Mind

Apakah Anda Seorang Shopaholic?

By  | 

Mamas, Anda pasti familar dengan film Confession of A Shopaholic yang diangkat dari novel karya Sophie Kinsella. Film yang diperankan Isla Fisher ini bercerita tentang suka duka kehidupan Rebecca Bloomwood seorang wanita shopaholic. Film tersebut dikemas dalam cerita komedi ringan dan happy ending. Namun pada kenyataannya, kehidupan seorang pecandu belanja tidaklah semulus cerita dalam film lho Mams karena ternyata adiksi belanja adalah salah satu masalah kejiwaan, lho. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, seorang shopaholic kerap tak menyadari dirinya sudah adiksi karena belanja merupakan kegiatan wajar. Agar Anda lebih aware terhadap hal ini, yuk ikuti pembahasan Smart Mama berikut.

Ciri-ciri Shopaholic

  1. Belanja melebihi budget. Seorang shopaholic tidak pernah bisa berbelanja sesuai kemampuan karena ia tidak pernah puas. Oleh karena itu, ia kerap mengandalkan kartu kredit.
  2. Belanja barang yang kurang penting. Shopaholic gemar berbelanja barang yang kurang dibutuhkan, misalnya membeli beberapa pasang sepatu padahal koleksi sepatu di lemarinya sudah sangat banyak dan beberapa modelnya mirip dengan yang ia beli.
  3. Menginginkan sebuah barang secara berlebihan. Jika ia menginginkan sebuah barang, ia akan terus menerus memikirkan barang tersebut dan mencari cara untuk membelinya.
  4. Menghalalkan segala cara. Untuk membeli barang-barang yang ia inginkan, seorang shopaholic akan menghalalkan segala cara termasuk berhutang pada orang lain.
  5. Merasa bersalah setelah belanja. Pengidap shopping addiction selalu merasa bersalah setelah berbelanja banyak barang apalagi jika ia menemukan masih banyak barang yang tidak terpakai di dalam lemarinya. Namun keesokan harinya, ia tetap mengulangi habitnya yakni shop till you drop.
  6. Merahasiakan barang-barang yang dibeli. Seorang shopaholic kerap menyembunyikan barang yang ia beli kepada orang-orang terdekatnya. Apalagi jika orang di sekelilingnya sudah mengetahui kebiasaan buruknya tersebut.
  7. Isi lemari yang fantastis. Jika Anda mengunjungi rumah dan membuka isi lemari Si Shopaholic, Anda akan menemukan barang-barang yang masih memiliki price tag karena belum pernah digunakan. Tak hanya itu, Anda juga akan menemukan banyak barang yang mirip satu sama lain.

Penyebab Shopaholic
Menurut penelitian yang dilakukan oleh San Fransisco State University, para penderita shopaholic merasa menemukan kesenangan dan melupakan problema ketika berbelanja. Beberapa penderita lain merasa berbelanja dapat meningkatkan prestis atau gengsi mereka di mata orang lain. Mereka merasa harga diri serta reputasinya lebih dipandang dengan berbelanja barang-barang dengan brand tertentu.

Cara Mengatasinya:
Ada beberapa cara untuk mengatasi penderita shopaholic:

  1. Pertama-tama, ia harus menyadari betul bahwa ia sudah dalam taraf adiksi berbelanja. Dengan begitu, ia akan menjadi lebih berhati-hari saat memasuki pusat perbelanjaan. Bahkan bisa jadi ia menghindari tempat berbelanja sementara waktu.
  2. No credit card! Meskipun terkadang kartu kredit diperlukan untuk hal emergency, namun para shopaholic sebaiknya cukup memegang uang cash saja. Kartu kredit dan berbagai macam promonya dapat menyebabkan ia tergoda menyalurkan kecanduannya.
  3. Konsultasi dengan psikolog. Yang satu ini juga sangat penting guna mengetahui penyebab mengapa ia menjadi seorang pecandu belanja. Dengan melakukan terapi secara terus menerus dapat membantu Si Shopaholic untuk lebih mengenal dirinya sendiri sehingga dapat mengatasi permasalahannya. (Karmenita Ridwan/LD/Photo: Various)

Shares