Health

Donor ASI : Bentuk Cinta Mama pada Si Bayi

By  | 

Setiap mama pasti ingin memberikan ASI kepada bayi kecilnya, namun sayangnya tak semua wanita bisa seberuntung itu. Karena  beberapa faktor, sebagian mama tidak dapat memberikan ASI eksklusif pada anaknya.

Menghadapi kondisi ini, Mamas bisa memilih donor ASI sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan ASI Si Kecil. Namun tentunya langkah ini harus dilakukan dengan bijaksana dan tetap berhati-hati ya, Mams, agar dapat memberikan manfaat yang baik untuknya, bukan sebaliknya.

Lalu apa saja yang harus diperhatikan? Beberapa penyakit dapat ditularkan melalui ASI lho, Mamas. Jadi, saat Anda akan melakukan donor ASI, pastikan semuanya aman. Melakukan donor ASI, Mamas perlu ditunjang oleh informasi, konseling, dan keterampilan dalam memberikan ASI.

Pemberi Donor ASI
Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), ada beberapa syarat yang harus perhatikan oleh mama sebelum mendonorkan ASI-nya, yaitu sebagai berikut.

Screening I

  1. Memiliki bayi berusia kurang dari enam bulan.
  2. Sehat dan tidak mempunyai kontra indikasi menyusui.
  3. Produksi ASI sudah memenuhi kebutuhan bayinya dan memutuskan untuk mendonasikan ASI atas dasar produksi berlebih.
  4. Tidak menerima transfusi darah atau transplantasi organ/jaringan dalam 12 bulan terakhir.
  5. Tidak mengonsumsi obat, termasuk insulin, hormon tiroid, dan produk yang bisa memengaruhi bayi. Obat/suplemen herbal harus dinilai kompatibilitasnya terhadap ASI.
  6. Tidak ada riwayat menderita penyakit menular, seperti hepatitis, HIV, atau HTLV2.
  7. Tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko terinfeksi penyakit, seperti HIV, HTLV2, hepatitis B/C (termasuk penderita hemofilia yang rutin menerima komponen darah), menggunakan obat ilegal, perokok, atau minum beralkohol.

Screening II

  1. Harus menjalani skrining meliputi tes HIV, human T-lymphotropic virus (HTLV), sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan CMV (bila akan diberikan pada bayi prematur).
  2. Apabila ada keraguan terhadap status pendonor, tes dapat dilakukan tiap tiga bulan.
  3. Setelah melalui tahapan screening, ASI harus diyakini bebas virus atau bakteri dengan cara pasteurisasi atau pemanasan.

Tak hanya itu, selain ibu pendonor yang harus sehat, pastikan pula bayi ibu yang mendonorkan ASI-nya juga harus sehat, termasuk dengan berat badan bayi yang sesuai growth chart.

Penerima Donor ASI
Berbeda dengan di Indonesia, di negara lain sudah tersedia Bank ASI, sehingga para ibu pendonor sudah terjamin kesehatan dan kualitas ASI-nya karena telah melalui proses screening. Maka, sebaiknya para penerima donor ASI tanpa melalui Bank ASI juga mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

  1. Kondisi kesehatan ibu/pendonor.
  2. Uji serologis ibu terhadap HIV, Hepatitis B, HTLV negatif.
  3. ASI tidak tercemar obat, nikotin, alkohol, dan sebagainya yang membehayakan kesehatan Si Kecil.
  4. ASI tidak tercampur zat lain seperti air, nutrisi, dan sebagainya.
  5. Apakah ASI diperah dan disimpan secara higienis dan tidak terkontaminasi?
  6. Jangka waktu penyimpanan dan tempat penyimpanannya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
  7. Bagaimana kondisi bayi ibu pendonor? (Usia bayi, kesehatan bayi, apakah pernah jaundice saat baru lahir?).
  8. Pola makan yang berkaitan dengan religi.

Seringkali dikatakan pula bahwa anak susu tidak boleh menikah dengan saudara sepersusuannya, mengenai hal ini, keputusan ada di Anda, Mamas. Smart Mama sendiri menyarankan, agar para mamas yang ingin mendonorkan ASI atau menerima ASI, sebaiknya pilihlah yang memang Anda kenal.

Pasteurisasi
Karena di Indonesia belum ada Bank ASI yang menjamin kualitas ASI yang didonorkan, maka agar ASI bebas virus atau bakteri, maka ASI harus melalui proses pasteurisasi atau pemanasan secara pretoria atau flash heating.

Pasteurisasi Pretoria

  1. Tempatkan ASI sebanyak 50-150 ml dalam wadah kaca (sisa selai) 450 ml.
  2. Tutup wadah kaca dan letakkan ke dalam panci aluminium satu liter.
  3. Tuangkan air mendidih 450 ml atau hingga permukaan air mencapai 2 cm dari bibir panci.
  4. Dapat diletakkan pemberat di atas wadah kaca, kemudian tunggu selama 30 menit.
  5. Pindahkan susu, dinginkan, dan berikan pada bayi atau simpan di lemari pendingin.

Flash Heating

  1. Tempatkan ASI sebanyak 50-150 ml kedalam wadah kaca 450 ml.
  2. Wadah kaca ditutup sampai saat dilakukan flash heating.
  3. Untuk melakukan flash heating, buka tutup wadah dan letakkan dalam satu liter hart pot (pemanas susu).
  4. Tuangkan air 450 ml atau hingga permukaan air mencapai 2 cm dari bibir panci.
  5. Didihkan air, bila telah timbul gelembung pindahkan wadah dengan cepat dari air dan sumber panas.
  6. Dinginkan ASI, berikan kepada bayi atau simpan di lemari pendingin.

Mutu dan Keamanan ASI
Mutu dan keamanan ASI ini meliputi kebersihan, cara penyimpanan, pemberian, dan pemerahan ASI:

  1. Calon pendonor ASI harus mendapatkan pelatihan tentang kebersihan, cara memerah, dan menyimpan ASI.
  2. Sebelum memerah ASI, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih.
  3. ASI diperah di tempat bersih. Bila menggunakan pompa, gunakan yang bagiannya mudah dibersihkan. Pompa ASI tipe balon karet berisiko terkontaminasi.
  4. ASI perah harus disimpan pada tempat tertutup, botol kaca, kontainer plastik dari bahan polypropylene atau polycarbonate, botol bayi gelas atau plastik standar
  5. Perhatikan tata cara penyimpanan ASI.

Banyak kondisi yang menjadi alasan para mama mendonorkan ASI-nya ataupun memutuskan menjadi penerima donor ASI, seperti pengalaman dua Smart Mama berikut ini.

“Saat menyusui anak pertama saya, bisa dibilang ASI saya melimpah. Hingga saya kemudian bisa mendonorkan sebagian ASIP saya untuk keponakan saya yang kebetulan ASI mamanya tidak begitu banyak. Kebutuhan ASI-nya saat itu delapan botol sehari, sedangkan ASI mamanya hanya bisa terkumpul lima botol. Maka saat ASI Sang Mama kurang, ASI saya yang menutupi kekurangannya.”

Yuniar Rachma, 33 tahun, mama dari Danu, 5 tahun, dan Daru, 3 tahun

“Saya melahirkan anak kedua saya di usia 34 minggu karena saya mengalami preeclampsia berat. Karena saya takut stok ASI saya pada saat itu tak bisa mencukupi kebutuhannya, maka saya memutuskan mencari donor ASI sampai ASI saya mencukupi. Karena kebetulan sahabat saya pada saat itu juga sedang menyusui anak bungsunya, maka sahabat sayalah yang kemudian jadi pendonornya.”

Rosa,  31 tahun, mama dari Mikha, 7 tahun, dan Tora 1,5 tahun
(Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares