Parenting
Persiapan Menghadapi Problem Remaja
Katanya, fase remaja adalah momen yang sukar dipahami. Mamas yang telah mengalaminya, pasti pernah merasakan hal ini, ya. Psikolog Roslina Verauli akan membantu Anda mempersiapkan dan mengenali problem remaja, yang termasuk dalam rentang usia 12 – 21 tahun.
Melalui buku “Teenager 911”, mama dari dua orang anak ini menggambarkan problem remaja secara detail, langsung dari pertanyaan para remaja yang mewakili dan membantu memberikan solusi. Berikut hal – hal yang seringkali menjadi concern problem mereka:
1. Diri sendiri. Mulai dari ketidaknyamanan dengan kondisi fisik hingga emosi (sensi, depresi, terobsesi)
2. Lingkungan sekitar. Misalnya keinginan untuk diterima oleh kelompok tertentu, ketakutan menghadapi aksi bullying, memilih pertemanan, atau takut berteman dengan lawan jenis.
3. Relationship & seks. Mulai dari problem saling naksir, kebingungan antara posisi persahabatan dan romansa, mendefinisikan hubungan, menyadari hubungan yang berbahaya, hingga problem seksual hingga kekerasan seksual di usia remaja.
4. Keluarga, meliputi pembahasan broken home family, orang tua yang pilih kasih, memiliki saudara tiri, hingga merasa bahwa orang tua bukanlah orang tua ideal.
5. Masa depan: Pilih jurusan, mengelola stres saat tes, bingung memilih jurusan, hingga menghadapi guru yang killer.
Wah, rumit juga ya, Mams! Ada baiknya kita mulai mempersiapkan diri untuk mengenali dan memetakannya, sehingga saat Si Kecil beranjak remaja, kita sudah memahami langkah – langkah yang sebaiknya dilakukan. Menciptakan hubungan yang harmonis dengan Si Remaja, menurut Verauli, dapat dilakukan dengan memahami sudut pandang mereka.
Q: Bagaimana sebaiknya remaja menghadapi krisis percaya diri?
R: Tampilan fisik hanya memengaruhi penilaian atas seseorang saat pertemuan pertama. Sebaliknya, ada faktor lain yang paling menentukan pesona dari dalam, mulai dari karakter/kepribadian, selera humor, kecerdasan, kemampuan bergaul, dan lainnya. Jadi jangan khawatir dan terlalu fokus pada penampilan luar saja. Yuk berhenti fokus pada ukuran tubuh & kelemahan diri, buktikan rasa cinta pada tubuh kita dengan merawatnya.
Q: Ngefans dengan idola, sampai terobsesi. Bagaimana, ya?
R: Sebenarnya punya tokoh idola dan ngefans berdampak positif pada pengembangan diri. Remaja jadi terbantu mengekspresikan imajinasi dan fantasi, terapi bila berlebihan, khayalan tentang idola dapat memutus hubungan mereka dengan realita. Agar terhidar dari masalah tersebut, bergabunglah dengan komunitas sesama fans, agar punya teman berbagi yang real.
Q: Bagaimana jika Si Remaja adalah pelaku bullying?
R: Ketika seseorang melakukan tindakan bullying, perlu dipahami bahwa Ia memiliki kondisi/masalah tertentu yang belum dapat terselesaikan. Ajak ia berbicara dan ungkapkan rasa terganggu yang akan diterima bila Ia membully teman – temannya. Usahakan mengetahui main problem yang ia rasakan, bila perlu mencari bantuan psikolog atau pihak profesional.
Q: Saat Si Remaja memiliki pacar virtual..
R: Kita memahami bahwa semua teman ataupun pacar yang ditemui di laman sosial media bersifat maya jika kita belum pernah bertemu & berkomunikasi secara langsung. Artinya hubungan tersebut hanya bersifat maya. Hal – hal yang bersifat maya, adalah refleksi dari khayalan sehingga tampak sempurna. Tapi belum tentu di dunia nyata. Maka, tidak usah terlalu dipikirkan pacar – pacar virtual tersebut.. Karena hanya berhubungan secara online, maka tidak ada aturan baku untuk menghadapinya. Sibukkan diri dengan aktivitas yang lebih positif di dunia nyata, yuk!
Q: Bicara seks pada remaja
R: Konteks ini perlu diapahami sebagai aktivitas yang melibatkan intimacy, passion, dan komitmen. Usia remaja belum memiliki potensi untuk berkomitmen sehingga perlu dijelaskan tentang akibat negatif berhubungan seksual secara bebas, diantaranya tertular penyakit kelamin hingga kehamilan di luar nikah.
Q: Menghadapi guru yang killer
R: Si Remaja perlu mencari celah untuk dapat terus belajar dan menyerap materi pelajaran. Manfaatkan recorder atau aplikasi di handphone untuk dapat merekam suara guru selama mengajar di kelas, jadi sesampainya di rumah tinggal mendengarkannya kembali dan mempelajari. Lalu, hadapi guru yang killer dengan langkah yang lebih killer, yaitu menunjukkan bahwa Si Remaja mampu berprestasi dengan nilai yang baik. Fokus belajar! (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto.com, Various)