Career

Aturan Bekerja yang Harus Diketahui Saat Hamil

By  | 

Mungkin seringkali Anda mendengar bahwa saat hamil, sebisa mungkin sembunyikan kehamilan Anda dari rekan kerja. Karena begitu rekan kerja Anda tahu, mereka akan mendiskriminasi kemampuan kerja Anda karena kondisi kehamilan. Seperti misalnya tak memberi kesempatan Anda mendapatkan promosi atau kesempatan yang menunjang jenjang karier lainnya.

Namun jangan khawatir Mams, masih ada banyak cara menghadapi diskriminasi di kantor dan tetap mempertahankan karier cemerlang Anda. Berikut adalah lima aturan bekerja yang bisa dilakukan:

  1. Pastikan pada atasan bahwa Anda benar-benar berkomitmen dengan karier Anda. Karena, pada umumnya, saat atasan mengetahui salah satu stafnya ada yang hamil, mereka akan langsung berpikir bahwa Si Karyawan tak lagi menjadikan karier sebagai yang utama, dan mungkin saja akan segera resign. Untuk menghadapi ini, Cynthia Calvert, seorang pengacara yang fokus mempelajari tentang diskriminasi kehamilan dalam dunia kerja mengatakan, bahwa Anda harus mendiskusikan pada atasan mengenai rencana serah terima pekerjaan selama masa transisi melakukan cuti melahirkan dan saat Anda akan kembali bekerja setelah cuti berakhir. “Katakan pada atasan mengenai komitmen pada pekerjaan Anda saat ini dan bahwa Anda berencana akan kembali bekerja setelah masa cuti berakhir, walau atasan Anda mungkin tak bertanya. Memastikan hal tersebut pada atasan akan meminimalisasi pengaruh diskriminasi yang mungkin muncul.
  2. Jangan terlalu sering membicarakan tentang kehamilan. Bagaimanapun juga, mereka sudah bisa mengetahui kehamilan Anda hanya dengan melihatnya. Dan bila Anda terlalu sering membicarakan tentang kehamilan, bisa saja mereka justru nantinya akan berasumsi bahwa yang ada di pikiran hanyalah tentang kehamilan Anda, bukannya hasil meeting dengan calon klien atau keuntungan perusahaan di bulan ini.
  3. Saat ada pekerjaan yang melewati deadline, jangan sampai atasan berpikir bahwa kehamilanlah yang jadi alasan mengapa performa kerja Anda menurun. Jadi bila menghadapi kendala dalam bekerja, sangatlah penting bagi Anda  membicarakannya kepada atasan mengenai apa yang jadi sumber masalah. “Ceritakan pada atasan apa yang menjadi alasan pekerjaan Anda terkendala. Misalnya, ‘Saya mohon maaf tidak dapat memberikan laporan keuangan perusahaan bulan lalu sesuai tenggat waktu karena saya belum mendapatkan laporan keuangan dari manajer keuangan cabang A. Apakah Anda tak keberatan bila saya memberikannya esok lusa, atau Anda ingin langsung mendiskusikan masalah ini langsung ke manajer keuangan cabang A?’. Hal ini akan meruntuhkan opini atasan bahwa masalah yang ada ternyata tidak ada hubungannya dengan kehamilan Anda,” ujar Cynthia.
  4. Bila merasa Anda dilewatkan untuk mendapat kesempatan promosi, tanyakan secara langsung kepada atasan apa yang menjadi alasan. Bisa jadi kehamilan menjadi alasannya. Karena seringkali, penilaian bahwa wanita hamil tak bisa berkomitmen penuh pada pekerjaan selalu muncul. “Anda bisa mengatakan pada atasan, bahwa layaknya Si B yang dipercaya mendapatkan promosi, Anda pun juga tertarik bisa mendapatkan promosi seperti halnya Si B bila ada kesempatan lagi,” saran Cynthia. Dan bila Anda merasa pembicaraan Anda tidak dianggap, atau secara jelas atasan memperlihatkan bahwa kehamilanlah yang menjadi alasan Anda mendapat diskriminasi, maka sudah saatnya Anda mengomunikasikan ini kepada bagian kepegawaian tempat Anda bekerja.
  5. Apakah Anda sudah memahami hak Anda sebagai pekerja wanita hamil? Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dijelaskan bahwa fungsi reproduksi wanita tidak dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan haknya sebagai seorang pekerja. Jadi, jangan ragu memperjuangkan hak Anda sebagai pekerja perempuan ya, Mams to be, segera diskusi dengan pihak Human Resource Department jika Anda mengalami diskriminasi. Dan apabila hak Anda sebagai pekerja hamil juga tidak dapat dipenuhi, laporkan kondisi ini pada Departmen Tenaga Kerja. (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares