Education
Ini, Cara Mendidik Anak Generasi Alpha!
Selamat datang Generasi Alpha! Inilah generasi anak-anak yang lahir pada rentang tahun 2011 hingga 2025. Salah satu ciri khas generasi ini adalah mereka terlahir sebagai digital native, yaitu melek digital sejak usia yang sangat dini. Generasi ini juga terpapar oleh teknologi secara terus menerus sejak mereka kecil. Lihat saja telunjuk mungil mereka yang sudah akrab menyapu dan menggeser layar touchscreen smartphone ataupun tablet!
Generasi alfa yang konon merupakan generasi yang lahir di era tahun 2010 ke atas adalah generasi terkini yang merupakan generasi melek digital dan teknologi. Meski diklaim lebih pintar dan cerdas dalam soal akademisi dan proses kreatif, ternyata anak-anak generasi alfa malah diprediksi memiliki kecenderungan kesepian lantaran jumlah saudara lebih sedikit dan lebih banyak berinteraksi melalui teknologi, cenderung cuek bahkan bisa mengarah ke antisosial.
Ciri-ciri anak generasi alfa adalah tidak lepas dari gadget, fokus dan terobsesi pada produk baru yang berhubungan teknologi, kurang bersosialisasi, kurang daya kreativitas, malas meningkatkan kemampuan serta saudara kandung sangat sedikit, kemungkinan anak tunggal sangat besar.
Orangtua mau tak mau harus peka terhadap perubahan zaman dan mengikuti perkembangan teknologi. Dengan begitu, dapat membimbing anak untuk menggunakan teknologi secara bijak dan tepat. Generasi ini sangat melek teknologi. Dalam hitungan sebentar saja, mereka dapat menguasai teknologi yang makin canggih. Ya, bagaimanapun pengasuhan dan pendidikan anak perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman sang anak yang notabene terus dipengaruhi perkembangan teknologi.
Akses informasi yang mudah membuat Si Kecil jadi lebih kritis.
Banyaknya informasi yang didapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi kritis. Ia tidak serta merta mengiyakan apa yang dikatakan orangtua. Saat orangtua mengatakan, semua apel itu warnanya merah, mungkin saja ia segera memberikan interupsi karena ia pernah melihat apel berwarna hijau.
Akses informasi yang demikian terbuka memudahkan anak untuk membuka konten apa saja. Meski telah diupayakan pemblokiran, selalu saja ada celah untuk bisa masuk ke area terlarang, misalnya pornografi. Karena itu, orangtua perlu mendampingi anak dalam menggunakan sarana teknologi.Asah rasa ingin tahu
Kecanggihan teknologi merangsang anak untuk selalu ingin tahu. Karena itu, biarkan anak kreatif mengutak-atik teknologi. Tentu sejauh orangtua harus tetap memantau jangan sampai mengakses area terlarang. (Yosi Avianti/Photo : Istockphoto.com)