Health

Yang Perlu Anda Tahu tentang Plasenta Previa

By  | 

Istilah plasenta previa merupakan sesuatu yang lazim Anda dengar bukan, Mamas to be? Meskipun kondisi ini jarang dialami ibu hamil tetapi Anda tetap harus waspada ya. Plasenta previa adalah sebuah kondisi di mana terjadi perubahan dalam letak plasenta di dalam rahim wanita. Selama masa kehamilan, rahim akan berkembang dan plasenta yang normal akan melebar ke arah atas, menjauhi leher rahim atau serviks. Jika tetap berada di bagian bawah rahim atau di dekat serviks, plasenta dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir Sang Bayi.

Ibu hamil dengan plasenta previa terbukti berisiko lebih tinggi untuk mengalami pendarahan sebelum persalinan. Gejala utamanya adalah pendarahan tanpa disertai rasa sakit, yang biasanya terjadi pada tiga bulan terakhir masa kehamilan. Tetapi tidak semua ibu hamil dengan kondisi ini akan mengalami pendarahan. Pendarahan umumnya terjadi secara tiba-tiba dan volume darah bisa banyak atau sedikit. Pendarahan dapat berhenti dengan sendirinya, tapi akan kembali muncul dalam beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Selain itu, sebagian ibu hamil juga ada yang mengalami kontraksi dan nyeri di punggung atau perut bagian bawah.

Jika mengalami pendarahan dalam trimester kedua atau ketiga, sebaiknya Anda segera menghubungi dokter. Ibu hamil yang mengalami pendarahan hebat dianjurkan segera ke rumah sakit.

Faktor Penyebab
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui, tapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalaminya, yakni:

  • Berusia 35 tahun atau lebih, berisiko 3 kali lebih besar mengalami plasenta previa.
  • Pernah melahirkan sebelumnya.
  • Pernah hamil kembar.
  • Memiliki jumlah anak yang banyak, apalagi bila jarak persalinannya berdekatan. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya, yang semakin lama semakin ke arah bawah, mendekati jalan lahir.
  • Pernah mengalami trauma kehamilan.
  • Gaya hidup tak sehat, seperti merokok, minum minuman beralkohol, dan menggunakan kokain.
  • Pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya. Risiko mengalami kondisi yang sama sebesar 12 kali lebih besar.
  • Pernah menjalani operasi Caesar.
  • Kelainan bentuk rahim atau ada tumor rahim, sehingga mempersempit permukaan untuk tumbuhnya plasenta.
  • Pernah menjalani operasi pada rahim, misalnya kuret atau pengangkatan miom. Adanya jaringan parut pada rahim akibat operasi sebelumnya.

Diagnosis Plasenta Previa
Posisi plasenta biasanya akan diketahui melalui pemeriksaan USG pada usia kehamilan 18-21 minggu. Jika pernah pendarahan selama kehamilan, Anda akan dianjurkan menjalani USG transvaginal. Proses ini akan memberikan pencitraan yang lebih mendetail. Jika Anda positif terdiagnosis plasenta previa, dokter akan menghindari pemeriksaan fisik rutin melalui vagina selama kehamilan. Ini dilakukan guna mengurangi risiko pendarahan. Anda juga biasanya akan kembali menjalani proses USG sebelum melahirkan untuk memeriksa lokasi plasenta serta detak jantung bayi.

Plasenta previa dapat dibagi dalam empat kategori. Pengelompokan ini ditentukan berdasarkan posisi plasenta dan meliputi:

  • Plasenta Lateralis, yaitu bila jarak tepi plasenta sangat dekat, hanya beberapa mm atau cm dari jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.
  • Plasenta Previa Marginalis, yaitu bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
  • Plasenta Previa Parsialis, yaitu bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada jenis ini risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tidak dapat dilahirkan normal.
  • Plasenta Previa Totalis, yaitu bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada kondisi ini, sudah pasti tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal.

Penanganan Plasenta Previa
Penanganan untuk plasenta previa umumnya meliputi istirahat sebanyak-banyaknya, transfusi darah jika diperlukan, serta operasi Caesar. Langkah penanganan yang dipilih tergantung pada beberapa faktor yang menentukan, yaitu:

  • Apakah terjadi pendarahan atau tidak.
  • Tingkat keparahan pendarahan.
  • Kondisi kesehatan Sang Ibu dan bayi.
  • Usia kandungan.
  • Posisi plasenta dan bayi.

Calon mama yang tidak atau hanya mengalami sedikit pendarahan biasanya tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, tetapi harus tetap waspada menghadapinya. Dokter umumnya akan menganjurkan Anda istirahat di rumah. Terkadang bahkan ada ibu hamil yang dianjurkan untuk terus bedrest. Berhubungan seks juga sebaiknya dihindari karena dapat memicu pendarahan pada penderita plasenta previa. Begitu juga dengan olahraga. Jika terjadi pendarahan, segeralah ke rumah sakit sebelum pendarahan bertambah parah.Sementara itu, ibu hamil yang pernah mengalami pendarahan selama masa kehamilan disarankan menjalani sisa masa kehamilan di rumah sakit dari minggu ke-34. Langkah ini dianjurkan agar pertolongan darurat, seperti transfusi darah, bisa segera diberikan jika pendarahan kembali terjadi. Prosedur Caesar juga akan dilakukan begitu kehamilan mencapai batas usia yang cukup, yaitu minggu ke-36. Sebelum menjalaninya, Anda biasanya akan diberi kortikosteroid guna mempercepat perkembangan paru-paru bayi dalam kandungannya.

Bagi ibu hamil dengan pendarahan yang tidak kunjung berhenti, dokter akan menganjurkan prosedur caesar meski usia kandungan belum cukup. Jika tidak ditangani, plasenta previa dapat menyebabkan komplikasi serius dan berakibat fatal bagi ibu dan bayi, misalnya pendarahan hebat pada saat melahirkan dan bahkan setelahnya. So, hati-hati ya Mams! (Tammy Febriani/LD/Photo: Istockphoto.com)

Shares