Health

Menangani Kejang Demam Pada Anak

By  | 

Walau tak semua anak mengalami kejang saat demam tinggi, namun kekhawatiran hal itu terjadi, pasti dialami oleh setiap orangtua. Kondisi ini pun juga sering dihubungkan dengan epilepsi atau risiko keterbelakangan mental sebagai efeknya.

Pengertian Kejang Demam
Kejang demam adalah kondisi yang terjadi akibat kenaikan tubuh secara drastis. Umumnya, kejang demam disebabkan oleh infeksi, dan merupakan respon dari otak terhadap demam yang biasanya terjadi di hari pertama demam. Berdasarkan durasinya, kejang demam dikategorikan sebagai berikut:

1. Kejang demam sederhana: Paling umum terjadi, dengan durasi kejang beberapa detik hingga kurang dari 15 menit. Kejang yang terjadi pada seluruh bagian tubuh ini tidak akan terulang dalam periode 24 jam.
2. Kejang demam kompleks: Terjadi lebih dari 15 menit pada salah satu bagian tubuh dan dapat terulang dalam 24 jam.

Penyebab
Pada umumnya sebagian besar kejang demam dialami bayi usia 6 bulan hingga anak umur 5 tahun.Penyebab kejang demam yang sebenarnya belum diketahui. Tapi pada sebagian besar kasus, kejang demam berhubungan erat dengan demam tinggi. Biasanya Si Kecil dapat mengalami kejang demam karena infeksi virus flu, infeksi telinga, cacar air, atau tonsilitis (radang amandel).

Si Kecil juga berisiko mengalami kejang demam paska melakukan imunisasi, seperti DPT/PT (Diphteri-Pertussis-Tetanus/vaksin ulangannya), MMR (Mumps-Measles-Rubella). Namun ini bukan karena vaksinnya yang menjadi penyebab kejang demam ya mamas, melainkan karena demam yang dialami anak. Tak hanya itu, diketahui , faktor genetik juga meningkatkan kecenderungan terjadinya kejang demam. Satu dari empat anak yang mengalami kejang demam kompleks memiliki riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi ini lho, Mams.

Ciri Kejang Demam pada Anak

Biasanya anak yang kejang demam mengalami kondisi sebagai berikut:
• Hilang kesadaran dan berkeringat.
• Tangan dan kakinya kejang.
• Demam tinggi.
• Terkadang keluar busa dari mulutnya atau muntah.
• Matanya terkadang juga akan terbalik.
• Setelah reda, dia akan terlihat mengantuk dan tertidur.

Setelah terjadi sekali, kejang demam bisa saja terulang, terutama jika:
• Ada anggota keluarga terdekat yang memang sebelumnya pernah mengalami kejang demam.
• Kejang demam terjadi pertama kali sebelum anak berusia 1 tahun.
• Si Kecil mengalami kejang padahal suhu tubuhnya saat demam tidak begitu tinggi.
• Periode antara anak ketika mulai demam dengan waktu kejangnya tergolong singkat.

Kendati kejang demam terlihat sangat mengkhawatirkan, namun hampir semua anak dapat kembali pulih seperti semula setelah mengalami kejang demam kok, Mams.

Cara Menanganinya

Biasanya kejang terjadi di awal masa demam Si Kecil, sehingga memberinya obat penurun panas seperti parasetamol atau ibuprofen, hanya bermanfaat membuat anak lebih nyaman dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi, tapi tidak mencegah timbulnya kejang demam itu sendiri.Hindari pemberian aspirin ya Mamas, karena dapat berisiko memicu terjadinya Reye’s syndrome pada sebagian anak dan dapat berujung kematian.

Kunci utama saat menghadapi anak kejang adalah tetap tenang. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter anak Anda, obat apa yang sebaiknya diberikan padanya jika mengalami kejang demam kompleks atau kejang berulang.

Saat Si Kecil mengalami kejang, lakukan beberapa hal berikut:
• Jangan mencoba menahan gerakan kejang Si Kecil.
• Letakkan ia di permukaan yang aman seperti pada karpet di lantai.
• Untuk menghindari ia tersedak, segera keluarkan jika ada sesuatu di dalam mulutnya saat ia kejang.
• Jangan memberikan obat dalam bentuk apa pun di dalam mulutnya saat ia sedang kejang.
• Jangan menyelipkan sendok atau apapun ke dalam mulutnya.
• Longgarkan pakaiannya.
• Untuk menghindari risiko ia menelan muntahnya sendiri, posisikan tubuhnya menyamping, bukan telentang, dengan salah satu lengan berada di bawah kepala yang juga ditengokkan ke salah satu sisi.
• Hitung durasi kejang demam Si kecil ya, Mams. Panggil ambulans atau larikan ke instalasi gawat darurat (IGD) jika kejang terjadi lebih dari 10 menit.

Diagnosis
Untuk mendiagnosis penyebab kejang demam, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti tes urin, tes darah, atau pemeriksaan cairan tulang belakang (lumbar puncture) untuk mengetahui apakah terjadi infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis.

Dokter bisa saja menyarankan electroencephalogram (EEG) jika anak mengalami kejang demam kompleks. EEG adalah tes untuk mengukur aktivitas otak. Selain itu, jika kejang hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh, maka kemungkinan dokter akan merekomendasikan pemeriksaan MRI untuk memeriksa otak anak Anda. Jika kejang diiringi dengan infeksi serius, apalagi sumber infeksi belum terdeteksi, maka si Kecil mungkin akan diminta untuk beristirahat di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut.

Komplikasi
Sebagian besar kejang demam pada anak tidak mengalami peningkatan risiko kematian di masa kanak-kanak ataupun dewasa. Sebagian besar kasus kejang demam tidak memiliki dampak jangka panjang. Kejang demam sederhana tidak akan menyebabkan kerusakan otak, kesulitan belajar, ataupun gangguan mental. Selain itu, kejang demam juga tidak menjadi indikasi penyakit epilepsi, yaitu kecenderungan kejang berulang akibat sinyal elektrik abnormal dalam otak.

Segera periksakan si Kecil ke dokter jika dia mengalami kejang demam, meski jika hanya berlangsung beberapa detik. Bawa ia ke IGD secepat mungkin jika kejangnya terjadi lebih dari 10 menit atau diiringi gejala sesak napas, leher kaku, muntah, dan sangat mengantuk. Kejang juga dapat menjadi tanda dari penyakit yang lebih serius, seperti meningitis. Segera bawa anak Anda ke rumah sakit bila Anda menduga ini bukan sekadar kejang demam. (Tammy Febriani/KR/Photo: Istockphoto.com)

Shares