Health

Yang Perlu Anda Tahu tentang Kehamilan Ektopik

By  | 

Pernahkah Anda mendengar tentang kehamilan ektopik, Mamas? Jika belum, artikel satu ini wajib Anda ketahui, ya. Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi tidak mampu menempel pada rahim, melainkan di tempat lain di luar kandungan seperti di tuba falopi atau saluran telur, di leher rahim, dalam rongga perut, atau di indung telur. Kehamilan ini terjadi pada 1 dari 50 kasus kehamilan, dan bila dokter menyatakan bahwa Anda mengalaminya, maka Anda harus mendapatkan pertolongan lebih lanjut, Mamas.

Penyebab Kehamilan Ektopik
Ada beberapa penyebab kehamilan ektopik antara lain:
– Infeksi pada saluran tuba falupi yang terjadi karena pengaruh tindakan medis atau operasi yang pernah dilakukan sebelumnya.
– Faktor hormonal.
– Kelainan genetik.
– Cacat bawaan.
– Kondisi medis yang membuat kondisi tuba falupi dan alat reproduksi lainnya menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Siapa yang Berisiko Mengalaminya?
Sebenarnya semua wanita yang telah aktif berhubungan seksual berisiko mengalami kehamilan ektopik. Namun, risiko ini menjadi meningkat pada kondisi tertentu, seperti:
– Hamil di usia lebih dari 35 tahun.
– Pernah melakukan operasi di pelvis atau sekitar perut bagian bawah.
– Riwayat aborsi yang berulang.
– Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
– Pernah mengalami penyakit infeksi di pelvis dan endometriosis.
– Perokok aktif.
– Memiliki riwayat penyakit menular seksual.

Bagaimana Gejala Kehamilan Ektopik?
Seperti kehamilan lain yang kerap ‘diwarnai’ dengan mual dan payudara yang sakit, Anda yang mengalami kehamilan ektopik pun merasakan hal ini. Tetapi perbedaannya tampak dari hal berikut:
– Rasa sakit yang amat sangat di daerah perut, pelvis, pundak, dan leher.
– Bercak kecokelatan hingga perdarahan dari vagina.
– Kelelahan akut.
– Tekanan di bagian dubur.

Penanganan Kehamilan Ektopik
Seperti yang sudah disebutkan di atas, kehamilan ektopik ini memang harus mendapatkan penanganan serius. Dan ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk mengobatinya:

  • Suntikan khusus. Bila kehamilan ektopik ini sudah terdiagnosa di awal trimester pertama, maka dokter akan memberikan suntikan khusus untuk menghentikan pertumbuhan sel. Setelah itu, dokter biasanya akan melakukan tes darah guna memantau hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Hormon ini akan menandai apakah kehamilan Anda masih bisa dipertahankan atau tidak.
  • Operasi laparoskopi. Bila kehamilan ektopik ini dideteksi ketika tuba falopi masih belum pecah, maka tindakan penanganannya adalah dengan operasi laparoskopi. Operasi ini dilakukan untuk mengangkat embrio yang tumbuh serta memperbaiki sistem reproduksi Mamas.
  • Bedah. Ini adalah opsi terakhir yang dilakukan bila pertumbuhan janin sudah berhenti dan tuba falopi sudah pecah. Mau tidak mau dokter harus melakukan pembedahan untuk mengangkat tuba falopi serta ovarium guna mencegah perdarahan berat yang dapat membahayakan nyawa Anda.

Meskipun terdengar menyeramkan, kemungkinan Anda untuk tetap hamil masih terbuka lebar ya, Mamas. Kerusakan tuba falopi akibat kehamilan ektopik ini tidak akan merusak semua fungsi organ reproduksi Anda. Nah, agar kejadian ini tidak terulang lagi, maka Anda harus lebih memerhatikan kesehatan ya dengan lebih rutin cek ke dokter kandungan untuk mengetahui kesiapan alat reproduksi Anda untuk bisa dibuahi kembali. (Lenny Delima/Photo: Istockphoto.com)

 

 

Shares