Parenting

Princess Syndrome, Bahayakah?

By  | 

Siapa sih yang tak ingin jadi princess, menggunakan atribut cantik, tinggal dalam istana bersama prince charming, dan hidup bahagia selamanya. Tak heran banyak gadis kecil yang terobsesi menjadi princess. Apalagi belakangan ini tontonan tentang princess semakin banyak, karakter princess baru juga bermunculan contohnya Princess Elsa, Anna, serta Sofia. Masing-masing karakter juga memiliki berbagai produk yang sangat menggoda bagi anak-anak. Contohnya alat tulis, kostum, hingga aksesori, bahkan aneka karakter ini seringkali dijadikan ikon untuk brand besar.

Meskipun hal tersebut wajar terjadi dan Anda pasti sering tersenyum sendiri melihat Si Kecil beraksi dengan gaun princess-nya. Tapi ternyata jika terus-terusan berobsesi menjadi princess akan berdampak negatif terhadap tumbuh kembangnya lho Mams. Keinginan menjadi princess membuat anak Anda hanya tertarik pada hal mewah dan cantik, selalu ingin dirinya tampil prima, enggan bermain kotor, dan sangat demanding. Tentunya hal tersebut membuatnya tumbuh seperti dalam mimpi dan tidak realistis. Untuk mencegah princess syndrome tersebut, kuncinya ada pada orangtua, oleh karena itu ada baiknya lakukan hal ini:

  1. Aware dengan obsesinya. Tentu saja awalnya Anda menganggap obsesi Si Kecil menjadi princess sebagai sesuatu hal lucu dan khas anak-anak yang nantinya akan menghilang seiring pertambahan usianya. Namun, nyatanya tidak begitu Mams, sindrom ini dapat berlanjut hingga ia dewasa. Oleh karena itu, ada baiknya Anda betul-betul memerhatikan apakah obsesinya masih dalam kadar normal.
  2. Ajak anak untuk cerdas dalam menyerap isi media. Meskipun ia masih terlalu kecil untuk mengerti, tetapi tak ada salahnya sejak dini Anda tanamkan pada Si Kecil untuk memilah-milah isi media. Misalnya dampingi ia saat menonton film tentang princess kemudian komentari mana perilaku yang positif maupun negatif. Juga saat belanja, tidak masalah sih jika ia membeli beberapa atribut princess, namun pastikan atribut tersebut berguna dan tak berlebihan.
  3. Ajari anak berpakaian sesuai kebutuhan. Selalu ingatkan Si Kecil untuk berpakaian sesuai kondisi. Misalnya ke sekolah menggunakan seragam, bermain outdoor menggunakan celana dan boots, play date menggunakan baju kasual, untuk pesta baru ia dapat menggunakan baju princess. Hal tersebut menggiringnya untuk menjalani hidup nyata yang realistis. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: Dok.Smart Mama/Fotografer: Rici Linde/Model: Anela Kaylea)

Shares