Mind

5 Pemicu Pertengkaran Saat Hamil (dan Solusinya)

By  | 

Begitu dokter menyatakan Anda dan pasangan akan segera menjadi orangtua maka bersiaplah akan perubahan yang akan terjadi pada hubungan Anda berdua ya, Mamas to be. Memang akan ada pertengkaran-pertengkaran kecil yang akan menjadi ‘bumbu’ dalam rumah tangga Anda. Tapi setiap masalah tentu memiliki jalan keluar bukan? Nah Smart Mama mencatat ada sekitar lima pemicu pertengkaran yang umum terjadi pada pasangan calon orangtua berikut solusinya. Yuk, simak.

1. Pemilihan nama Si Bayi

Masalah : Anda ingin nama Si Kecil merupakan sesuatu yang unik sehingga tidak pasaran, sementara suami ingin nama Si Junior haruslah berbau agama atau sesuatu yang bernilai religi. Perdebatan klasik ini kerap terjadi pada banyak rumah tangga baru.
Solusi : Jangan paksa suami menuruti kemauan Anda semata ya. Biar bagaimanapun Si Kecil kan buah cinta Anda berdua, sehingga ia pun berhak menyematkan nama untuknya. Daripada terus berdebat lebih baik kedua nama ‘sumbangan’ dari Anda berdua ini diberikan pada Si Bayi. Sebelum nama itu resmi tercatat di akte kelahirannya nanti bagaimana kalau Anda berdua mencari paduan nama cadangan dari pilihan masing-masing lalu ketika digabung memiliki arti yang terbaik. Win win solution, kan?

2. Suami menilai Anda terlalu egois

Masalah: Anda kesal ketika suami tidak bisa menemani kontrol rutin ke dokter kandungan. Suami juga marah karena Anda hanya memedulikan kehamilan dan setiap hari hanya mau berbicara soal kehamilan terus.
Solusi: Smart Mama mengerti, kehamilan yang mungkin sudah Anda tunggu-tunggu ini memang akan sangat mencuri perhatian Anda. Namun bukan berarti Anda jadi tak peduli lagi pada suami kan? Wajar jika ia menuduh Anda egois kalau begitu. Cobalah untuk mengerti jika suami terpaksa berhalangan mengantar Anda ke dokter karena urusan pekerjaan. Anda kan masih bisa meminta tolong keluarga yang lain? Dan jangan juga hanya berbicara soal kehamilan sepanjang sembilan bulan ini dengan suami ya. Biar bagaimana pun suami kan butuh bercerita juga soal hal lain, misalnya curhat seputar kantornya atau tentang hobinya.

3. Anda enggan bercinta

Masalah: Tubuh Anda yang bertambah berisi khususnya di bagian payudara dan bokong membuat suami selalu bergairah untuk bercinta dengan Anda. Sementara Anda malas berhubungan seks karena takut terjadi sesuatu pada Si Janin atau karena Anda malu akan tubuh yang semakin menggendut.
Solusi: Hmmm…Anda tentu bukan satu-satunya calon mama yang takut berhubungan intim. Jadi terus terang saja pada suami bahwa Anda enggan bercinta karena khawatir bisa membahayakan kehamilan. Jadi hubungan seks Anda berdua memang tak lagi bisa ‘seliar’ dulu ya. Jika dulu Anda bisa bercinta 3-4 kali seminggu, mungkin kini dibatasi hanya 1-2 kali seminggu, itu pun dengan memilih posisi yang aman untuk kehamilan ya.

4. Ketika ipar atau mertua ikut campur

Masalah: Sudah jadi rahasia umum ya, Mams to be bahwa tak sedikit istri yang sulit akur dengan saudara ipar perempuan dan mama mertua. Apalagi ketika hamil, Anda akan ‘dikomentari’ banyak hal oleh mereka. Mulai dari nama Si Bayi Anda yang dinilai kampungan yang membuat Anda tersinggung hingga mitos-mitos kehamilan yang sebetulnya tak ingin Anda jalani.
Solusi: Jangan ragu meminta tolong suami untuk membicarakan keberatan Anda ini pada mereka, bila Anda segan mengatakannya langsung pada ipar dan mertua. Anda boleh menerima masukan dari mereka selama itu memang positif untuk kehamilan. Mereka tak berhak ikut campur terlalu dalam karena toh orangtua Si Bayi adalah Anda dan suami.

5. Pengeluaran untuk Si Kecil

Masalah: Suami ingin membeli berbagai barang untuk Si Bayi dengan harga mahal seperti stroller, baby box, hingga perlengkapan sehari-harinya. Ia juga tak mau menerima ‘lungsuran’ karena takut barang-barang itu tak higienis untuknya. Sementara Anda merasa hal itu hanya membuang uang saja karena masih banyak pengeluaran lain ke depannya.
Solusi: Jika ini kehamilan pertama, apa yang dilakukan suami itu memang wajar kok. Tapi memang buat apa boros untuk hal-hal yang hanya dipakai sebentar seperti misalnya baby box dan pakaian sehari-hari. Katakan pada suami bahwa Anda tak melarangnya membeli barang bermerek untuk keperluan tertentu seperti stroller atau car seat yang memang dipakai dalam jangka panjang. Tapi untuk baju, celana, atau ranjang bayi yang hanya dipakai sebentar sebaiknya pilih yang harganya rata-rata saja. Apalagi masih banyak pengeluaran untuk Si Bayi nantinya misalnya untuk imunisasi atau membeli keperluan lain seiring bertambahnya usianya seperti slow cooker, mainan, high chair, baby crib, dan sebagainya. (Lenny Delima/Photo: Istockphoto.com)

 

Shares