Parenting
Apakah Anda Seorang Tiger Mom?
Beberapa tahun lalu, seorang mama asal Tionghoa yang besar di Amerika Serikat, Amy Chua mengaku dirinya seorang tiger mom dalam buku berjudul Battle Hymn of The Tiger Mother. Dalam buku tersebut sebenarnya Amy menceritakan kehidupannya sebagai ibu dari dua orang anak juga pengalamannya sebagai seorang anak yang dididik cukup keras dan banyak tuntutan dari kedua orangtuanya. Buku tersebut menggambarkan perbedaan cara mendidik anak antar budaya, khususnya budaya timur dan barat. Saat orangtua lain menginginkan kebahagiaan bagi Si Kecil, Amy justru lebih memilih anaknya untuk sukses. Nah Mamas, apakah Anda termasuk salah satunya? Dan apakah mendidik ala tiger mom ini adalah yang terbaik atau justru cara yang salah bagi anak? Yuk simak!
Ciri-ciri Anda adalah Tiger Mom
Anda termasuk dalam kategori tiger mom jika:
- Anda membuat terlalu banyak aturan baginya. Misalnya jadwal harian yang padat ditambah Anda selalu mengontrol setiap gerak geriknya. Pada umumnya tiger mom juga kerap mengomentari segala tingkah laku Si Kecil.
- Sering mengancam. Jika Si Kecil berbuat sesuatu di luar keinginan, Anda kerap mengancamnya, contohnya ingin memanggil polisi atau mengancam akan membuang semua mainannya.
- Aturan Anda kelewat batas. Mengatur sampai ke hal personal seperti alat musik apa yang harus ia pilih atau memaksanya mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang Anda sukai namun seharusnya hal tersebut merupakan hak anak.
- Kasih sayang Anda terkesan pamrih. Meskipun hati Anda mencintai Si Kecil dengan tulus namun seorang tiger mom kerap tak memperlihatkan hal tersebut. Misalnya mengatakan, “Mama sayang kamu kalau kamu mau nurut kata-kata Mama.”
- Anda tidak menjaga kata-kata. Anda seringkali mengeluarkan cacian atau makian padanya jika ia tidak mengikuti aturan Anda. Bahkan Anda tidak peduli jika kata-kata tersebut menyakiti hatinya. Anda merasa kata-kata kerasa tersebut bertujuan baik demi masa depan Si Kecil.
- Anda menjejalinya dengan beragam aktivitas. Dalam rangka ingin menjadikan Si Kecil orang sukses, Anda mengikutkan Si Kecil dalam beragam kegiatan. Mulai dari les berhitung, musik, balet, dan lain-lain. Anda juga seringkali mendaftarkan Si Kecil dalam berbagai perlombaan.
- Si Kecil tak kenal waktu bermain. Akibat jadwalnya yang padat Si Kecil nyaris tak memiliki waktu bermain. Ditambah lagi Anda juga memilih teman baginya yang Anda anggap sesuai dan dapat mendukung kesuksesan Si Kecil.
- Menuntut kesempurnaan. Nilai A- saja tidak cukup bagi Anda. Harus A, bila perlu jika ada A+. Bagi Anda semua harus sempurna agar Si Kecil mampu bersaing di dunia karier nantinya.
- Tidak menerima komplain. Sebagai tiger mom tentu saja Anda pantang diprotes. Tidak ada ruang bagi pembangkang, Anda yang tahu apa yang terbaik bagi anak-anak. Bagi Anda, Si Kecil akan berterima kasih nantinya saat ia sudah menuai kesuksesan.
Pro Kontra Tiger Mom
Meskipun terdengar ‘seram’, tanpa disadari banyak juga lho Mamas yang berpotensi menjadi tiger mom. Karena memang hal yang natural seorang mama merasa anaknya adalah miliknya. Dan menurut Eva M Pomerantz, Phd, seorang profesor psikologi dari Universitas Illinois, pendidikan ala tiger mom tidak selamanya salah, terkadang memang diperlukan sedikit kekerasan pada anak saat ia melakukan kesalahan guna memberikan pengertian bahwa yang ia lakukan itu salah dan merugikan. Hal tersebut akan memberinya pelajaran dan pengalaman bahwa dunia ini tidak selalu berjalan sesuai keinginannya dan nantinya ia dapat bersikap lebih baik.
Tiger mom sendiri banyak memberikan pendidikan yang membekali Si Kecil untuk menghadapi kerasnya dunia kelak. Agar ia dapat bersaing di dunia bisnis maupun karier. Tiger mom banyak menitikberatkan pada pentingnya sebuah kerja keras dalam hidup serta menanamkan bagaimana seorang anak harus menghargai orangtuanya serta meminimalisasi kenakalan remaja. Bahkan New York Post sempat memuat artikel berjudul Why America Needs Tiger Mom? Karena menilai orangtua di Amerika Serikat sendiri terlalu bebas dalam mendidik anak. Dan pada akhirnya banyak anak yang melakukan seks bebas, menggunakan narkoba, serta menghabiskan waktu dengan akun sosial medianya.
Namun di sisi lain, terlalu keras pada anak juga tidak baik bagi pertumbuhan mental Si Kecil. Seorang profesor psikologi dari Universitas oberlin mengatakan, anak dari tiger mom kerap merasa ketakutan dan tak ingin bercerita tentang hal pribadinya kepada Sang Ibu. Sehingga hubungan ibu-anak menjadi kaku dan penuh rahasia. Ia juga akan tumbuh menjadi orang yang ‘dingin’ akibat minimnya kasih sayang yang diperlihatkan ibunya. Hal lain yang juga berbahaya adalah Si Kecil merasa kesepian karena kurangnya waktu bermain dan akhirnya memberontak dengan keras. Ia juga tidak terbiasa mengeluarkan pendapatnya karena Sang Tiger Mom tidak bisa dikritik.
Nah Mamas, mengacu dari semua penelitian tersebut, mungkin ada baiknya kita mengambil segi positif dari seorang tiger mom dan membuang yang negatif agar hidup Si Kecil balance dan bahagia. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: istockphoto.com)