Parenting
Digital Parenthink Ala Mona Ratuliu
Menjadi mama dari tiga orang anak Davina, Barata, serta Syanala, Mona Ratuliu telah bertransisi membesarkan anak lintas generasi. Seperti yang mamas tahu, kini generazi Z yang sangat familiar dengan teknologi kerap diam – diam menghatui batin kita, terutama akan bahaya internet yang mengintai. Melalui buku “Digital Parenthink”, Mona berbagi pengalaman serta tips untuk membesarkan kids zaman now. Apa saja?
Sebelum melangkah maju, perlu kita ingat bahwa membesarkan anak haruslah sesuai zamannya. Sehingga jika saat ini kita hidup di era digital, penting bagi orangtua untuk memahami tools dan cara kerja gadget.
Berikut karakteristik anak – anak Generasi Z (kelahiran 1995 – sekarang):
1. Selalu terhubung dengan internet & melek teknologi.
2. Suka segala sesuatu yang instan, termasuk proses penyelesaian masalah.
3. Memiliki ambisi besar untuk sukses & rasa percaya diri yang sukses.
4. Haus pengakuan sekitar.
“Kita tak bisa terus – menerus melindungi anak – anak dari tantangan zaman. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mendampingi mereka dalam menggunakan teknologi sambil terus membimbing mereka agar bisa melindungi dirinya sendiri. Tidak mudah, memang. Tapi pasti bisa!” – Mona Ratuliu.
Selain akan memengaruhi setidaknya satu aspek perkembangan anak (motorik, fisik, moral, bahasa, sosial, dan identifikasi gender) & mengganggu kesehatan mata serta tubuh, yang perlu mamas waspadai adalah “popcorn brain”. Menggambarkan otak yang seakan meletup – letup karena terbiasa dengan layar perangkat digital yang selalu merespons stimulus yang kuat. Masalah serius lain yang ditimbulkan oleh popcorn brain adalah lemahnya kemampuan anak untuk mengendalikan emosi.
Lalu, harus bagaimana?
Melalui buku ini, Mona berbagi pengalaman menghadapi putri pertamanya, Mima, saat terlalu banyak bermain gadget sampai mulai lalai menjalankan beberapa tanggung jawab hariannya. “Matanya juga mulai terlihat tidak nyaman karena sering terpapar gadget. Akhirnya, gadget yang biasa Ia gunakan saya tarik kembali untuk mengevaluasi aturan penggunaannya. Sempat pusing menghadapi Mima yang uring – uringan, tapi percaya deh, orangtua yang sabar dan mau berjuang itu akan membuahkan hasil yang manis pula,” ungkapnya.
Untuk anak yang terlanjur adiksi gadget, detoks adalah jawabannya. Menghentikan sama sekali penggunaan gadget dalam waktu tertentu, kurang lebih 4 – 6 minggu. Minggu pertama pasti akan sulit dilalui, tapi ingat selalu untuk tidak memarahi anak karena kita yang emosi ya, Mams. Karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Chicago Medical School mengungkapkan bahwa apabila anak dimarahi, maka bisa menggugurkan sel otak yang sedang tubuh. The rest of it, langkah detoks akan lebih mudah, jangan lupa untuk menyusun aktivitas seru bersama mereka!
1 Jam Cerdas Digital di Rumah
Lakukan hal berikut bersama seluruh anggota keluarga untuk menerapkan cerdas digital di rumah:
15 Menit Pandangan Anak: Luangkan waktu untuk mendengarkan pendapat anak tentang dunia digital.
10 Menit Pandangan Orangtua: Yuk, sampaikan pandangan Anda mengenai 4 pokok kecerdasan digital yang harus dimiliki oleh Si Kecil: Berpikir kritis sebelum berbicara atau menulis pesan di dunia maya; bertanggung jawab dengan menghormati privasi, reputasi, dan etika; kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama; belajar/berbagi minat & keahlian.
10 Menit Berbagi Pengalaman: Secara bergantian orangtua dan anak berbagi pengalaman kehidupan digital yang menyenangkan dan menjadi tantangan, serta solusinya.
20 Menit Menyusun Kesepakatan Bersama: Orangtua bersama anak membuat kesepakatan di rumah. Anak perlu memahami kenapa perlu ada kesepakatan bersama.
5 Menit Refleksi & Rencana Aksi: Secara bergantian orangtua dan anak saling berefleksi tentang apa saja yang sudah didiskusikan, dipelajari, dan bersama – sama menyusun langkah selanjutnya.
Yang Perlu Diperhatikan Orangtua
1. Gejala adiksi gadget: Waktu yang dihabiskan untuk online lebih banyak, menggunakan teknologi untuk menghindari konflik, menunjukkan emosi intens saat diminta berhenti menggunakan gadget, mulai berbohong agar bisa tetap menggunakan gadget, hal pertama yang dilakukan saat bangun tidur adalah mencari gadget.
2. Perhatikan batas usia penggunaan gadget: Minimal 13 tahun untuk Twitter, Facebook & Instagram, 16 tahun untuk WhatsApp.
3. Membentengi anak dari cyber bullying: Dampingi aktivitas di dunia maya terutama saat mengunggah pesan/komentar, tumbuhkan rasa menyayangi & menghargai orang lain sejak usia dini, tumbuhkan rasa percaya diri kepada anak jika Ia sudah terkena cyber bullying, jangan biarkan anak mengumbar data dan kehidupan pribadi. (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto.com)