Health

Mengenal Sindroma Antifosfolipid

By  | 

Saat calon mama mengalami keguguran berulang pada kehamilan, bisa jadi ia mengalami sindroma antifosfolipid atau disebut juga antiphospholipid syndrome.

Apa itu Antifosfolipid Antibodi Syndrome?

Antiphospholipid Antibody Syndrome (APS) merupakan suatu penyakit yang berkaitan dengan gangguan autoimun. Pada penderita APS, tubuh menghasilkan antibodi sistem kekebalan tubuh terhadap membran sel. Dalam keadaan normal atau sehat, antibodi bermanfaat untuk melawan kuman atau virus yang menyebabkan infeksi. Namun, di saat sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan, antibodi tersebut akan menyerang tubuh sendiri. Kadar antibodi tersebut dapat naik-turun, bahkan suatu saat dapat menghilang, sehingga untuk dapat mengatakan seseorang memiliki antibodi ini diperlukan tes ulang dengan jangka waktu 8 minggu dari tes pertama. Terkadang APS juga dihubungkan dengan penyakit systemic lupus erythematosis (SLE).

Gejala

Penderita APS akan mengalami beberapa tanda atau gejala seperti:

  • Kelelahan
  • Nyeri pada persendian

Struggling with morning sickness.

Risiko

Calon mama dengan APS berisiko mengalami:

  • Keguguran berulang
  • Kematian janin
  • Pertumbuhan janin terhambat
  • Pre-eklampsia (darah tinggi dalam kehamilan)
  • Gangguan irama jantung janin
  • Bayi prematur
  • Mengalami trombosis

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko APS, seperti:

  • Orang yang memiliki gangguan autoimun atau kondisi rematik lainnya.
  • Merokok.
  • Kehamilan
  • Melahirkan
  • Pil KB
  • Terapi hormon
  • Kanker dan penyakit ginjal

Pengobatan

APS tidak dapat disembuhkan, namun penggunaan obat-obatan dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi. Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah penggumpalan darah dan menjaga gumpalan darah yang ada agar tidak menjadi lebih membesar. Tes darah rutin juga diperlukan untuk memantau tingkat kekentalan darah. Jika APS disebabkan oleh penyakit lain, maka sangat penting untuk mengobati penyakit tersebut. Biasanya calon mama dengan APS akan diberikan heparin dan aspirin dosis rendah. Walau begitu, penanganan dokter tentunya dapat berbeda sesuai dengan kondisi penderita.

Setelah persalinan, pasien APS akan diberi konseling tentang risiko terjadinya kelainan lain di luar kehamilan yang berkainan dengan APS dalam jarak 5 tahun ke depan. Banyak pasien yang telah mengalami gangguan kehamilan, kemudian muncul lagi kelainan baru seperti trombosis dan SLE. Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan pencegah trombosis yang dilanjutkan hingga 6 minggu setelah melahirkan. Pasien yang memiliki riwayat APS dan trombosis, harus mendapat pengobatan seumur hidup. Dan pil KB yang mengandung estrogen merupakan kontraindikasi pada penderita APS, karena itu, konsultasikan dengan dokter kandungan alat kontrasepsi apakah yang sesuai bagi Anda. (Tammy Febriani/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares