Mind

Smart Mama Story: Zoya Amirin

By  | 

Bicara soal cinta & kasih sayang, bulan ini kami ngobrol dengan seksolog sekaligus mama dari 1 orang anak Juliette Phoebe Amirin (15) tentang prosesnya memaafkan & mencintai diri sendiri setelah melewati masa perceraian sejak 10 tahun yang lalu. Kini, memiliki anak remaja membuatnya harus berkonsentrasi untuk menciptakan hubungan ‘harmonis’ yang bersahabat agar dapat membicarakan tentang apapun, terutama seks. 

Screen Shot 2019-02-11 at 12.01.51 PM

Langkah awal mencintai diri sendiri saya mulai dengan memaafkan segala kesalahan yang pernah saya buat di masa lalu, belajar banyak hal dari kegagalan pernikahan, termasuk keputusan -keputusan yang pernah saya buat sebelum menikah, untuk mencintai kehidupan ‘seutuhnya’ saat ini.

Hal ini sedikit banyak memengaruhi pandangan saya dalam mendefinisikan cinta. For me, love is time when you feel vulnerable and secure at the same time. My true love is my father! Saya baru menyadari hal itu setelah papa mengatakan pada saya bahwa Ia akan melindungi & membela saya, no matter what. Dan selama hidup saya, apapun yang saya lakukan, papa selalu ada untuk memberikan dukungan.

Zoya & Juliet

Zoya & Juliet

Menjaga hubungan dengan Juliet setelah menjadi single mama

Kami seperti berteman, terutama saat usianya sudah mulai menginjak masa remaja seperti ini, karena saya seksolog, saya merasa perlu melakukan pendekatan personal untuk bicara soal sex education. Banyak yang orangtua tidak pahami adalah bahwa sebenarnya penjelasan tentang seks sudah bisa dilakukan saat anak berusia 3 tahun karena di usia tersebut, anak – anak sudah bisa membedakan peran dan fungsi gender.

Berikut adalah hal – hal yang perlu dijelaskan:

1. Konsep yang diperkenalkan adalah perlindungan terhadap alat kelamin. Anak – anak harus bisa membersihkan alat kelaminnya dengan cara yang benar: Anak perempuan membasuh Ms. V ke arah belakang, anak laki – laki harus bisa mengontrol arah urine saat buang air kecil. Papa membantu menjelaskan kepada anak laki – laki, dan sebaliknya, mama kepada anak perempuan.

2. Dengarkan pendapat anak tentang konsep pacaran. Berikan mereka waktu untuk berpendapat, lalu arahkan untuk menjelaskan tentang konsep pacaran sehat.

3. Jelaskan bahwa di usia remaja, mereka sudah bisa mulai terangsang secara seksual. Menjelaskan rasanya terangsang juga seperti saat anak – anak naik halilintar, ada perasaan geli, takut, dan merinding di saat bersamaan. Nah, jika mereka merasakan hal tersebut, berarti mereka sudah harus membatasi kedekatannya dengan lawan jenis karena risiko kehamilan bisa saja terjadi.

Valentine’s Day tahun ini..

Saya selalu menikmati momen Valentine’s Day. Karena kita semua jadi punya waktu & kesempatan untuk mengapresiasi pasangan, baik melalui ucapan atau hadiah khusus. Nah, kalau saya, setiap tahun selalu menjadi tradisi bagi saya dan Juliet untuk saling memberi hadiah, biasanya berupa coklat atau surat. Its a special day! (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. Zoya Amirin)

Shares