Health
Smart Mama Story: Pencegahan Penularan HIV/Aids Kepada Anak
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. HIV tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok usia 25-49 tahun (69.6%).
Putri Ayu, orang dengan HIV/Aids (ODHA) sekaligus mama dari tiga orang anak berbagi pengalaman tentang masa pengobatan HIV/Aids yang Ia jalani agar putra – putrinya tidak tertular virus yang sama.
Tertular HIV/Aids dari suami pertama
Wanita yang kini berprofesi sebagai hipnoterapis itu menjelaskan bahwa Ia tertular HIV/Aids dari pernikahan pertama dengan sang suami, “Awalnya saya tidak tahu. Lama – lama kondisi fisik suami saya drop dan terdeteksi tertular HIV. Di saat yang sama, saya memberanikan diri untuk melakukan tes HIV karena akan melakukan operasi amandel. Saya pikir, saya harus tahu status saya sebelum menjalani operasi medis.”
Di tahun 2006 Putri melakukan tes dan mengetahui bahwa dirinya tertular HIV/Aids. “Jujur, tidak ada rasa takut atau sedih yang terlintas saat itu. Saya tahu harus fokus ke depan, sehingga semangat untuk mencari tahu treatment/pengobatan yang perlu saya lakukan,” ujarnya.
Mendapat stigma & diskriminasi karena ODHA
Setelah mengungkap status kesehatannya pada atasan di kantor, tidak selang beberapa lama Ia diminta untuk mengundurkan diri dengan berbagai alasan, “Saya sempat mempertanyakan, bahkan sedikit melawan karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Melalui sebuah percakapan dengan bos akhirnya saya mengetahui bahwa status kesehatan saya adalah alasan utama kantor memecat saya secara sepihak. Karena mereka belum siap menangani karyawan ODHA.”
Pernikahan kedua & melahirkan dengan aman
Selama masa pengobatan, Putri bertemu dengan suami kedua yang saat itu menjadi seorang aktivis HIV/Aids serta narkoba. Pernikahan kedua dijalani dengan melakukan tes HIV terlebih dahulu serta pemeriksaan kondisi kekebalan tubuh masing – masing atau yang lebih dikenal dengan CD4 (sel darah putih limfosit dalam tubuh). CD4 menandakan ukuran daya tahan tubuh seseorang yang menjadi sasaran HIV. Pada umumnya, kadar CD4 berkisar di atas 600. Diketahui, umumnya ODHA wajib menjalani pengobatan ARV/antiretroviral untuk menekan jumlah virus dalam tubuh jika CD4-nya sudah di bawah 350.
“Selama berhubungan, pasangan ODHA dengan negatif HIV wajib menggunakan kondom. Dan untuk perencanaan kehamilan, ada program khusus yang perlu dijalani yaitu Pencegahan Penularan Ibu ke Anak,” ungkapnya.
Selama hamil, calon mama dengan odha diwajibkan memgonsumsi ARV (yang harus dikonsumsi selamanya), dan melahirkan dengan aman sesuai petunjuk dokter.
Setelah dilahirkan, bayi akan diberikan obat ARV khusus untuk bayi selama 1.5 bulan pertama, “Tidak boleh terlewat baik hari maupun terlambat waktunya. Pada usia tertentu, mereka harus menjalani pemeriksaan lanjutan saat berusia 8 bulan untuk mengetahui ada berapa banyak virus HIV di dalam tubuhnya. Alhamdulilah sampai saat ini tidak ditemukan virus tersebut di dalam tubuh anak – anak saya.”
Anak – anak yang berisiko diwajibkan untuk kembali melakukan pemeriksaan VCT di usia 3 tahun, 5 tahun, 6 & 7 tahun. VCT adalah singkatan dari voluntary counseling and testing, yaitu serangkaian tes untuk mengetahui Anda apakah positif atau negatif mengidap HIV.
Penularan HIV/Aids
Melalui 4 cairan, yaitu darah, ASI, cairan vagina, dan cairan semen sperma yang ditularkan melalui media terbuka. Misalnya tangan odha yang berdarah dengan luka menganga terkena darah orang lain yang negatif HIV/Aids.
Selain diatas, seperti berciuman, berpelukan, berganti tempat makan/minum, berjabat tangan, HIV/Aids tidak akan menular.
“Hal ini yang masih tidak dipahami oleh masyarakat sekitar kita. Sehingga stigma terhadap odha seringkali menjadi negatif. Padahal, sebaiknya menghindari penyakitnya, bukan orangnya. Serta jangan lupa untuk selalu menjaga gaya hidup sehat, termasuk pola makan & higienitas.”
Menutup percakapan kami, Putri Ayu menganjurkan kepada semua pihak, khususnya kita para mama untuk segera memeriksakan status HIV/Aids melalui tes VCT.
Dengan perkembangan teknologi, tes HIV kini bisa dilakukan secara pribadi di rumah dengan menggunakan Onestep HIV Test, sehingga risiko penularannya kepada anak atau keluarga besar dapat diperkecil. Artikel ini dipersembahkan oleh VIVO Condoms
(Nathalie Indry/KR/Photo: dok.smartmama, Istock)