masih patriarki?
Memang masih ada pendapat miring. Tapi kebetulan saya tipe orang yang bodo amat, hehe.. Jadi tetap saya jawab tidak masalah kalau saya menghabiskan banyak waktu di rumah untuk anak – anak. Yang tidak diketahui generasi sebelum kita kan, saat ini sudah banyak kesempatan dan pilihan pekerjaan dengan waktu yang cukup fleksibel. Tidak seperti dulu, jadi pembagian tugas bisa dilakukan dengan lebih mudah.
Apa saja manfaat yang dirasakan setelah menjalankan peran ini?
Kedekatan saya dengan anak – anak tidak terbantahkan. Tidak hanya waktu yang saya berikan buat mereka, tetapi waktu berkualitas. Saya menikmati momen ini, karena tidak akan tergantikan oleh apapun.
Apa pesan yang ingin disampaikan oleh Komunitas Bapak Rangkul untuk seluruh papa di Indonesia?
Berbeda dengan pola asuh saat kita kecil yang lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan materi, proses pengasuhan anak di era kini tidak lagi bertumpu hanya pada perempuan. Peran kita sangat krusial dibutuhkan oleh anak – anak. Jadi mari luangkan waktu, dalam hal ini waktu yang berkualitas – untuk hadir utuh dan menikmati momen bersama keluarga. Selamat Hari Ayah Nasional! (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. Geraldo, Instagram Bapak Rangkul)