Career
Smart Mama Story: Ketika Hobi Baking Jadi Bisnis Menghasilkan
Jangan pernah mengecilkan arti hobi, Mams. Anda tidak pernah tahu suatu hari hobi tadi menambah atau malah menjadi sumber penghasilan. Ini yang dialami dua Smart Mamas Diana dan Pricyla dengan hobi membuat kue. Gimana cerita perjalanan cakery mereka? Kita simak yuk!
Diana Deffieux: D’s ARTs, Aberdeen, UK
Sebenarnya hobi Diana tidak spesifik membuat kue, namun pada seni secara umum. Di awal berdirinya, D’s ARTs justru banyak mendesain perhiasan. Wanita yang akrab dipanggil Dee ini senang membuat kalung dan gelang, memadu perak dengan mutiara dan batu-batu cantik.
Tahun 2006, Dee sekeluarga pindah ke Afrika. Di tempat yang segalanya terbatas itulah Dee dituntut untuk jadi superwoman.
“Anak-anak minta kue ulang tahun bertema kartun kesukaan mereka. Mau nggak mau saya belajar, padahal sebenarnya saya nggak terlalu suka baking loh. Nah, waktu itu YouTube belum selengkap sekarang. Video tutorial bikin kue nggak ada sama sekali,” ungkapnya. Jadi bagaimana cara Dee belajar membuat kue? Trial and error alias coba coba dan coba!
“Ya nggak jadi lah, ya bantet lah, tambah ini, kurangin itu, penuh drama pokoknya! Sempet ngambek kok, tapi terus coba lagi,” tuturnya sambil tertawa.
Lama kelamaan wanita berlatar pendidikan information technology ini menemukan kesenangan dalam baking, terutama mencari bentuk inovatif sesuai tema permintaan pelanggan.
“Tema paling seru malah datang dari anak saya yang pertama. Ia suka banget reptil dan dinosaurus, jadi satu kali saya buatkan kue iguana dan bertekad iguananya harus seperti asli! Mulai dari kulit bersisik sampai ekornya yang runcing-runcing.”
Begitulah Dee belajar dari nol, sampai akhirnya ia tiba di titik ini. Sekarang? Wah kue-kuenya tidak hanya terlihat indah, tapi juga moist dan lezat! Kabar ini menyebar cepat, menjadikan kue-kue kreasi Dee dicari orang. Saking populernya, Mama yang juga pandai menggambar ini pernah kebablasan menerima 3 pesanan kue dalam satu minggu.
“Pelajaran buat saya, never again!” katanya dengan tawa berderai. Sekarang ini selain baking dan kesibukan dengan dua anak laki-lakinya yang beranjak remaja, Dee senang mengelilingi diri dengan pensil dan kertas gambar. Ia mengaku lebih enjoy di rumah dan mengerjakan hal-hal yang dicintainya.
Pricyla Trimeilinda: Journe Cakery, Jakarta
Dunia kue bukan hal baru untuk Pricyla. Berkat Sang Mama yang jago masak dan baking, sejak kecil Priz jadi familiar dengan urusan dapur. Mulai dari resep kue kering, masakan sehari-hari, sampai menu acara istimewa, ia coba semua. Priz bahkan pernah ikut workshop dimsum di sebuah hotel bintang lima.
“Tapi minat ini nggak pernah jadi cita-cita. Kepenginnya malah jadi guru, ahli bahasa di PBB, kerja di rumah sakit,” tuturnya. Anak-anaklah yang akhirnya jadi pendorong Priz untuk mendalami dunia cakery.
“Si Sulung makannya agak rewel, jadi saya harus kreatif berkreasi. Di situ saya menemukan asiknya mengolah bahan mentah jadi sesuatu yang bisa dinikmati. Tiba-tiba tercetus di otak untuk membuat sesuatu yang indah!”
Priz lalu bermain dengan fondant sebelum beralih ke cakes dan cupcakes.
“Berhasil! Lalu cari tantangan yang lebih tinggi: Cakes. Berhasil! Habis itu nggak bisa berhenti deh, saya selalu ingin menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi sesuatu yang indah,” ceritanya.
Mama dari Chloe (10) dan Chiara (5) ini mengaku banyak jatuh bangun mencari resep sempurna. Namun ia tak pantang menyerah, hingga dengan berkolaborasi dengan sang adik Margie Loeberto, Journe Cakery pun akhirnya berdiri di akhir 2016. Sekarang ini cakery Priz dan Margie punya sederet pelanggan setia, dan kian bertambah.
“Journe berarti Jakarta-Melbourne, dua cabang Journe Cakery saat ini,” ujar Priz. Margie memegang Journe Melbourne, sementara Priz di Jakarta. Spesialisasi cakery ini adalah cakes, cupcakes, dessert, dan roti.
“Di festive season, kami biasanya sibuk. Pesanan banyak masuk secara bersamaan. Di waktu lain, pesanan terbagi-bagi, hingga lebih enak mengerjakannya. Maklum, di Jakarta ini kan aku baking sendirian soalnya ditambah kerja full time dan part time di tempat lain.”
Yap, Mams. Priz ini selain aktif mengelola cakery-nya, ia juga kerja full time di sebuah perusahaan minyak, PLUS part time psikolog anak di sebuah rumah sakit setiap Sabtu. Wow! Talking about wonder woman, huh!
“Setiap tema kue baru selalu menantang. Cake custom umumnya memakan waktu 3-8 jam. Lelah sih pasti, tapi saya enjoy banget saat menghias. Lelahnya terbayar sewaktu melihat hasil akhir!” ujarnya penuh binar.
Nah Mams, kedua Mamas jagoan kita ini mengaku akan tertawa tak percaya jika 20 tahun lalu ada yang bilang suatu hari mereka akan punya cakery. Hidup itu penuh kejutan, bukan? Bagi para Mamas di luar sana yang ingin memulai sesuatu dalam hidup tapi belum terlaksana juga, Dee dan Priz berpesan: ‘Ikuti kata nurani, just do it!’
D’s ARTs dan Journe Cakery bisa dihubungi di akun Facebook mereka. (Nina Addison/KR/Photo: Dok. Nina Addison)