Parenting

Apakah Anda Menerapkan Pola Asuh Narsis?

By  | 

Keinginan menjadikan Si Kecil serba nomor satu membuat para orangtua seringkali menerapkan pola asuh yang salah seperti pola asuh narsis. Selain itu, orangtua juga kerap merasa harus bersaing dengan anak lain yang pada akhirnya membuat anak Anda justru depresi. Seperti apakah pola asuh narsis tersebut? Yuk simak, jika Anda adalah salah satunya, mungkin sudah waktunya mengubah gaya pengasuhan Anda terhadap Si Kecil demi kebahagiaan anak dan diri Anda sendiri.

Ciri-Ciri Orangtua Narsis

  • Menilai kemampuan anak secara berlebihan.
  • Saat anaknya mendapatkan kritik, reaksinya berlebihan.
  • Selalu mendorong Sang Anak untuk berkompetisi.
  • Terlalu banyak memuji anak sendiri, baik secara fisik maupun kemampuan lain.
  • Selalu memastikan bahwa orang-orang memerhatikan kehebatan anaknya.
  • Mengikutkan Sang Anak dalam berbagai kegiatan luar sekolah.
  • Jika Si Kecil tidak memenuhi tuntutannya, ia akan kecewa dan menumpahkan padanya.
  • Selalu mengontrol segala kegiatan dan tingkah laku anak sehingga anak harus bersikap seperi yang ia mau.

Efek Pola Asuh Narsis
Menurut American Psychiatric Association, anak yang dibesarkan dengan pola asuh narsis akan mengalami kesulitan saat ia dewasa nanti. Berikut efek dari pola asuh tersebut:

  • Si Kecil sangat takut mengecewakan Anda. Akibat sikap Anda yang mengontrol secara berlebihan, Si Kecil amat ketakutan mengecewakan Anda. Dan hasilnya segala sesuatu yang menyangkut hidupnya harus atas persetujuan Anda, bahkan hingga ia dewasa. Kasihan kan Mams? Ia tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri.
  • Bersikap seperti raja atau ratu. Karena Anda kerap melindungi Si Kecil dalam segala hal, ia akan tumbuh menjadi orang yang harus dilayani bak raja atau ratu. Ia sulit mengerjakan sesuatu sendiri, dan harus selalu dilayani dan dimengerti.
  • Si Kecil tidak tahu apa yang ia rasakan. Pola asuh narsis kerap menjadikan orangtua seolah mengetahui segalanya sampai perasaan Si Kecil pun Anda juga yang menentukan. Ia tidak permah diberi kesempatan ‘merasa’ sehingga ia sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan dengan kata lain kosong.
  • Menilai diri sendiri terlalu tinggi. Akibat jutaan pujian yang Anda berikan, ia akan merasa menjadi yang terhebat. Padahal di luar sana ia akan menemukan banyak orang yang jauh lebih baik dalam segala hal. Akhirnya ia akan kecewa mengetahui bahwa dirinya tidak sehebat yang Anda bilang.

Berdasarkan pembahasan di atas, ada baikya kita sama-sama introspeksi diri untuk menjadikan masa depan anak lebih baik. Biarkan ia menjadi diri sendiri sesuai kapasitasnya. Tentunya Anda ingin melihat Si Kecil bahagia kan Mams? (Karmenita Ridwan/LD/Photo: istockphoto.com)

 

Shares