Sindrom Kawasaki
Q : Dear dokter Monique,
Anak sulung saya pernah mengidap Kawasaki Syndrome pada akhir 2014 lalu. Mungkinkah anak bungsu saya juga berisiko mengalami penyakit sama dengan Si Sulung? Saya sangat khawatir mengingat penyakit ini belum diketahui penyebab pastinya sehingga sulit bagi saya untuk menghindari hal-hal yang jadi pencetusnya.
Intan, mama dari Marco, 4 tahun, dan Felia, 2 tahun
Dear Ny. Intan,
Penyakit Kawasaki pertama kali ditemukan Tomisaku Kawasaki tahun 1967 di Jepang sehingga dinamakan penyakit Kawasaki. Angka kejadian di Indonesia diperkirakan hingga 5000 kasus per tahun. Sindrom Kawasaki ini umumnya menyerang balita dan hingga kini belum diketahui penyebab pastinya. Komplikasi yang ditakutkan adalah adanya kelainan pada pembuluh darah jantung yang dapat terjadi pada sekitar 25-40 persen penderita dengan segala konsekuensinya. Apabila salah satu anak ibu menderita penyakit ini, maka anak ibu yang lainnya belum tentu akan mengalami juga. Penyakit ini bisa terkena kepada siapa pun dan bukan penyakit turunan. Hingga kini juga belum diketahui cara pencegahan untuk penyakit ini. Namun penyakit ini dapat dikenali segera apabila orangtua menemukan gejala seperti dibawah ini, yaitu:
- Demam terus-menerus dapat mencapai 41°C dan berlangsung 5 hari atau lebih.
- Mata merah, tanpa keluar kotoran.
Kelainan di mulut dan bibir: lidah seperti stroberi, rongga mulut dan tenggorokan merah merata, bibir merah, dan pecah. - Kelainan tangan dan kaki: bercak merah di telapak tangan dan kaki serta adanya bengkak, pengelupasan kulit jari tangan dan kaki.
- Bercak merah berbagai bentuk di seluruh tubuh
- Pembesaran kelenjar (diameter >1,5 cm).
Diagnosis Kawasaki dapat ditegakkan jika dijumpai kriteria demam ditambah empat dari lima kriteria lainnya. (dr. Monique Christianty, Sp.A, MKes/Redaksi/LD/Photo: Istockphoto.com)