Relationship

Saat Harus Kehilangan Suami Secara Mendadak

By  | 

Mamas, ditinggal pergi untuk selamanya oleh pasangan pasti sangat berat ya. Selain kehilangan partner hidup, Anda juga harus membesarkan anak-anak seorang diri. Devita, mama dari Lauren yang masih berusia 5 tahun mengatakan, “Rasanya seperti kiamat saat saya harus kehilangan suami setahun lalu akibat kecelakaan mobil yang dialaminya. Selain sangat sedih kehilangan pasangan, saya juga memikirkan nasib Lauren yang harus tumbuh tanpa kehadiran seorang papa.”

Senada dengan Devita, mama Alia yang memiliki dua orang anak juga harus merelakan kepergian suami tercinta secara mendadak dua tahun yang lalu. “Jujur saja, hingga saat ini saya masih belum 100% pulih dan berdamai dengan keadaan. Apalagi saat malam hari, berat sekali rasanya, terkadang saya menangis sejadi-jadinya. Pasalnya, kepergian suami yang sangat mendadak akibat serangan jantung betul-betul pukulan berat bagi saya. Paginya, ia masih berangkat kantor seperti biasa, tahu-tahu pulang dalam keadaan sudah tidak lagi bernyawa. Hingga kini, saya masih mengunjungi psikiater secara rutin guna mengeluarkan beban pikiran agar terus berusaha menjalani hidup dengan normal, demi anak-anak saya.”

Well Mams, kehidupan setelah kehilangan suami tidak akan pernah sama, apalagi jika ia pergi secara mendadak. Anda bahkan tidak memiliki kesempatan untuk say goodbye, dan tentu saja tidak siap menerima situasi yang serba mengejutkan ini. Menurut psikolog, J William Worden yang ahli menangani masalah kehilangan, kepergian orang yang dicintai secara mendadak dapat menimbulkan trauma dan depresi. Oleh karena itu, harus diatasi dengan melalui berbagai proses, yakni:

  • Menerima keadaan terlebih dahulu. Banyak orang yang mati rasa kala harus menerima cobaan seberat itu, sehingga belum sadar betul dan cenderung tidak percaya hal ini terjadi. Yang harus Anda lakukan adalah menyadari betul bahwa Si Dia telah tiada.
  • Dikelilingi orang terdekat. Yang satu ini juga sangat penting, di awal kepergian suami, ada baiknya Anda menginap dulu di rumah orangtua atau saudara kandung. Kehadiran mereka akan membuat Anda tidak merasa ‘sendiri’, bergitu pula dengan Si Kecil. Anda juga juga dapat berkeluh kesah setiap waktu pada mereka.
  • Quality time dengan Si Kecil. Tak hanya Anda, Si Kecil tentu saja juga merasa kehilangan. Meskipun usianya masih sangat muda, ia dapat merasakan ada seseorang yang hilang. Jika ia sudah cukup besar dan mengerti, maka Anda dapat mengajaknya berbicara. Tak ada salahnya juga menangis bersama, namun jangan berlebihan ya, Mams. Saling menghibur dengan mengenang masa-masa indah bersama sang papa juga akan membantu Anda dan Si Kecil perlahan merelakan kepergian suami.
  • Penuhi keinginan atau cita-cita suami. Semasa hidup, Anda dan Si Dia tentu pernah berbicara tentang rencana atau cita-cita. Jika memungkinkan, wujudkan rencananya tersebut, hal ini juga dapat membantu proses healing Anda. Ajak Si Kecil untuk melakukannya bersama.
  • Kunjungi psikolog atau psikiater. Yes Mams, kehilangan suami secara mendadak tentu memengaruhi jiwa Anda. Tak ada salahnya mengunjungi ahli jiwa guna menumpahkan seluruh kesedihan dan biarkan mereka membantu Anda untuk menyembuhkan jiwa Anda.
  • Perbanyak aktivitas. Yang satu ini juga sangat membantu proses Anda untuk merelakan kepergian suami. Misalnya mendaftarkan diri di kelas masak bersama Si Kecil atau olahraga secara rutin. Tubuh yang lelah akan membantu Anda mengatasi insomnia yang kerap diderita oleh orang yang kehilangan pasangan.

Tidak ada satupun yang menginginkan hal ini terjadi, namun jalan hidup memang tidak bisa ditebak ya. Jika hal ini terjadi pada Anda, be strong, Mams, dan biarkan kenangan Si Dia menjadi penguat Anda dalam menjalani hidup. When somenone you love becomes a memory, that memory becomes a treasure. (Karmenita Ridwan/Photo: Istockphoto.com)

Shares