Beauty & Style

Mengupas Budaya ‘Ngopi’ Bersama HSBC Indonesia

By  | 

Seiring dengan maraknya euforia kopi dan budaya ngopi di kalangan masyarakat urban Indonesia saat ini, PT Bank HSBC Indonesia dan Tanamera tertarik untuk mengupas lebih dalam lagi bagaimana fakta-fakta tentang market behaviour kaum urban yang gemar kopi dan ngopi di kedai kopi.

Seberapa signifikan kopi dan kedai kopi dalam mendukung produktifitas kaum urban sehari-hari? Siapa sajakah mereka dan dari kalangan mana saja? Apa yang mereka cari di sebuah coffee shop – apakah cukup hanya kopi yang enak saja? Apa yang biasa mereka lakukan untuk menghabiskan waktu di coffee shop – Berapa lama rata-rata mereka menghabiskan waktu disana? Bagaimana minat mereka terhadap cita rasa kopi lokal Indonesia?

Gaya hidup ini juga sejalan dengan komitmen PT Bank HSBC Indonesia dalam turut mendukung tumbuhnya industri yang mengandalkan kekayaan lokal (Kopi & Ngopi) dan meningkatkan produktivtas nasabahnya khususnya masyarakat urban.

Ya, hadir pada acara, selebriti Chef, Rinrin Marinka, Senior Vice President, Retail Banking and Wealth Management PT Bank HSBC Indonesia, Dewi Tuegeh, dan Corporate Communication and Social Responsibility Tanamera Coffee, Anindita Sekar Jati berbincang disela-sela acara Ngopi Bareng HSBC di Jakarta, Senin (02/10/2017). Bertepatan dengan perayaan international Coffee Day yang jatuh pada 1 Oktober, HSBC menggelar program ‘Coffee Month’ disepanjang bulan Oktober  untuk dukung potensi lokal dan rayakan gaya hidup produktif kalangan urban.

Dengan bermitra bersama 36 gerai kopi brand-brand terkemuka – Tanamera Coffee, Liberica, Crematology Coffee Roaster, St Mark Café, Illy Caffe, KLTR Coffee Roasters, Koultura Coffee dan 1/15 One Fifteenth, HSBC mendukung gaya hidup produktif kalangan urban yang dikenal memiliki mobilitas tinggi. Program ini juga bermaksud untuk mendukung salah satu potensi lokal Indonesia yang kini kian berkembang dan mendunia, yaitu kopi.

HSBC-2-520x280

Aktivitas minum kopi mulai bergeser tak lagi sekadar menyisip nikmat kopi, tapi juga menjadi medium interaksi dan lainnya. ‘Ngopi’ kini juga melekat pada kegiatan yang lebih serius seperti menjadi teman saat membuat tugas sekolah, bekerja, atau berdiskusi. Apalagi, coffee shop atau kedai kopi juga menyediakan koneksi internet atau wifi.

Dari analisa perilaku pengunjung yang dilakukan Tanamera Coffee Indonesia baru-baru ini, terungkap rata-rata kaum urban atau perkotaan menghabiskan waktu dua jam di kedai kopi. Kegiatan yang dilakukan konsumen pun tergantung pada lokasi.  “Minum kopi itu, kalau di pagi hari seperti isi bensin, buat aktivitas seharian,” ungkap Anindita Sekar Jati, Corporate Communication and Social Responsibility Tanamera Coffee, di sela-sela acara bertajuk “Ngopi Bareng HSBC” di, Jakarta Selatan, Senin (2/10).  Lekatnya berbagai aktivitas kaum urban dengan kopi seperti membuktikan data International Coffee Organization. Mereka mencatat, pertumbuhan peminum kopi di Indonesia lebih dari 8 persen dan lebih tinggi dari pertumbuhan peminum kopi secara global yang hanya 6 persen.

Di sisi lain, dukungan koneksi internet sangat membawa pengaruh pada usaha kedai kopi. Koneksi internet bahkan bisa dibilang ‘survival kit’ atau alat bertahan hidup para pekerja. Anin berkata, mereka yang hanya minum kopi hanya menghabiskan waktu selama 1,5 – 2 jam di kedai. Kebanyakan dari mereka datang di pagi hari. “Jika datang sembari bekerja, bisa seharian, dari balas email, utak atik Photoshop, pesannya bisa kopi, es teh, kopi lagi, kayak sudah ada siklus sendiri,” lanjutnya. (Yosi Avianti/Photo : Istockphoto.com, Various)

Shares