Health

Apa itu Hipospadia?

By  | 

Q: Dear dr. Natia,

Saya baru saja melahirkan bayi laki-laki saya 2 minggu lalu. Menurut dokter anak Si Kecil, anak saya mengalami hipospadia dan menyarankan agar bayi saya dioperasi untuk memperbaiki kelainan yang ada sebelum ia berusia 1 tahun. Yang ingin saya tanyakan adalah, apakah hipospadia merupakan kelainan yang umum terjadi pada anak laki-laki, penjelasan lebih jauh mengenai hipospadia, dan apakah operasi adalah satu-satunya solusi? 

Irene, 30 tahun, mama dari Caleb, 2 minggu. 

A: Hi Mama Irene,

Hipospadia merupakan kelainan bawaan lahir pada anak laki-laki, dimana terdapat kelainan pada letak lubang kencing. Angka kejadian hipospadia adalah sekitar 0,3-0,7% per kelahiran bayi laki-laki.

Pada keadaan normal, lubang kencing letaknya berada di ujung kepala penis, namun pada hipospadia, letak lubang kencing bisa berada lebih bawah atau lebih pendek. Semakin awal terjadinya, maka lubang tersebut semakin dekat dengan anus.

 

hipospadia

 

Ada 6 letak lubang kencing abnormal pada hipospadia, yaitu:

  1. Terletak pada kepala penis namun tidak tepat di ujung (hipospadia tipe glanular).
  2. Pada leher kepala penis (tipe koronal).
  3. Pada batang penis (tipe penil).
  4. Pada perbatasan pangkal penis dan kantung kemaluan (tipe penoskrotal).
  5. Pada kantung kemaluan (tipe skrotal).
  6. Daerah antara kantung kemaluan dan anus (tipe perineal).

Hipospadia merupakan kelainan bawaan lahir, sehingga dapat dideteksi pada saat pemeriksaan fisis bayi laki-laki yang baru lahir. Ciri khas hipospadia adalah tidak adanya lubang kencing di ujung kepala penis, serta bentuk penis yang melengkung.

Mamas bisa mengenali kondisi ini dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini pada alat kelamin Si Kecil:

  • Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
  • Penis melengkung ke bawah.
  • Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
  • Pada anak yang lebih besar, sering mengalami masalah psikologis karena saat berkemih penderita tidak bisa berkemih dalam posisi berdiri karena urin akan merembes, sehingga terpaksa harus dalam posisi duduk atau jongkok seperti pada anak perempuan. Hal ini membuat penderita malu dan kurang percaya diri.

Untuk menangani kondisi ini, dokter akan menyarankan tindakan operasi. Tujuan utama tindakan operasi adalah merekonstruksi penis menjadi lurus dengan uretra di tempat yang normal atau mendekati normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan. Sehingga letak lubang kencing harus dikembalikan ke posisi seanatomis mungkin di ujung kepala penis, dan bentuk penis harus bisa tegak lurus saat ereksi.

Operasi biasanya dilakukan dalam rentang waktu tahun pertama usia bayi, namun syaratnya ukuran jaringan penis cukup besar dan jelas untuk bisa dimanipulasi. Terkadang ukuran penis penderita hipospadia lebih kecil dari ukuran penis anak laki-laki sebayanya (mikropenis), sehingga penderita membutuhkan terapi hormonal sebelumnya untuk memperbesar ukuran penis. Sebaiknya operasi telah tuntas dilakukan sebelum penderita memasuki usia sekolah.

The American Academy of Pediatrics sendiri merekomendasikan agar tindakan bedah pada bayi normal (bukan bayi prematur) sebaiknya dilakukan sebelum bayi berusia 18 bulan. Namun, konsensus dokter ahli bedah Urologi lebih menyukai tindakan bedah pada bayi berusia 6 bulan.

Profil dokter:

 

dr. Natia, SpA

 

dr. Natia Anjarsari, SpA

Brawijaya Women & Children Hospital

Jl. Taman Brawijaya No. 1 Kebayoran Baru

Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Phone. (021) 7211337, 7210756

(dr. Natia Anjarsari, SpA/Redaksi/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares