Parenting

Mona Ratuliu: Menerapkan Kemandirian pada Anak Sedini Mungkin

By  | 

Mona Ratuliu, selebriti yang juga mama dari tiga orang anak, Davina, Baraka, dan Syanala, merupakan seorang mama yang sangat aktif. Istri dari Indra Brasco ini sedang disibukkan dengan pekerjaannya sebagai presenter di berbagai tempat, dan juga sebagai penulis buku berjudul ‘Parenthink’. Ditemui di acara penutupan ‘Unilever Daycare’ beberapa waktu lalu, Mona berbagi kisah dengan Smart Mama tentang pola asuh yang ia dan suaminya terapkan kepada ke-3 anaknya, dan bagaimana ia menerapkan kemandirian sejak dini.

Bagaimana cara Mona melatih kemandirian pada anak-anak?
“Secara teori sih sama saja, namun secara prakteknya, saya tidak bisa menyamakannya ke setiap anak. Karena perkembangan setiap anak berbeda-beda, begitu pula dengan kemampuan belajarnya. Jadi saya sesuaikan dengan usia dan tipe anaknya. Misalnya, Nala menumpahkan air, ya saya yang akan membersihkan air yang tumpah tadi. Namun, saya tetap meminta Nala untuk ikut membersihkan semampu yang ia bisa.
Kita juga mengajarkan ke anak kalau bermain itu satu paket, yaitu mempersiapkan, bermain, dan membereskan. Jadi setelah main, anak harus beresin mainannya sendiri. Contoh lain yang simpel, saya juga mengajarkan anak kalau membuka pintu itu, ya harus ditutup lagi, karena anak biasanya lupa habis membuka pintu, enggak ditutup lagi.

Jangan takut berantakan bila anak makan sendiri atau memainkan permainannya. Dari makan yang berantakan tersebut kita bisa mengajarkan anak untuk membereskan makanannya. Hal ini salah satu cara mengajarkan kemandirian anak. Selain itu, memuji juga dapat kita lakukan demi menjadikan anak kita mandiri. Saya selalu berusaha untuk memuji prestasi atau keberhasilan yang diraih anak-anak. Mulai dari hal kecil sekalipun, sehingga mereka merasa diapresiasi. Dengan begitu, anak kita akan merasa berani dan percaya diri serta menjadi lebih mandiri walau ditinggal orangtua bekerja.

Apakah Mona menerapkan pola asuh punishment and rewards?
Kalau saya lebih ke ‘berjuang dan konsekuensi’. Misalnya, untuk mendapatkan motor, maka ia harus menang lomba lari. Setiap hari ia harus berlatih lari agar bisa menang saat kompetisi dan mendapatkan hadiah motor. Contoh nyatanya, saat anak minta dibelikan mainan, dan ia janji akan mau makan nasi di rumah. Dan untuk mengantisipasi ia mengabaikan janjinya untuk makan nasi setelah dibelikan mainan, maka di awal saya akan memberikan konsekuensi. Misalnya, karena ia kebetulan suka sekali susu, maka ia tidak boleh minum susu bila ia melanggar janjinya untuk makan nasi.

Apakah Mona dan Indra pernah berseberangan dalam menerapkan pola asuh pada anak-anak?
Awalnya saat anak pertama, ya kami berseberangan. Masing-masing dari kami menerapkan pola asuh sesuai dengan gaya didikan orangtua kami masing-masing. Namun di anak ke dua dan ke tiga, kami lebih kompak. Itu terjadi karena kami sudah lebih banyak mendapatkan info-info mengenai dunia parenting dari buku-buku yang kami baca. Dan lagi, menurut saya, gaya pengasuhan yang tak kompak antara orang tua, bisa menyebabkan anak-anak jadi bingung.

Siapa yang lebih memanjakan anak?
Yang cenderung memanjakan anak, seperti beli mainan misalnya, lebih ke Indra sih. Kalau saya, biasanya setiap anak-anak minta sesuatu, seringkali saya akan mengajukan syarat. Misalnya, saat anak saya yang picky eater minta dibelikan sesuatu, maka saya akan mengajukan syarat seperti ia harus mencoba 10 macam makanan baru. Mau ia suka atau tidak, setidaknya ia sudah mencoba makanan baru. Atau misalnya saat Davina minta dibelikan baju baru yang sama seperti temannya, maka ia harus mencuci sepatunya dulu. Makin mahal harganya, makin besar syaratnya.

screenshot_2016-07-27-17-49-29

Bagaimana peran Indra sebagai ayah di rumah?
Syukurnya, saya punya suami yang mau ikut turun tangan dalam pengasuhan anak. Dan Indra itu orangnya lebih detil. Seperti mengajarkan anak-anak bagaimana caranya mandi. Ia mengajarkan anak-anak untuk mulai memakai sabun dari tempat yang paling bersih, yaitu muka, ke leher, badan, dan kemudian ke bagian paling kotor, yaitu kaki. Indra juga yang mengajarkan anak-anak cara bersih-bersih.

Sehari-hari anak-anak kan juga lebih sering sama saya karena Indra bekerja sampai malam, bahkan saat weekend sekalipun, kadang ia juga bekerja. Namun saat weekend ia ada di rumah, saya jadi lebih santai, karena anak-anak akan banyak menghabiskan waktunya sama Indra. Indra memilih untuk menghabiskan banyak waktu sebisa mungkin bersama anak-anak, karena ia ingin memiliki memori bersama anak-anaknya. Karena ia juga tak mau merasa sakit hati anak-anak lebih tergantung dengan saya. Seperti misalnya, saat mereka sedang duduk bersebelahan dengan anak-anak, tapi mereka tetap lebih memilih saya untuk membantu mereka melakukan sesuatu. Jadi ia ingin memperlihatkan ke anak-anak kalau ia juga bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang bisa saya lakukan untuk mereka.

Di mata Mona, adakah kekurangan dari Indra sebagai seorang papa?
Tidak ada, malah Indra sudah di luar dugaan saya. Indra termasuk orang tua yang mau mengajarkan banyak hal pada anak-anaknya. Contohnya dengan sharing pengalamannya dulu. Indra kan anak perantauan yang kos di Jakarta. Jadi ia sangat mandiri dan melakukannya semuanya seorang diri. Dari pengalamannya mandiri tersebut, ia pun mengajarkan anak-anak untuk bisa melakukan hal yang sama.

Tip untuk para papa yang kurang perhatian dengan anak-anaknya?
Entah darimana, muncul persepsi kalau anak itu merupakan tanggung jawab mama. Padahal pola asuh kan mestinya memang seimbang ya antara mama dan papa. Tapi mungkin karena kebanyakan papa sibuk bekerja ya, dan begitu sampai di rumah mereka inginnya istirahat karena besok pagi harus bekerja lagi. Namun ada baiknya kita sebagai orangtua, untuk menyisihkan waktunya agar bisa bersama anak. Lagipula kan itu memang konsekuensi sebagai orangtua ya? Padahal sebenarnya, anak hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit setiap hari bersama orangtuanya, untuk bermain bersama, tertawa bersama, dan happy bersama papanya sebelum tidur. Asalkan intensif ya, jangan anak lagi main, papanya main gadget.

Lalu apa arti Smart Mama menurut Mona?
Smart Mama menurut saya adalah mama yang bisa mencari cara bagaimana membahagiakan dirinya sendiri. Karena tidak mungkin bisa membahagiakan anak-anak kita kalau kitanya sendiri tidak bahagia. Sementara bagi seorang mama yang memiliki anak batita, bisa memiliki waktu untuk me time dan memiliki energi lebih untuk diri sendiri kan sulit. Jadi, seorang mama yang bisa mengatur waktunya, emosinya, dan energinya, itu pasti mama yang smart.

Namun tidak mungkin juga kita bisa seperti itu kalau tidak memiliki pengetahuannya. Dulu bisa dibilang saya jadi mama tuh merasa frustasi setiap hari. Namun begitu saya ketemu dengan komunitas yang cocok, teman-teman yang satu rasa, lalu kita sharing bareng tentang parenting, ternyata saya bisa lebih bahagia jadi seorang mama.”
(Tammy Febriani/KR/Photo: Dok. Smart Mama, Dok. Instagram Mona Ratuliu)

Shares