Parenting
Fatherhood: Muhammad Assad
Pengusaha muda yang di usianya ke 25 tahun telah menjadi CEO Rayyan Capital, perusahaan pengelola dana investasi global serta founder dari startup company Tamasia, Muhammad Assad, mengaku mengalami banyak perubahan terutama dalam hal cara berpikir setelah menjadi seorang papa bagi Emir (4) & Asha (9 mos).
“Saya menyadari bahwa waktu yang kita miliki bersama anak & momen pertumbuhan mereka tidak bisa terulang kembali. Sudah menjadi tugas orang tua untuk ‘hadir’ bersama mereka,” ungkapnya.
Selama ini, bagaimana pembagian peran dengan istri, Afra Nurina soal pengasuhan anak?
Sebagai kepala keluarga, saya lebih fokus ke tugas menafkahi keluarga secara lahir batin, ya.. Kami berkompromi supaya Afra lebih banyak menghabiskan waktu mendampingi pertumbuhan anak – anak, disamping melakukan bisnisnya. She’s a mamapreneur. Tetap beraktifitas positif dengan waktu yang lebih fleksibel agar tanggung jawab utama tidak tersisihkan.
Makna kehadiran anak – anak bagi Assad?
Mereka adalah aset yang paling berharga dalam keluarga. Dengan kehadiran anak, saya belajar untuk lebih realistis, sekaligus percaya pada Tuhan bahwa Ia akan memberi masing – masing keluarga rezeki yang cukup. Hal ini yang membuat saya yakin untuk membatasi waktu Afra berkegiatan di luar supaya bisa fokus mengurus Emir & Asha.
Parenting Style
“Saya berusaha untuk tidak menciptakan jarak dengan keduanya. Sebisa mungkin di waktu luang, saya menyempatkan untuk bermain, berolahraga, atau mengaji bersama,” tutur pria yang telah memulai bisnisnya di usia 20 tahun itu.
Selain itu, apa saja nilai – nilai utama yang selalu diterapkan/diajarkan pada keduanya?
Belajar dari pengalaman yang saya alami sejak kecil, pendidikan agama & pemilihan sekolah islami menjadi hal utama yang wajib kami teruskan ajarannya kepada anak – anak sejak usia dini. Sejak kecil orang tua saya menanamkan ajaran agama yang kuat, tidak boleh tinggal sholat & mengaji. Saat usia remaja terasa manfaatnya: Membuat saya mengenal batas dan terhindar dari pengaruh negatif lingkungan dunia luar.
Emir belajar mengaji sejak usia 3 tahun, dan kini sudah bisa menghafal surat – surat panjang, lho! Intinya adalah memulainya sejak dini, konsisten, dan peran aktif kita dibutuhkan supaya Ia mendapat contoh positif. Cara mudah yang bisa dicoba orang tua di rumah untuk mengajarkan anak menghafal ayat – ayat Al Quran adalah dengan bergantian membaca. Misalnya, saya membaca/menghafal ayat pertama, lalu dilanjutkan dengan Emir, kembali ke saya, Emir, begitu seterusnya. It works!
Bonding moment & disiplin positif
Ah, ya! Setiap malam saat sudah bersiap – siap tidur, kami selalu meluangkan waktu bersama untuk sekedar bercerita – tanpa gadget dan barang lainnya. Momen ini menjadi penting buat kami karena saya percaya, sugesti & harapan positif bagi anak dapat tersampaikan dengan baik karena kedekatan kita dengan mereka. Selain itu, kami mengajarkan konsep disiplin positif, terutama soal penggunaan gadget. Boleh digunakan, tapi hanya dalam waktu – waktu tertentu saja dengan dampingan orang tua. (Nathalie Indry/KR/Photo: dok. M. Assad)