Parenting

Perlukah Mengajak Si Kecil Menonton “Beauty & The Beast”?

By  | 

Hi Mams! Belakangan ini Anda pasti sering mendengar kabar tentang kontroversi pemutaran film terbaru Disney berjudul “Beauty & The Beast”, ya? Pembahasan aspek LGBT yang muncul melalui karakter “Le Fou” yang diperankan oleh Josh Gad & beberapa adegan di dalamnya menjadi pertimbangan banyak orangtua, apakah perlu mengajak Si Kecil menonton film ini bersama – sama?


Sinopsis
Pada era tahun 1700-an di sebuah istana kerajaan Prancis, seorang pangeran yang licik menerima kutukan dari penyihir sebagai sosok monster buruk rupa karena keangkuhan dan sikap semena – mena yang ia lakukan selama hidup kepada rakyatnya. Sang penyihir berjanji akan mematahkan kutukannya jika ada seorang gadis cantik dapat mencintai dirinya dengan tulus, begitu pula sebaliknya. Setelah waktu berlalu, seorang gadis bernama Belle mendapati ayahnya menjadi tawanan sang pangeran karena telah mencuri setangkai bunga mawar untuk dirinya. Dalam aksi menyelamatkan sang ayah, Belle justru menemukan sisi kebaikan hati pangeran. Sementara itu, Gaston, prajurit perang yang begitu mencintai Belle berkeinginan untuk membunuh pangeran buruk rupa untuk mewujudkan keinginan menikahi gadis yang dicintainya.

Klasifikasi Film dari Lembaga Sensor Film Indonesia
Lembaga Sensor Film menyatakan bahwa “Beauty & The Beast” telah lulus sensor dengan klasifikasi 13 tahun ke atas. Juru Bicara LSF Rommy Fibri mengungkapkan bahwa tidak ada pemotongan adegan apapun pada film yang berdurasi 129 menit tersebut. Mengenai adegan yang menunjukkan ketertarikan sesama jenis yang terdapat dalam film, Rommy menyatakan bahwa pihaknya telah menyaksikan dan meneliti film tersebut hingga 2 kali dan menyimpulkan tidak ada revisi sehingga tidak perlu melakukan pemotongan adegan.

Lefou
Le Fou, Karakter Gay Pertama dalam Film Disney
Untuk pertama kalinya, Disney menghadirkan karakter gay dalam film ini melalui karakter Le Fou (Josh Gad), seorang prajurit Prancis yang dikisahkan memiliki orientasi seks tersendiri karena ternyata ia menyukai pimpinan prajurit, Gaston (Luke Evans). Dijumpai dalam premiere film “Beauty & The Beast” yang diadakan pada tanggal 5 Maret 2017 lalu di Beverly Hills, sang sutradara Bill Condon mengungkapkan keseriusannya dalam menampilkan berbagai karakter di dalam film, termasuk tokoh gay, “And in a very Disney way, we are including everybody. I think this is for everybody, and on the screen we’ll see everybody.”

Bill Condon (kiri bawah) beserta para pemain film "Beauty & The Beast"

Bill Condon (kiri bawah) beserta para pemain film “Beauty & The Beast”

Salah satu adegan menari Le Fou dalam film

Salah satu adegan menari Le Fou dalam film

Smart Mama Story
Kami bertanya pada Sazkia Rosseina Gaziscania, mama dari Menik (5 th) yang berdomisili di Bandung tentang tanggapannya mengenai hal ini. “Sebelum memutuskan untuk mengajak Menik, saya screening dulu dengan menonton film ini sendirian. Lalu saya putuskan untuk mengajak dan mendampingi putri saya menyaksikan film ini. So far sih, yang menjadi fokus perhatiannya justru bukan karakter Le Fou & adegan yang dianggap sarat dengan isu LGBTnya, ya. Menik fokus pada Belle yang senang membaca atau quotes bagus yang diingat selalu, seperti “mad people said nonsense”, ungkapnya. Meskipun tidak mendapatkan perhatian khusus dari sang putri, mama Sazki mengaku baru akan menjelaskan tentang konsep LGBT hanya jika Si Kecil bertanya.

Sazkia & putrinya, Menik

Sazkia & putrinya, Menik

Lalu, harus bagaimana?
Dari pengamatan kami sendiri, cerita klasik yang diadaptasi dari seorang penulis asal Prancis, Gabrielle Suzanne Barbot de Villeneuve yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1740 ini memang sepenuhnya bercerita tentang love story. Ada 2 aspek cinta yang dijelaskan melalui film memang, yaitu antara Belle (Emma Watson) dengan sang papa – sekaligus kisah cinta Belle dengan pangeran/Beast (Dan Stevens). Tetapi porsi besar love story yang ditampilkan adalah antara Belle dengan Beast; membuat klasifikasi LSF terasa tepat, yaitu untuk disaksikan penonton dengan usia 13 tahun keatas. Sementara itu, karakter Le Fou digambarkan sebagai tokoh pria yang lemah gemulai, berbeda dengan karakter pria lainnya. Adegan dansa antara Le Fou dengan seorang pria (walaupun hanya sebentar) juga turut memperkuat sisi penokohan gay yang ditampilkan dalam film.

Bila ingin mengajak serta Si Kecil yang masih berusia di bawah 13 tahun untuk menyaksikan film ini, ada baiknya untuk memikirkan kembali opsi tersebut. Di luar karakter gay yang ditampilkan, menilik kembali inti keseluruhan cerita film juga menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Yuk, mulai disiplinkan diri dalam mematuhi aturan tayangan bagi Si Kecil dan keluarga, Mams. Bukan tanpa alasan Lembaga Sensor Film merilis kuallifikasi rating film “Beauty & The Beast” termasuk dalam R13+.  At last, the choice is yours. Nah, bagaimana dengan pendapat Anda? Tuliskan tanggapan melalui kolom komentar di bawah ini, ya! (Nathalie Indry/KR/Photo: Various)

Shares