Health

Vaksin yang Aman Dilakukan Saat Hamil dan Setelah Melahirkan

By  | 

Terkadang, vaksin diperlukan selama kehamilan dan setelah melahirkan untuk menjaga kesehatan Anda dan bayi di dalam kandungan.

Walau tak semua calon mama memerlukan vaksin, namun pada beberapa kondisi, dokter kandungan akan menyarankan Anda untuk melakukan vaksin.

 

Vaksin Aman Bagi Calon Mama

Berikut ini adalah beberapa vaksin yang aman dilakukan saat hamil dan paska melahirkan.

– Vaksin Flu

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan vaksin flu untuk semua wanita yang sedang mempersiapkan kehamilan selama musim flu, yaitu bulan November hingga Maret. Suntikan flu terbuat dari virus mati, sehingga aman untuk Anda dan bayi. Tetapi Anda harus menghindari Flu Mist, vaksin semprotan hidung yang terbuat dari virus hidup.

Waktu terbaik untuk mendapatkan vaksin flu adalah pada bulan Oktober atau November, sebelum musim flu datang. Dan karena strain flu berubah setiap tahun, vaksinnya juga demikian — jadi jangan mengandalkan suntikan di tahun lalu untuk tahun ini ya, mamas.

Calon mama yang terserang flu, terutama selama paruh kedua kehamilan, memiliki risiko mengalami gejala atau komplikasi parah seperti pneumonia dibandingkan wanita yang tidak hamil. Sekalipun tak semua kasus flu Anda tak seberat itu, namun tak dapat dimungkiri, flu dapat membuat Anda merasa sengsara akibat demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan batuk. Sebagian besar gejala ini berlangsung sekitar empat hari hingga dua minggu atau lebih.

Jika Anda terkena flu, hubungi dokter Anda, banyak istirahat, dan minum banyak cairan. Beri tahu dokter Anda jika Anda tidak merasa lebih baik setelah beberapa hari atau jika Anda kesulitan bernapas, karena ini bisa menjadi pertanda komplikasi yang lebih serius seperti pneumonia. Untungnya, meskipun flu tak nyaman bagi Anda, namun itu tidak akan membahayakan bayi Anda.

Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan hubungan antara peningkatan risiko keguguran dan penularan flu pada awal kehamilan. Sehingga American College of Obstetricians kemudian menerbitkan pernyataan yang mendukung bahwa vaksin flu aman dilakukan selama kehamilan.

– Tetanus / diphtheria / pertussis shot (Tdap)

Dengan adanya peningkatan kasus pertusis (batuk rejan) selama beberapa waktu terakhir ini, maka para ahli pun menyatakan bahwa vaksin Tdap ini diperlukan. Pertusis adalah penyakit bakteri yang sangat menular, dapat berakibat fatal pada bayi dan ditandai dengan batuk yang dalam dan keras.

Tdap dapat diberikan kapan saja selama kehamilan, meskipun jangka waktu yang dipilih adalah antara 27 dan 36 minggu kehamilan. Vaksin ini dibuat dengan toksoid, sehingga aman dilakukan selama kehamilan.

– Tetanus

Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf pusat yang menyebabkan kejang yang menyakitkan. Bakteri yang menyebabkan tetanus dapat ditemukan di tanah dan di kotoran hewan. Bakteri ini dapat memasuki aliran darah melalui luka di kulit, jadi segera kunjungi dokter kandungan Anda jika Anda mendapatkan luka yang dalam dan kotor. Tetanus yang dialami selama kehamilan, dapat menyebabkan kematian janin.

– Difteri

Difteri adalah infeksi pernapasan yang dapat menyebabkan masalah pernapasan, kelumpuhan, koma, dan bahkan kematian. Meski sudah jarang di negara ini, tetapi Anda tetap memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun; jika tidak, kekebalan Anda akan berkurang.

 

Doctor vaccinating pregnant woman in clinic

 

Apa Vaksin Lain yang Harus Anda Pertimbangkan Sebelum atau Selama Kehamilan?

Pekerjaan atau gaya hidup Anda dapat membuat Anda lebih rentan terhadap penyakit tertentu, seperti diabetes misalnya. Jika Anda termasuk dalam kategori ini, dokter akan merekomendasikan vaksinasi tambahan sebelum atau selama kehamilan.

– Vaksin Hepatitis B

Vaksin ini aman untuk dilakukan ketika Anda sedang hamil. Jika Anda adalah seorang petugas kesehatan atau Anda hidup dengan seseorang yang memiliki penyakit, pertimbangkan vaksinasi ini.

Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyebabkan peradangan hati, mual, kelelahan, dan penyakit kuning (kulit dan mata menguning). Dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan penyakit hati kronis, kanker hati, dan kematian. Seorang wanita hamil dengan hepatitis B dapat menularkan infeksi kepada bayinya selama persalinan, dan tanpa perawatan segera, bayi memiliki risiko tinggi tertular penyakit hati yang serius.

CDC merekomendasikan bahwa semua wanita hamil harus diskrining untuk hepatitis B karena bisa saja Anda mengidapnya tanpa disadari.

 

– Vaksin hepatitis A

Vaksin ini melindungi terhadap penyakit hati yang menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi demam, kelelahan, dan mual. Ini biasanya tidak seserius Hepatitis B, dan penyakitnya tidak akan mempengaruhi bayi yang belum lahir. Namun pada beberapa kasus, hepatitis A dapat berkontribusi pada persalinan prematur dan infeksi pada bayi baru lahir.

Vaksin Hepatitis A memang belum dipastikan aman oleh para ahli, namun karena diproduksi dari virus mati, risiko yang mungkin akan dialami akan rendah. Jika Anda bepergian ke negara berkembang atau jika Anda bekerja dengan virus di laboratorium, Anda harus mendiskusikan vaksinasi ini dengan dokter Anda.

– Vaksin Pneumokokus

Jika Anda memiliki kondisi kronis tertentu, seperti diabetes atau penyakit ginjal, dokter Anda dapat merekomendasikan vaksin pneumokokus, yang melindungi terhadap beberapa bentuk pneumonia. Meskipun potensi bahaya pada bayi yang belum lahir tidak diketahui, para peneliti percaya bahwa risikonya rendah.

 

Vaksin Apa yang Harus Anda Dapatkan Pasca Kehamilan?

Setelah Anda melahirkan, maka ini adalah waktunya untuk mengejar vaksin apa pun yang mungkin tidak bisa Anda dapatkan selama kehamilan atau sebelum hamil, seperti vaksin MMR dan cacar air. Mama yang sedang menyusui bisa mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal vaksinasi dewasa normal.

Wanita di bawah usia 26 tahun juga harus mempertimbangkan untuk mendapatkan vaksin HPV (human papillomavirus) yang membantu melindungi terhadap kanker serviks. Vaksin ini tidak dianjurkan selama kehamilan karena penelitian belum menentukan keamanannya untuk bayi.

 

Pregnant Girl. Doctor. Clinic . Gynecologist.

 

Bagaimana Jika Anda Alergi Vaksin?

Reaksi serius terhadap vaksin jarang terjadi. Namun, dokter Anda dapat meminta Anda untuk melewatkan suntikan tertentu jika Anda memiliki alergi terhadap zat yang dikandungnya. Mereka yang alergi, misalnya, terhadap ragi roti (digunakan untuk membuat roti) tidak boleh mendapatkan vaksin hepatitis B; mereka yang alergi telur parah harus menghindari suntikan flu; dan orang-orang dengan alergi parah terhadap gelatin atau antibiotik neomycin seharusnya tidak mendapatkan vaksin campak, gondong, dan rubella atau varicella. Jika Anda melewatkan suntikan, Anda harus mendiskusikan cara-cara alternatif untuk mencegah penyakit dengan dokter Anda.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang keamanan vaksin, mamas dapat mengkonsultasikan hal ini pada dokter kandungan Anda. (Tammy Febriani/KR/Photo: Doc. iStockphoto.com)

 

Shares