Mind
Smart Mama Story: Reaksi Suami Saat Saya Melahirkan
Melahirkan memang pengalaman mendebarkan, menegangkan, sekaligus mengharukan. Pasalnya, melahirkan seorang bayi memang butuh perjuangan dan meskipun Anda yang melahirkan Si Kecil, tentu saja perasaan suami tak kalah tegang dan mengharapkan segala sesuatunya berjalan lancar. Suami juga harus siap menerima pelampiasan saat Anda merasakan kesakitan luar biasa. Nah, empat mama berikut bercerita seputar reaksi Sang Suami menjelang kelahiran Si Kecil. Yuk simak serunya pengalaman tak terlupakan tersebut.
“Saat melahirkan anak kedua, proses persalinan yang saya alami sangat panjang. Dari pembukaan satu hingga akhir memakan waktu lebih dari 24 jam sehingga saya sangat lelah. Suami saya berusaha untuk tenang, namun saya dapat merasakan ketegangan dalam dirinya. Saat akhirnya pembukaan sudah cukup, saya pun dibawa ke ruang bersalin dan saya melihat suami terus-terusan berdoa meski tanpa suara. Kemudian saat mengejan saya benar-benar tidak kuat menahan sakit sampai akhirnya saya menggigit lengan suami sekeras-kerasnya hingga biru. Kemudian lahirlah anak perempuan kami dan saya dapat melihat air mata di wajah suami saya. Ia tak henti mengucapkan terima kasih pada saya karena sudah berjuang melahirkan anak kami.”
Karina, 35 tahun, Mama dari Kevin, 6 tahun dan Kalea, 1 tahun
“Suami saya sangat takut melihat darah, jadi saya juga tidak memaksanya menemani saya saat proses persalinan, namun ternyata pas saatnya tiba ia ingin masuk ke dalam ruang bersalin. Ia pun menemani saya dan menyemangati saya, tetapi lama kelamaan semakin saya berusaha mengejan saya melihat ia tampak pucat dan lemas, perawat pun memintanya menunggu di luar. Akhirnya ia menunggu di depan pintu hingga bayi kami dilahirkan. Kemudian masuk kembali dan memeluk saya erat.”
Della, 28 tahun, Mama dari Alana 6 bulan
“Sejak awal dokter sudah bilang pada saya untuk melahirkan dengan cara Caesar, pasalnya tekanan darah saya sangat tinggi sehingga berbahaya jika melahirkan secara normal. Mendekati due date suami yang biasanya malas beribadah jadi super rajin. Saya sering menemukan ia sedang berdoa dengan serius. Di hari H ia memeluk dan mencium saya sebelum saya memasuk kamar operasi dan saya dapat melihat ia menangis. Setelah Si Kecil lahir kami pun menangis bahagia bersama.”
Revi 34 tahun, Mama dari Kenny, 3 tahun
“Proses persalinan anak pertama kami cukup menegangkan, setelah lelah melalui pembukaan panjang dan memakan waktu lama, saya pun dibawa ke ruang bersalin. Suami saya terus menerus mendamping sambil memjiat punggung saya yang terasa nyeri. Namun meskipun sudah berulang kali mengejan bayi saya tak kunjung keluar. Saya mulai khawatir dan menangis, suami saya dengan sabar dan tenang berusaha menghibur serta memberi semangat. Sampai akhirnya bayi kami lahir dengan selamat meskipun kepalanya harus divakum. Saat menggendong Si Kecil untuk pertama kalinya, saya menoleh ke arah suami yang ternyata sudah terkulai lemas. Rupanya ia sangat tegang hingga merasa sangat lemas. Setelah beberapa saat menenangkan diri, baru ia bergabung bersama saya dan keluarga besar untuk melihat bayi mungil kami.”
Lulu, 30 tahun, Mama dari Azka 4 tahun (Karmenita Ridwan/LD/Photo: Istockphoto.com)