Mind
Judgement Negatif Terhadap (non) Breastfeeding Mama
By Nathalie Indry |
Mams, tahukah Anda bahwa berdasarkan survei yang kami lakukan terhadap 100 orang pembaca pada bulan Mei 2016 lalu terungkap bahwa 1 dari 2 breastfeeding mama mengalami kesulitan pada awal masa menyusui. Selain itu, data ASI Eksklusif di Indonesia hingga tahun 2012 yang diungkap oleh dokter laktasi Fala Adinda Pringgayuda dalam acara ‘The Miracle of Breastfeeding’ yang diselenggarakan oleh MCA Indonesia di At America, Jakarta (3/8/2016), prosentase jumlah breastfeeding mama yang mampu untuk menyusui bayinya hingga usia 6 bulan hanyalah 42%. Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda termasuk salah satu breastfeeding mama yang mengalami kesulitan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada Si Kecil?
Setelah berbagi cerita dengan Mama Aisyah Natasya tentang hambatan yang ia temui dalam memberikan ASI kepada bayinya, kami mengerti bahwa pada realitanya, menyusui memang membutuhkan perjuangan, “Saya selalu mencoba memberikan ASI sejak awal bayi saya dilahirkan. Sampai pada akhirnya saat usianya 2 bulan saat produksi ASI saya semakin menurun, saya memutuskan untuk menambahkan susu formula. Sudah dicoba tuh, berbagai cara mulai dari konsumsi vitamin atau sayuran dengan harapan dapat meningkatkan produksi ASI. Tapi tetap saja saya tidak dapat melakukannya.”.
Pada sharing moment yang telah kami lakukan bersama sesama mama dan pakar (26/7/2016), juga menunjukkan realita yang sama. Puting lecet, latch on yang tidak sempurna, hingga kurangnya pengetahuan akan ASI dan seluk beluknya seringkali menjadi kendala utama para mama dapat menyusui bayinya secara eksklusif hingga 6 bulan pertama. Menanggapi hal ini, Dr. Margareta Komalasari, Sp.A juga menyampaikan hal serupa, “Sebenarnya semua mama adalah breastfeeding mama. Kita semua diciptakan Tuhan untuk dapat menyusui bayi kita. Tetapi yang menjadi kendala selama proses menyusui adalah kurangnya pemahaman para mama terhadap manajemen laktasi. Untuk mengatasi hal ini, Anda dapat segera berkonsultasi dengan konselor laktasi yang berada di rumah sakit.”
Sementara itu, di lingkungan sekitar, masih sering kita temui judgement negatif kepada mereka para mama yang tidak (bisa) menyusui bayinya, baik sedari awal masa menyusui atau hingga 6 bulan usia bayi. Misalnya saja mereka kerap mendapatkan judgement tidak mau memberikan yang terbaik kepada bayinya, atau mengatakan bahwa bayi yang minum susu formula/sapi adalah anak sapi. Melanie Putria, mama dari Sheemar (5 th) mengutarakan pendapatnya mengenai hal ini. Menurutnya, sudah bukan saatnya bagi kita untuk saling memberikan judgement negatif kepada mereka yang sedang menemui hambatan dalam menyusui, “Saya yakin mereka bukan tidak mau menyusui, tapi lebih kepada tidak bisa atau sedang menemukan hambatan. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi kita untuk saling memberikan dukungan positif bagi mereka.”
Ayah ASI Sogi Indra Duaja dan Irwan Ardian, radio announcer V Radio Jakarta dalam sebuah kesempatan juga ikut mengutarakan pendapatnya. “Saya pribadi dalam menghadapi problem ini seringkali tidak ingin ikut memaksakan Sang Mama harus bisa menyusui. Tapi mungkin saya akan lebih memberikan support positif agar mereka merasa tenang dan memberi keyakinan bahwa selalu akan ada jalan untuk menghadapi hambatan ini,” ujarnya.
Kami yakin, dengan saling memberikan dukungan positif sesama breastfeeding mama, hambatan – hambatan yang sering kita temui dalam usaha menyusui akan dapat diminimalisir. Karena pada dasarnya, menyusui bukanlah sebuah kompetisi. Yuk, saling berikan dukungan positif kepada sesama, Mams! (Nathalie Indry/KR/Photo: Istockphoto, dok. Smartmama)
← Previous Story Makanan yang Harus Dihindari Saat Si Kecil Terkena Amandel
Next Story → Wisata Alam di Melrimba Garden, Puncak