Health
6 Hal yang Perlu Anda Ketahui Selama Menanti Kehamilan
Setiap pasangan yang sedang berusaha memiliki keturunan, selama menunggu masa 2 minggu antara ovulasi dan tes kehamilan tentunya bisa membuat stres. Menurut Helen Kim, M.D., Profesor Obstetri / Ginekologi dan Direktur Program Fertilisasi In Vitro dari University of Chicago, inilah yang mungkin Anda alami selama melewati masa menunggu ini:
1. Anda akan merasa seperti sedang mendapat haid
Yes Mams, kondisi ini bisa dibilang cukup kejam! PMS maupun tanda awal kehamilan memiliki gejala yang hampir identik. Alasannya? Tubuh Anda sama-sama menghasilkan lebih banyak progesteron seminggu setelah ovulasi – baik karena Anda hamil atau tidak. Progesteron adalah hormon yang bertanggung jawab atas gejala PMS, seperti kembung, nyeri payudara, dan perubahan suasana hati. Jika Anda tidak hamil, Anda akan berhenti melepaskan hormon ini sekitar 10 hari setelah ovulasi. Seiring gejala mereda, lapisan dinding rahim akan luruh dan Anda pun mengalami haid. Namun jika Anda hamil, Anda akan terus memproduksi progesteron dan mengalami gejala layaknya sedang PMS untuk waktu yang lebih lama. “Perbedaan antara PMS dan kehamilan dini sangatlah halus,” kata Dr. Kim.
2. Anda bisa mengalami pendarahan yang bukan merupakan darah haid
Pendarahan dapat terjadi pada sekitar 30 persen kehamilan, yang bisa membuat calon mama berpikir bahwa ia mengalami haid. Pendarahan ini terjadi di sekitar jadwal haid Anda atau beberapa hari lebih cepat saat sel telur yang dibuahi menempel pada lapisan rahim. Seperti sedang haid, tahapan ini menyebabkan pendarahan dan kram ringan. Walau begitu, ada beberapa perbedaan: “Pendarahan ini cenderung lebih ringan dan lebih pendek durasinya dibandingkan ketika Anda sedang haid. Kemungkinan mamas to be juga hanya mendapati adanya bercak bukan pendarahan seperti layaknya haid,” terang Dr. Kim. Bercak ini pun cenderung berwarna coklat muda atau hitam, bukan merah. Tapi jika Anda tidak mengalami pendarahan ini, jangan khawatir. Anda masih bisa hamil dan memiliki kehamilan yang sehat tanpanya.
3. Perlakukan diri Anda seperti Anda sedang hamil
Meskipun presentase kehamilan hanya ada sekitar 15 sampai 25 persen setiap bulannya (tergantung pada usia Anda), namun tetaplah penting bagi Anda untuk berpikir dan bertindak seperti Anda sedang hamil sampai Anda mengetahuinya dengan pasti. Dengan begitu, Anda akan menghindari alkohol, membatasi minum kopi satu sampai dua cangkir per hari, menghindari ikan yang tinggi merkuri, makanan laut, daging, unggas, dan telur yang masih mentah. “Jangan membatasi diri Anda dengan sangat ketat, tapi perlakukan diri Anda seolah-olah Anda hamil dan harus menjaga asupan nutrisi Anda,” kata Dr. Kim.
4. Pertahankan aktivitas fisik Anda
“Jika mamas biasanya melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang, maka teruskan. Olahraga adalah cara yang bagus untuk menghilangkan stres, dan stres turut memengaruhi kesuburan,” ujar Dr. Kim. Namun, Dr. Kim memperingatkan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk menjalani program olahraga baru atau intensif, yang dapat menimbulkan terlalu banyak tekanan pada sistem saraf Anda. Aktivitas yang secara signifikan meningkatkan suhu tubuh inti Anda, seperti hot yoga atau heated spinning, dapat memengaruhi proses implantasi.
5. Konsultasikan dengan dokter kandungan
Jika Anda mengalami haid kurang dari 14 hari setelah ovulasi, itu bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang memengaruhi kemampuan Anda untuk hamil. Bisa jadi ini hanya karena salah perhitungan ovulasi, namun juga bisa disebabkan oleh cacat fase luteal. “Ini berarti tubuh Anda tidak menghasilkan kadar progesteron yang cukup untuk mempertahankan kehamilan,” kata Dr. Kim. Dokter kandungan Anda mungkin meresepkan progesteron ekstra setelah ovulasi untuk membantu memperpanjang fase luteal Anda.
6. Minum vitamin prenatal setiap hari
Sebenarnya, Anda sudah harus mengonsumsi vitamin prenatal yang mengandung 400 – 800 mikrogram asam folat sebelum mempersiapkan kehamilan. Asam folat membantu mencegah cacat tabung saraf, dan mendukung perkembangan tabung saraf bayi Anda. Proses ini terjadi selama 4 minggu pertama kehamilan. (Tammy Febriani/KR/Photo: iStockphoto.com)