Relationship

Cara Mengatasi Suami Pemarah

By  | 

Memiliki pasangan yang temperamennya cukup tinggi memang tantangan berat. Ditambah lagi jika Anda sendiri orang yang cukup emosional. Tapi Mams jangan
terburu-buru mengambil keputusan untuk berpisah ya apalagi jika sebenarnya ia adalah suami yang bertanggung jawab dan cocok dengan ritme hidup Anda. Pasalnya tidak ada satupun orang yang sempurna kan? Nah agar Anda dapat mengatasi pasangan yang pemarah, ada baiknya Anda mencoba trik dari Smart
Mama berikut.

  1. Jadilah teman baginya, bukan ibunya. Pria pemarah tidak suka diatur, apalagi oleh Anda. Oleh karena itu, sebaiknya Anda bertindak seperti teman,
    bukan seperti seorang ibu yang gemar mengatur dan cerewet. Saat ia stres dengan pekerjaan, di mana ia rentan marah, sebaiknya Anda memposisikan diri sebagai seorang teman yang siap mendengarkan segala keluhannya. Anda tidak perlu menasihatinya dengan segala macam petuah. Nah saat sedang memiliki masalah, tak ada salahnya Anda juga mencurahkan isi hati padanya. Hubungan yang equal dapat meredam emosi Anda maupun Si Dia.
  2. Jangan remehkan pasangan. Yang satu ini pantang dilakukan. Sifat pemarah biasanya timbul karena harga diri yang tinggi. Nah tipe orang seperti itu tidak akan pernah terima jika sampai diremehkan. Jika Anda tidak suka dengan cara atau sikapnya lebih baik berbicara secara wajar, jangan terkesan menghina. Emosinya akan segera reda jika Anda bersikap normal dan netral
    saja.
  3. Stop mengkritik! Masih seputar harga dirinya yang tinggi, ia juga pantang
    menerima kritik apalagi jika emosinya sedang naik. Sebaiknya Anda melemparkan kritik saat emosinya dalam keadaan baik. Nada suara Anda juga harus netral agar emosinya tidak kembali terpancing.
  4. Beri ruang gerak untuknya. Emosi pria pemarah akan segera tersulut jika Anda tidak memberinya kesempatan untuk melakukan ‘me time’ (baca :
    Pentingnya Me Time pada Sebuah Pernikahan). Bebaskan saja saat ia ingin bergaul dengan teman atau melakukan hobinya. Tak perlu terus-terusan memantau dengan detail seluruh aktivitasnya. Anda juga tidak suka kan jika dipantau terus-terusan?
  5. Biarkan ia cooling down. Saat ia sedang emosi atau temperamennya naik, Anda tak perlu mengajaknya berdiskusi atau membahas kemarahannya. Hal tersebut hanya membuat emosinya semakin terpancing. Sebaiknya Anda sabar saja menunggu sampai emosinya mereda, baru Anda mengajaknya bicara. Pada umumnya setelah marah ia akan merasa sedikit malu sehingga lebih mudah untuk diajak bicara. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: Various)

Shares