Career
Smart Mama Story: Dari Kebutuhan MPASI Anak, Siti Sahlani Buka Bisnis Bubur Organik
Berawal dari dilema seorang mama ketika anaknya memasuki masa MPASI, Siti Sahlani yang waktu itu merupakan mama bekerja, merasa kurang sreg kalau buah hatinya harus mengonsumsi bubur instan. Ia ingin putrinya, Anisa, 5 tahun, bisa melewati MPASI dengan mengonsumsi asupan yang sehat dan bergizi.
Membuat MPASI sendiri memang bukan keahliannya, namun niatnya untuk memberikan makanan terbaik bagi buah hatinya, membuat Siti kemudian belajar mengolah sendiri bubur untuk anaknya. Siti yang juga memiliki pengalaman wirausaha, kemudian berpikir untuk menjual bubur olahannya. Tak disangka, dalam kurun waktu 4 tahun, gerobak bubur di depan rumahnya kini sudah berkembang pesat menjadi ratusan outlet di berbagai wilayah.
Simak yuk obrolan Smart Mama dengan entrepreneur mom ini!
Sebelum mencapai sukses seperti sekarang ini, bagaimana Anda melewati suka duka dalam membangun bisnis Bubur Organik Anak Sehat?
Waktu Anisa memasuki masa MPASI, saya dilema, kalau resign belum siap, kalau mau beli bubur instan juga sayang, jadi ya sudah saya coba buat sendiri. Setelah berkali-kali mencoba membuat bubur, dari mulai bubur hangus dan rasanya yang tidak karuan, akhirnya saya berhasil membuat rasa yang pas dan disukai Anisa. Dari situ saya terpikir kenapa tidak dijual aja, kebetulan dari kuliah saya memang sudah ada pengalaman wirausaha.
Pada saat itu bubur bayi sehat memang sudah banyak. Saya coba menjualnya di depan rumah dengan nama Bubur Tim ANS. Tapi ternyata responnya tidak bagus. Waktu itu para mama masih awam dengan bubur sehat. Mereka lebih memilih kalau mau memberi bubur untuk anaknya ya beli bubur ayam saja. Dalam sehari paling bubur saya hanya laku 3 porsi atau 5 porsi saja. Kalau sampai laku 8 porsi aja, saya sudah senang sekali.
Ini benar-benar di luar perkiraan saya, mengingat di area rumah banyak anak kecil, jadi saya pikir bubur buatan saya akan laku, tapi ternyata tidak. Kalau tidak habis, saya juga tidak mungkin membaginya ke tetangga terus, pasti mereka juga akan bosan ya, jadi ya kita habiskan saja sendiri aja.
Agar tak bosan, kalau mau menghabiskan bubur, suami minta ditambah kerupuk atau kecap, tapi lama-lama ya bosan juga. Haha..
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mulai berkembang?
Proses yang dibutuhkan sampai bubur ini laku kurang lebih selama 3 bulan. Saya sampai kasih promo beli 2 gratis 1 saat itu. Waktu sudah mulai laku 20 porsi perhari, saya mulai membuka cabang di perumahan sebelah. Namun ternyata responnya sama seperti waktu awal buka, sering sisa dan kami harus menghabiskan bubur sendiri lagi. Untungnya kondisi membaik setelah 3-4 bulan kemudian.
Pada saat itu, ada salah satu pelanggan asal Karawang yang menelepon dan bilang kalau ia tertarik untuk membuka cabang Bubur Tim ANS. Ia tertarik karena saat anaknya mencoba bubur buatan saya, anaknya yang susah makan malahan minta tambah. Waktu itu saya belum respon karena memang belum terbayang bagaimana yang namanya buka cabang apalagi beda kota dan produknya bubur. Dari situ saya mulai belajar tentang franchise (waralaba), kemudian saya bikin surat izin usaha, dan sebagainya. Semua proses tersebut kurang lebih memakan waktu 2 bulan. Saya baru menghubungi kembali pelanggan saya setelah saya menguasai tentang sistem waralaba. Untungnya, dia masih berminat untuk bermitra.
Berapa modal awal yang dibutuhkan?
Modal awal tidak banyak. Untuk membuat gerobak, saya menghabiskan Rp. 1.500.000. Waktu itu saya juga belum berani pakai nama Bubur Organik karena baru berasnya saja yang menggunakan beras organik. Kalau sayurannya, dengan harga bubur yang seporsi Rp. 3.000 tentunya tidak masuk, mengingat harga sayuran organik di ritel saat itu masih terbilang mahal. Apalagi kalau harus bersaing dengan bubur ayam.
Bagaimana trik Anda dalam memasarkan Bubur Organik Anak Sehat ini?
Yang jelas promosi dari mulut ke mulut dan mulai membuat website. Kalau pasang iklan saya belum berani, paling waktu itu saya promosikan lewat kaskus saja yang memang cukup ramai traffic-nya. Tapi yang paling gencar adalah promosi dari mulut ke mulut.
Kendala yang dihadapi?
Saya merasa Tuhan banyak memberikan saya kemudahan, karena saya sempat membatasi mitra waralaba hanya 20 saja karena saya mulai kewalahan menanganinya sendiri. Saat itu suami saya masih bekerja. Apalagi mencari SDM masih sulit dan belum tahu bagaimana strateginya mencari SDM yang bagus. Akhirnya saya sempat memutuskan untuk tutup kemitraan dulu dan fokus menangani mitra yang sudah ada dulu. Saya tidak mau mengecewakan mitra yang baru, karena tentunya mereka juga butuh dibimbing untuk promosi dan sebagainya.
Berapa banyak mitra yang sekarang dimiliki, dan di wilayah mana yang terbanyak?
Selama berjalan 4 tahun ini, kami telah memiliki 150 mitra dengan total keseluruhan 280 outlet. Untuk mitra terbanyak ada di kawasan JABODETABEK dan Karawang.
Untuk meningkatkan kualitas produknya, Siti yang kini menjalani bisnis ini bersama sang suami, Barly Robaly, mengikuti uji standar Departemen Kesehatan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga menggaet dokter anak dan ahli gizi. Untuk kemasannya pun, Siti memilih produk yang ramah lingkungan. Selain bubur, Siti juga memproduksi nasi tim, sup organik, bubur formula untuk meningkatkan berat badan anak, serta puding aneka rasa. Selain terjun di dunia MPASI, Siti pun kini melebarkan usaha di bidang day care yang ia beri nama ProNis Daycare di kawasan Kalimalang – Bekasi. (Tammy Febriani/KR/Photo: Dok. Siti Sahlani, Smart Mama)